Thursday, November 29, 2007

FOKUS KITA

Membangun Sikap & Kebiasaan Agape
dalam Pelayanan

Ronald adalah seorang pecinta binatang, terutama kalajengking. Ia tahu segala hal tentang kalajengking, bahkan bisa disebut ia adalah seorang ahli kalajengking. Suatu ketika ia melihat seekor kalajengking terjebak dalam suatu kubangan air. Ia ingin menyelamatkan kalajengking itu. Beberapa kali ia mencoba memegangnya, tetapi binatang itu terlalu beringas karena stress. Teman Ronald bertanya mengapa ia tetap bersikeras menolong kalajengking itu, yang justru membahayakan hidupnya sendiri. Ronald menjawab, “Aku tahu segala resikonya, tetapi aku sangat sayang dengan binatang ini. Menolongnya keluar dari kubangan itu sudah menjadi naluriku.”

Bagaimana Ronald bisa memiliki “naluri kasih” seperti itu? Bila kita perhatikan, ada 3 hal yang membangun naluri itu. Pertama, fokus Ronald adalah kalajengking. Kedua, Ronald adalah seorang yg terbiasa dengan kalajengking dan mengenal seluk beluk kalajengking. Ketiga, Ronald dikuasai oleh “dunia kalajengking”nya itu.

Demikian pula dalam kehidupan kekristenan kita, Allah ingin kita melayani dengan sikap dan kebiasaan (baca: naluri) agape seperti cara Kristus melayani. Caranya adalah dengan memiliki pikiran dan perasan yang sama seperti Yesus, yaitu ketaatan total karena kasih pada Bapa (Flp. 2:5-8). Langkah praktisnya:

1. Memiliki fokus untuk menyenangkan Bapa dan melayani jiwa2
Hasil saat teduh 4M kita haruslah kasih kepada Allah dan sesama. Suatu hari ketika membaca Amsal 25:14, pikiran yang pertama kali muncul adalah saya harus bisa menjadi pembicara yang handal, pintar menasehati orang, pandai memecahkan segala macam masalah. Tetapi, ketika terus mencari isi hati Tuhan, saya menemukan bahwa saya harus bisa menjadi pembicara yang handal untuk membangun orang lain, mampu menasehati orang untuk membangun hidupnya, mampu memecahkan masalah untuk menolong orang lain. Jadi, fokusnya bukan saya, tetapi untuk orang lain dan kemuliaan Allah.

2. Membangun sikap dan kebiasaan agape
Kasih agape adalah sesuatu yang dilakukan secara nyata, bukan sekedar ada di hati dan pikiran saja. Kasih agape harus dilatih sampai menjadi kebiasaan. Bagaimana agape bisa menjadi kebiasaan? Saya biasanya membuat catatan kecil yang saya taruh di saku baju yang ke manapun saya pergi, selalu saya bawa. Mungkin catatan saya berikut ini bisa membantu Anda

No. Ayat Praktek Firman hari ini V/X
1. Ams. 25:14 Berikan kata2 menguatkan kepada 5 orang
2. Sediakan waktu ngobrol dengan teman
kantor & bersaksi
3. Dst.

Bila sudah menyelesaikannya, berikan tanda centang pada kolom ke 4. Yang perlu diperhatikan adalah melakukan hal itu sesegera mungkin, karena esok hari catatan itu akan bertambah semakin panjang dan semakin banyak. Dengan melakukannya sesegera mungkin, kita akan punya lebih banyak hal, waktu dan kesempatan untuk mempraktekkan kasih agape. Setelah melakukannya selama 2 bulan, kita akan terbiasa mempraktekkan kasih Agape.

3. Membiarkan diri dikuasai kasih agape
Setelah mulai terbiasa melakukan kasih agape, kita perlu meningkatkannya sampai ke tingkat kepekaan akan suara Bapa. Seseorang yang kita temui mungkin lebih membutuhkan telinga untuk mendengarkan dan doa tanpa perlu dinasehati. Mungkin orang lain memerlukan bantuan keuangan kita daripada doa kita. Siapapun yang kita temui, suara Bapa dalam hati kita akan menggerakkan kita untuk menjawab kebutuhan orang itu secara spesifik. Dengan membangun kepekaan akan suara Bapa dan langsung bertindak melakukannya, kita membiarkan kasih agape mengalir menjadi sikap dan kebiasaan yang menguasai hidup dan pelayanan kita.

Membangun sikap dan kebiasaan agape dalam melayani tidak selalu berjalan lancar. Terkadang ada tantangan yang kita hadapi. Biasanya tantangan itu dating ketika kita mengalami konflik dengan orang lain. Suatu ketika saya pernah mengalami konflik dengan sesama rekan sepelayanan. Saya merasa diperlakukan tidak adil dengan cara rekan saya tersebut menegur saya. Sebenarnya dia tidak berkaitan secara langsung dengan masalah yang ada. Naluri saya ketika menghadapi konflik seperti ini adalah ingin langsung adu mulut dengan orang itu, tetapi suara Bapa berkata kepada saya untuk diam. Demikian permasalahan ini diketahui banyak orang, sehingga seolah-olah saya adalah penjahatnya. Tetapi Bapa mengajar saya untuk tetap diam, tidak membela diri dan mengampuni orang itu. Keajaiban terjadi ketika saya memberikan pengampunan, Tuhan memperdamaikan orang itu dengan saya.(wn)

No comments: