Monday, September 17, 2007

PRESBITORIAL

Menghargai Waktu Meraih Kesempatan

Pepatah dunia berkata, ”Waktu yang telah berlalu takkan pernah kembali”. Orang dunia pun tahu betapa pentingnya waktu. Jika tidak menggunakan waktu dengan benar, maka kita akan kehilangan banyak kesempatan. Pernahkah kita berpikir berapa banyak kesempatan yang telah hilang begitu saja karena kebodohan atau ketidakbijaksanaan kita dalam mengatur waktu? Mzm. 90:10-12 berkata bahwa kita hidup di dunia ada masanya, paling lama 70-80 tahun. Mungkin kita berpikir itu adalah waktu yang cukup lama untuk dapat melakukan ini dan itu, namun jika tidak menggunakannya dengan baik, maka takkan ada sesuatu yang dapat kita capai dalam hidup ini. Alkitab mengajar agar kita mempersiapkan hidup ini dengan benar, karena pada waktunya Tuhan akan minta pertanggungjawaban kepada kita atas semua kesempatan yang telah Ia sediakan bagi kita. Kita diciptakan sebagai pembuat sejarah, karena itu harus ada sesuatu yang kita hasilkan selama kita hidup. Kita harus belajar menghargai waktu, sehingga setiap detik, menit, jam tidak terbuang sia-sia.

Yesus adalah teladan kita dalam menghargai waktu. Ia tidak pernah memboroskan waktuNya di dunia dengan sia-sia. Ia selalu menggunakan setiap kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan BapaNya. Yesus mempunyai target, dalam waktu 3,5 tahun di dunia Dia dapat menyelesaikan semua rencana BapaNya, yaitu penyelamatan manusia. Kita harus meneladaniNya. Kadang kita tidak lebih baik dari orang dunia dalam menghargai waktu. Kita lebih suka beria-ria dan tidak melakukan apa-apa, padahal Tuhan memanggil kita untuk melakukan pekerjaanNya. Sekarang kita harus membuat perbedaan. Ini terjadi jika kita mau berubah dan tidak mempertahankan kenyamanan kita. Jika hidup kita tidak membawa perubahan bagi orang-orang di sekitar kita, maka sebenarnya kita belum menggenapi panggilan Tuhan.

Mari atur waktu dengan benar dalam ukuran Tuhan, agar kita dapat menyelesaikan pekerjaanNya. Kita harus melakukan hal yang prioritas dan membuang hal yang tidak penting. Mintalah hikmat dari Tuhan dengan setia membangun hubungan yang intim dan nikmati kuasa perubahan dengan mengikuti SPK Pemenang. Maka, hidup kita akan membawa dampak yang besar bagi orang-orang di sekitar kita. (Priscilla Lidia Brocharda/Tim Kepemimpinan Jemaat)

FOKUS KITA

Memberi Makna Setiap Detik Kehidupan

Setiap orang pasti ingin sukses. Tidak ada seorangpun yang tidak ingin hidupnya sukses. Tahukah Anda bahwa Tuhan juga rindu agar hidup kita sukses? Bahkan lebih dari sekedar sukses, Tuhan ingin hidup kita bermakna. Apakah hidup yang bermakna itu? Hidup yang bermakna adalah ketika kita bisa membagikan sesuatu atau memberikan nilai tambah kepada hidup orang lain.

Berikut ini adalah kunci untuk membuat hidup kita sukses dan bermakna:

SENANTIASA HIDUP DI HADIRAT TUHAN
Syarat utama adalah kita harus hidup di hadapan wajahNya (Coram Deo). Bil 6:22-27. Banyak orang berusaha untuk melakukan kehendak Tuhan tanpa membagun keintiman dengan Dia terlebih dahulu. Adalah hal yang sangat mustahil untuk melakukan kehendak Allah dengan mengandalkan kekuatan manusia. Firman Tuhan datang kepada Zakharia demikian, "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam,” (Zakaria 4:6). Jika kita ingin sukses dan bermakna kita harus mengandalkan Tuhan. Bagaimana cara mengandalkan Tuhan. Hanya satu hal, yakni intim dengan Dia melalui perenungan firman dan dialog yang terus-menerus denganNya.

MENGIKUTI YESUS
Ketika kita intim dengan Tuhan, maka Ia akan memberitahukan pada kita apa yang harus kita lakukan. Sebab dikatakan, “Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Yesus berkata kepada mereka: ‘Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia,’”(Mat 4:18-19). Tidak ada cara lain untuk melakukan kehendak Tuhan, tanpa melakukan langkah pertama yakni Mengikuti Yesus. Kita harus membangun hubungan intim dengan Tuhan agar mendapatkan isi hatiNya. Hadirat Tuhan yang menjamin kita untuk berani bertindak tanpa rasa takut. Hal ini terjadi pada Petrus dan Yohanes ketika mereka diperhadapkan pada mahkamah agama karena menyembuhkan orang di halaman Bait Allah. Dikatakan, “Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus,”(Kisah 4:13). Mereka dikenal sebagai pengikut Yesus. Ayat 8 berbunyi, “Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus.” Itulah Keintiman.

BERANI BERTINDAK
Setelah kita membangun keintiman dengan Tuhan, maka perintah Yesus datang. Ia berkata, “Kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Tujuan Tuhan Yesus memanggil kita adalah menjadi penjala atau melayani orang lain yang belum mengenal kasih Tuhan. Tidak mungkin bagi seseorang yang memiliki keintiman dengan Tuhan sebagai gaya hidupnya dan pada saat yang sama membenci orang lain, terutama mereka yang belum diselamatkan. Adalah kewajiban utama kita untuk menjangkau mereka, karena kita telah mengikuti Yesus dan menerima anugerahNya secara cuma-cuma. Itulah sebabnya Yesus berkata, “Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma,” (Matius 10:7-8). Sudahkah kita memberikan apa yang kita terima dari Tuhan dengan cuma-cuma kepada orang lain? Jika belum, maka kita dapat melakukannya sekarang.

Mari, jadikan hidup kita bermakna dengan menjalani setiap detik kehidupan dalam keintiman dengan Tuhan dan melayani sesama yang membutuhkan... SEKARANG juga!(wwn)

ARTIKEL

MENJADI SERUPA KRISTUS MELALUI PERKATAAN

Corrie Ten Boom adalah penginjil wanita asal Belanda yang selamat dari penyiksaan tentara Nazi Jerman. Setelah dibebaskan dari penjara, ia berkata, “Iblis tersenyum ketika kita membuat rencana. Ia tertawa ketika kita menjadi terlalu sibub. Namun, ia gemetar ketika kita berdoa.” Doa memberi kuasa, ketenangan, damai sejahtera, dan tujuan bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Doa adalah sumber energi utama bagi orang Kristen untuk diubah menjadi serupa Kristus. Ketika ia berdoa, perkataannya akan menjadi perkataan Kristus yang penuh kuasa. John Mason menambahkan, “Jika Allah adalah Bapamu, teleponlah ke rumah.” Untuk menjadi serupa Kristus lewat perkataan, Paulus berkata, “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu,”(Kol. 3:16). Ketika kita menjadi serupa Kristus melalui perkataan kita, maka dengan DENGAN SEGALA HIKMAT:

Kita akan mengajar orang lain
Sebenarnya banyak orang Kristen bisa menjadi serupa dengan Kristus dalam perkataan maupun perbuatan, jika mereka diajar tentang sumber kasih karunia Allah. Lukas menulis tentang Paulus dan Barnabas demikian, ”Setelah selesai ibadah, banyak orang Yahudi dan penganut-penganut agama Yahudi yang takut akan Allah, mengikuti Paulus dan Barnabas; kedua rasul itu mengajar mereka dan menasihati supaya mereka tetap hidup di dalam kasih karunia Allah,”(Kis. 13:43). Kita juga bisa.

Kita akan menegur orang lain
Karena ingin menjadi serupa Kristus melalui perkataan, maka dengan segala hikmat kita akan menegur orang lain dengan bijak. Kata Paulus, “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan,”(Gal. 6:1). Kita pasti bisa melakukannya, karena kita sedang bergerak ke arah sana.

Kita akan menyanyikan mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani
Hal ini tidak ada hubungannya dengan suara baik atau buruk, tetapi ungkapan isi hati di hadapan Allah. Allah berkenan dengan pujian yang meluap dari hati yang jujur.

Kita akan bersyukur kepada Allah


Ada banyak alasan bagi orang Kristen untuk bersyukur. Tetapi, alasan utama adalah karena Allah membenarkan mereka secara cuma-cuma karena iman dalam Yesus. Paulus berkata, “Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus,”(Rm. 3:24). Karena kita telah dibenarkan Allah, maka hukumnya adalah perkataan kita harus serupa dengan perkataan Kristus.(Sumber: www.abbalove.org)

INSPIRATIONAL STORY

Berapa Besar Bobot Sebuah Doa

Louise Redden, seorang ibu kumuh dengan baju kumal, masuk ke dalam sebuah supermarket. Dengan sangat terbata-bata dan dengan bahasa yang sopan ia memohon agar diperbolehkan mengutang. Ia memberitahukan bahwa suaminya sedang sakit dan sudah seminggu tidak bekerja. Ia memiliki tujuh anak yang sangat membutuhkan makan.
John Longhouse, si pemilik supermarket, mengusir dia keluar.
Sambil terus menggambarkan situasi keluarganya, si ibu terus menceritakan tentang keluarganya. "Tolonglah, Pak, Saya janji akan segera membayar setelah aku punya uang."
John Longhouse tetap tidak mengabulkan permohonan tersebut. "Anda tidak mempunyai kartu kredit, anda tidak mempunyai garansi," alasannya.
Di dekat counter pembayaran, ada seorang pelanggan lain, yang dari awal mendengarkan percakapan tadi. Dia mendekati keduanya dan berkata : "Saya akan bayar semua yang diperlukan Ibu ini."
Karena malu, si pemilik toko akhirnya mengatakan, "Tidak perlu, Pak. Saya sendiri akan memberikannya dengan gratis. Baiklah, apakah ibu membawa daftar belanja ?"
"Ya, Pak. Ini," katanya sambil menunjukkan sesobek kertas kumal."
“Letakkanlah daftar belanja anda di dalam timbangan, dan saya akan memberikan gratis belanjaan anda sesuai dengan berat timbangan tersebut."
Dengan sangat ragu-ragu dan setengah putus asa, Louise menundukkan kepala sebentar, menuliskan sesuatu pada kertas kumal tersebut, lalu dengan kepala tetap tertunduk, meletakkannya ke dalam timbangan.
Mata Si pemilik toko terbelalak melihat jarum timbangan bergerak cepat ke bawah. Ia menatap Pelanggan yang tadi menawarkan si ibu tadi sambil berucap kecil, "Aku tidak percaya pada yang aku lihat."
Si pelanggan baik hati itu hanya tersenyum. Lalu, si ibu kumal tadi mengambil barang-barang yang diperlukan, dan disaksikan oleh pelanggan baik hati tadi, si Pemilik toko menaruh belanjaan tersebut pada sisi timbangan yang lain.
Jarum timbangan tidak kunjung berimbang, sehingga si ibu terus mengambil barang-barang keperluannya dan si pemilik toko terus menumpuknya pada timbangan, hingga tidak muat lagi. Si Pemilik toko merasa sangat jengkel dan tidak dapat berbuat apa-apa. Karena tidak tahan, Si pemilik toko diam-diam mengambil sobekan kertas daftar belanja si ibu kumal tadi. Dan ia-pun terbelalak. Di atas kertas kumal itu tertulis sebuah doa pendek: "Tuhan, Engkau tahu apa yang hamba perlukan. Hamba menyerahkan segalanya ke dalam tanganMu." Si Pemilik Toko terdiam. Si Ibu, Louise, berterimakasih kepadanya, dan meninggalkan toko dengan belanjaan gratisnya.
Si pelanggan baik hati bahkan memberikan selembar uang 50 dollar kepadanya. Si Pemilik Toko kemudian mencek dan menemukan bahwa timbangan yang dipakai tersebut ternyata rusak. Ternyata memang hanya Tuhan yang tahu bobot sebuah doa.

Wednesday, September 12, 2007

PRESBITORIAL

Intim dengan Bapa
untuk Melakukan PekerjaanNya


Yesus adalah teladan hidup orang percaya, kita pasti akan mengalami kesuksesan sejati bila hidup sama seperti Dia. Kehidupan Yesus dapat dipahami secara sederhana menjadi 2 bagian besar yaitu intim dengan Bapa dan melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa. Kita telah belajar mempraktekkan keintiman dengan Bapa selama 4 bulan, saatnya kita akan mempraktekkan manfaat keintiman tersebut dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang pernah Yesus lakukan di bumi. Inilah sebenarnya misi hidup kita! Jawaban atas pertanyaan ”untuk apa kita diciptakan”, ”untuk apa kita hidup di dunia ini”

Ada 5 pekerjaan Bapa yang perlu kita lakukan, yaitu : pemberitaan injil, kesembuhan luka batin, kesembuhan jasmani, pelepasan dan pemberitaan mengenai kerajaan Allah, kita perlu mengalami terlebih dahulu pekerjaan-pekerjaan bapa dalam hidup kita dan gereja menyediakan sarananya yaitu melalui kelas pemuridan yang bernama SPK (Saya Pengikut Kristus) lewat SPK kita mengalami jamahan Kuasa Roh Kudus dan dipulihkan untuk akhirnya bisa memulihkan kehidupan orang lain. Pertanyaan yang timbul dalam benak kita adalah, ”mampukah kita melakukan pekerjaanNya yang begitu besar?” Bila Bapa meminta kita melakukan pekerjaanNya, tentu Ia tahu bahwa kita mampu melakukannya dan tentu Ia tidak akan pernah membiarkan kita melakukannya sendiri tanpa kehadiranNya, tetapi Ia menyertai kita (Mat 28:20). Bagaimana caranya? Pertama, kita harus intim dengan Bapa untuk mendengar isi hatiNya. Kedua, kita perlu pengurapan Roh Kudus, karena inilah sumber kuasa ketika Yesus melakukan mujizat-mujizat di bumi. Ketiga adalah teladan Bapa yaitu lewat Firman Tuhan yang kita pelajari dan renungkan setiap saat.

Marilah kita berlomba-lomba memenuhi panggilan Allah, agar hidup kita semakin bermakna dan tidak sia-sia. Ingatlah selalu akan salib Yesus yang mempunyai arti mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Mark 12:30-31) pasti kita akan mengalami kesuksesan sejati dalam hidup ini.(Harun Imam Santoso/PJ Family)

FOKUS KITA

Seperti yang Kamu Kehendaki
Minggu lalu, Bp. Harun Imam Santoso, salah satu anggota Tim Kepemimpinan Jemaat (TKJ) GBI Kristus Pencipta, menyampaikan khotbah di Ibadah Raya Keluarga tentang 3 kata penting yang harus ada dalam keluarga, yaitu kata yang menyatakan pengampunan, berkat, dan rasa hormat. Ketiga hal itu sederhana dan mendasar, tetapi sebenarnya amat sangat sulit dilakukan jika tanpa kekuatan Roh Kudus. Yang jelas, alhasil saya pulang dari Ibadah dengan hati yang sangat tertempelak. Intinya, saya merasakan bahwa BAPA berbicara kepada saya demikian, “Dengan sedemikian banyak hal yang saya sudah terima dari BAPA, apa lagi yang menghalangi saya untuk tidak membagikannya kepada orang lain? Saya telah menerima sangat banyak dari BAPA, bahkan mungkin sudah terlalu banyak…”

Sekali lagi, “easy to say, difficult to do” – “mudah mengatakan, sulit melakukan”. Di hati yang terdalam, saya sangat ingin selalu menjadi berkat bagi orang lain - tidak menyakiti siapa pun melainkan justru menopang dan membangkitkan orang lain – namun dalam kenyataannya, acap kali saya melakukan yang sebaliknya: mengucapkan kata-kata atau melakukan hal-hal yang tidak membangun, bahkan dapat membuat orang lain tersandung. Entah itu merupakan ungkapan keegoisan, ketidaksabaran, kekhawatiran, atau kesombongan saya. Seharusnya saya memiliki “pikiran dan perasaan Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNYA sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia”, tetapi saya lebih memilih menuruti pikiran dan perasaan saya sendiri.

Kemudian, teringatlah saya akan “Golden Rule” (Peraturan Emas) dalam Matius 7:12, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Wow, hati saya terlonjak! ITU DIA!! Itulah yang saya lupakan selama ini…

Saya mendapati bahwa ada tiga hal dalam kebenaran ini, yaitu:

1. Kebenaran ini meminta kita untuk memberikan kepada orang lain apa yang sebenarnya kita ingin miliki untuk diri sendiri. Hal ini kita dapat lakukan dengan tulus hanya jika kita menyadari bahwa KRISTUS telah mati untuk semua orang supaya mereka yang hidup tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri. Apa yang kita kehendaki, tidak harus selalu menjadi milik kita, justru kita harus siap menyerahkannya kepada orang lain. Misalnya, jika kita ingin menerima pengampunan dan kepercayaan dari orang lain meskipun telah bersalah kepada mereka, maka kita juga harus mengampuni dan belajar mempercayai orang yang bersalah kepada kita.

2. Dengan melakukan kebenaran ini, kita akan belajar untuk menempatkan diri kita pada posisi orang lain, sekalipun kita belum pernah mengalami apa yang mereka alami. Sebagai contoh, kita mungkin belum pernah menjadi orang tua, namun saat orang tua menasihati berulang-ulang sehingga kita merasa bosan dan tidak ingin mendengarkan lagi, kita harus berpikir dahulu sebelumnya, demikian, “Jika saya menjadi orang tua yang sedang menasihati anaknya, respon apa yang saya harapkan dari anak saya?” Kemudian, mari kita lakukan apa yang kita harapkan itu terhadap beliau.

3. Kebenaran ini menyiratkan bahwa harus ada tindakan yang aktif dari diri kita. Tidaklah cukup kita menjadi orang yang tidak berbuat jahat, melainkan kita harus menjadi orang yang berbuat kebaikan bagi orang lain. Melanjutkan contoh di atas, alih-alih hanya sekedar tidak membantah orang tua, kita seharusnya juga mengucapkan terima kasih atas setiap nasihat yang beliau berikan.

Saya membayangkan, sungguh indah jika setiap orang, dimulai dari gereja TUHAN, mulai melakukan prinsip ini karena masing-masing orang tidak akan memikirkan kehendaknya sendiri, melainkan berlomba-lomba memberikan apa yang diinginkannya kepada orang lain. Jika itu yang terjadi, pastilah semua orang justru akan menerima apa yang dikehendakinya sebagai buah dari hubungan di antara orang-orang yang siap membagi dan bukan lagi menuntut.

“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Lukas 6: 36). (aln)

SEPUTAR KITA

Merawat yang Terbuang

Kami sangat senang dengan kunjungan bapak dan ibu sekalian. Kunjungan ini sangat berarti sekali bagi kami. Belum pernah kami diperhatikan sedekat ini. Orang-orang yang berkunjung ke tempat ini tidak ada yang berani mendekati kami. Biasanya ketika mereka datang, kami dikumpulkan, diberi bingkisan. Mereka hanya memandang kami dari atas ke bawah, kemudian dari bawah kembali ke atas, lalu pulang. Hanya itu saja. Baru kali ini ada tamu yang berani mendekati kami. Ini pertama kalinya kami disalami, dirawat luka-luka kami, diberi penyuluhan kesehatan, dihibur, bahkan didoakan. Kami sangat terharu karena ada yang memperhatikan kami seperti ini. Lebih dari bingkisan, kami membutuhkan dan sangat menghargai perhatian yang bapak dan ibu berikan. Kami harap bapak dan ibu dapat mengunjungi kami lagi.” Demikian tutur Bp. Kamiran mewakili teman-temannya, warga penduduk pemukiman karantina eks-penderita Kusta di Sememi, Benowo pada 17 orang jemaat Keluarga KrisPen (gabungan dari 6 komsel) yang melakukan aksi komsel di pemukiman mereka pada hari Minggu, 26 Agustus 2007 lalu.

Adapun tempat yang dikunjungi merupakan pemukiman karantina eks-penderita kusta yang sudah keluar dari RS Khusus Kusta dari berbagai daerah di Jawa Timur, yang dikelola Pemkot. Namun, mereka masih butuh perhatian dan mentoring yang berlanjut, tidak hanya dalam merawat bekas luka atau luka baru (yang dianggap pemerintah dapat merawat sendiri). Jumlah penduduk pemukiman ini adalah 135 jiwa (51 orang usia dewasa/menikah, 7 anak balita, 9 anak belum sekolah, 13 anak usia SD, 9 anak usia SMP, sisanya dewasa muda yang putus sekolah.

Aksi komsel ini bertujuan untuk memberkati dan merawat mereka yang terbuang. Kegiatan yang dilakukan antara lain memberikan penyuluhan kesehatan dan cara merawat luka serta hidup bersih, memberikan obat-obatan umum dan vitamin bagi penderita, memberikan perawatan/pengobatan langsung bagi beberapa diantara mereka yang memiliki luka baru, serta membagikan kasih dan kabar sukacita bagi mereka semua yang belum mengenal Tuhan.(Bp. Iwan Sukmadi/PKS Keluarga).

INSPIRATIONAL STORY

Kasih Mengubah Kehidupan

Lima puluh tahun yang lalu John Hopkins, seorang guru besar sosiologi menugaskan mahasiswanya untuk melakukan tugas proyek yang tidak lazim. Dia meminta 200 anak laki-laki dari daerah kumuh Balktimore dan mencari tahu bagaimana kehidupan mereka, kemudian membuat karya tulis yang memprediksikan (memperkirakan) masa depan anak-anak itu. Mereka menduga bahwa 90 persen dari anak-anak daerah kumuh itu akan pernah masuk penjara. Tetapi, mahasiswa-mahasiswa itu terkejut dengan hasil temuan mereka.

Dua puluh tahun kemudian, sorang guru besar lainnya, yang membersihkan berkas-berkas lama, menemukan prediksi itu. Dia meminta mahasiswa-mahasiswanya untuk membuktikan itu. Mahasiswa-mahasiswa itu bisa menemukan kembali 180 dari 200 anak yang dahulu pernah diwawancara itu. Hanya empat dari mereka yang pernah dipenjara. Untuk mengetahui apa yang terjadi, para mahasiswa itu mewawancarai sebanyak mungkin orang-orang itu. Dan, ada satu keunikan yang mereka temukan dari jawaban-jawaban anak-anak itu.
“Begini, dahulu ada seorang guru…”
“Saya pernah mempunyai seorang guru…”
“Nyonya O’Rouke ini mengajar saya di sekolah menengah…”
Lebih dari 100 orang yang diwawancarai menyebutkan nama seorang guru sekolah menengah yang telah membantu dan menerangi pikiran mereka atau telah mempengaruhi setiap laki-laki melalui berbagai cara.

Setelah pencarian yang lama, para mahasiswa ini menemukan Nyonya O’Rouke, yang sekarang sudah pensiun dan tinggal dipanti jompo. Mereka memberitahu dia tentang hasil yang luar biasa dari penelitian mereka. Tetapi, Nyonya O’Rouke tidak bisa memberitahu mereka tentang apa yang telah dilakukannya sehingga menghasilkan pengaruh yang besar dalam kehidupan laki-laki di daerah itu. Dia hanya tersenyum dan mengingat beberapa anak laki-laki. “Yang bisa saya katakan adalah saya mengasihi mereka semua,” kata Nyonya O’Rouke.

Tebarkan cinta ke mana pun Anda pergi: pertama-tama di rumah Anda sendiri. Berikan cinta Anda kepada anak-anak Anda, kepada istri atau suami anda, kepada seorang tetangga sebelah rumah…
Jangan pernah membiarkan seseorang datang kepada Anda lalu pergi begitu saja tanpa merasa lebih bahagia dan lebih baik.
Jadilah ekspresi hidup dari kebaikan hati Tuhan:
Kebaikan hati di wajah Anda, kebaikan hati di mata Anda,
kebaikan hati dalam senyuman Anda, kebaikan hati dalam salam hangat Anda.
-Ibu Teresa dari Kalkuta-

Wednesday, September 5, 2007

PRESBITORIAL

HAMBA ADALAH MEMBERI

Mendengar kata memberi, rasanya susah karena kita harus kehilangan sesuatu. Tetapi, Firman Tuhan mengajarkan prinsip yang lain tentang hal memberi, yaitu bila kita memberi maka kita makin berkelimpahan, sebaliknya bila kita menghemat tampaknya selalu berkekurangan.

Karakteristik seorang hamba adalah MEMBERI, seperti: waktu, uang , tenaga, pikiran dan banyak hal lainnya. Tidak ada hal yang bisa kita pertahankan sebagai hamba bila kita mau menyenangkan hati tuan kita. Untuk menjadi hamba yang berkenan kepada tuannya, kita bisa meneladani hidup YESUS di dunia, dimana Dia benar-benar telah menjadi teladan seorang hamba yang berkenan di hati tuannya, DIA tinggalkan kenyamanannya untuk mau menjadi sama seperti kita sebagai manusia bahkan sampai rela mati di kayu salib. Tetapi, apa yang YESUS dapatkan karena DIA telah memberi hidupNYA, yaitu ditinggikan di atas segalanya dan oleh namaNYA semua kaum di muka bumi diselamatkan. YESUS memperoleh KEMULIAAN yang besar karena DIA telah menerapkan prinsip MEMBERI. Banyak tokoh di alkitab yang memberi hidup sebagai hamba ALLAH yang tidak pernah berkekurangan dan malah berkelimpahan, seperti Nuh, Daud, Abraham, dll.

Segala hal yang kita berikan untuk Tuan kita tidak akan pernah sia-sia, karena Tuan yang kita punya itu telah menyediakan segalanya untuk setiap hamba-hambaNYA yang telah melakukan bagiannya. Tuan kita bukan tuan yang tidak tahu berterima kasih, tetapi DIA telah menyediakan sesuatu yang lebih besar lagi, hanya saja DIA melihat KETAATAN dan KETEKUNAN kita. Mari bersama kita belajar untuk MEMBERI HIDUP sebagai HAMBA ALLAH, agar kita sama-sama bisa menikmati hal-hal yang LUAR BIASA dari TUAN kita. (Lilik Megawati/PA Youth)

FOKUS KITA

PRINSIP MEMBERI yang ALKITABIAH

Memberi adalah tindakan yang tidak boleh dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kekristenan. Namun, seringkali tindakan memberi disalah mengerti oleh orang-orang yang belum mengenal Allah, bahkan tidak menutup kemungkinan banyak anak-anak Tuhan juga salah mengerti tentang memberi. Lebih tragis dan menyedihkan lagi, banyak orang-orang yang menganggap diri telah diselamatkan oleh Yesus Kristus tidak peduli dengan hal memberi, pura-pura tidak memahami makna memberi, atau menganggap hal memberi ibarat seorang ibu yang tidak dapat tidur dengan nyenyak karena bayinya yang sedang menangis, dengan kata lain hal memberi sangat mengganggu sekali.
6 kebenaran mengenai hal memberi dalam Perjanjian Baru:

Memberi adalah sebuah perintah (Luk. 6:38).
Yesus memberi perintah supaya kita saling memberi. Perintah berarti hal tersebut sangat penting dan tidak dapat ditawar-tawar. Yang lebih radikal, ayat tersebut menceritakan ketika Yesus berkhotbah kepada murid-murid mengenai mengasihi bukan saja orang yang baik terhadap mereka, tetapi juga yang memusuhi mereka. Jadi, Yesus memerintahkan untuk saling memberi tidak hanya kepada mereka yang baik kepada kita, tetapi juga orang yang memusuhi kita. Hal memberi juga menjadi salah satu jenis “Golden Rule” (aturan emas, ayat. 31). Maksudnya, jika kita ingin diberi maka kita harus memberi terlebih dahulu. Memberi adalah perintah yang mutlak dan dapat dikatakan sejajar dengan Amanat Agung dalam Matius 28:19-20.

Memberi kadang-kadang mengecewakan kita.
Lukas 6:34-35 berkata jika kita memberi jangan berharap sesuatu (imbalan) dari orang yang kita beri. Jika kita berharap sesuatu darinya, maka kita akan (bahkan sering) kecewa. Kekecewaan tersebut diakibatkan karena orang tersebut tidak membalas apa yang telah kita lakukan. Jika kita memberi kepada orang lain, sebenarnya pada saat itu juga kita sedang berurusan dengan Allah. Begitu juga dengan orang yang kita beri. Dia juga berurusan dengan Allah. Dengan demikian, apakah rugi jika kita memberi secara materi, waktu, tenaga, dll? Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa memberi itu akan membuat kita rugi, bahkan sebaliknya, kita akan disebut orang yang berbahagia.

Memberi berarti tidak mementingkan diri sendiri (Kis. 20:34-35)
Paulus memberikan teladan yang baik ketika mengatakan bahwa ia telah bekerja untuk memenuhi keperluannya dan keperluan kawan sekerjanya (ay. 34). Artinya, ia tidak mementingkan diri sendiri, tetapi peduli terhadap yang lain. Terkadang kita perlu mengorbankan agenda pribadi demi memberi orang yang membutuhkan. Tetapi, kita tidak boleh kuatir. Yesus berkata bahwa barang siapa kehilangan nyawanya, maka ia akan mendapatkannya. Dengan kata lain, barang siapa yang memberi kepada sesamanya, maka ia akan diberi. Jadi, jangan pelit atau terlalu hitung-hitungan dalam memberi. Berhikmat boleh, tetapi jangan sampai keragu-raguan kita menjadi penghalang dalam memberi. Allah mungkin sengaja membiarkan ada orang yang miskin dan kaya, supaya hal memberi terus terjadi di bumi.

Prinsip tabur-tuai akan tetap terjadi (II Kor. 9:6)
Berkat yang Allah berikan kepada kita tergantung seberapa besar pemberian kita kepada orang lain. Jangan berharap berkat yang lebih jika kita tidak memberi. Orang yang jarang, bahkan tidak pernah memberi, tidak akan pernah merasa cukup dalam hidupnya. Ia akan selalu merasa kurang. Oleh karena itu, mulailah belajar untuk memberi. Apa saja yang dapat kita berikan, berikanlah.

Memberi akan dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman (Mat. 25:34-46)
Konteks pembicaraan Yesus adalah tentang penghakiman terakhir. Terkadang kita tidak sadar bahwa Allah ada pada orang-orang yang hina atau disisihkan masyarakat. Jangan menunda jika kita ingin memberi, sebab kita tidak tahu apakah orang yang kita beri membutuhkan atau tidak. Tetapi, jika kita ingin memberi, maka berilah! Jangan takut dikecewakan, sebab pada saat Yesus datang dan penghakiman dimulai, maka Ia akan bertanya kepada kita apakah kita sudah memberi.

Allah menghargai pemberian kita & selalu dikenang orang lain
Setiap tindakan kita dalam memberi akan selalu dihargai Allah, sebab kita telah melakukan perintahNya. Selain Allah yang menghargai kita, orang lain juga akan selalu mengenang kita. Tabita atau Dorkas yang selalu berbuat baik dan memberi sedekah kepada orang lain, dikenang oleh para janda disekitarnya ketika ia meninggal. Mereka datang dengan membawa baju dan pakaian dari Tabita (Kis. 9:36-39). John Wilder mengatakan: “Bila anak-anak Allah memberi hadiah, Dia menerima dan menghargainya, mengingat dan memberkatinya.” (you)

SEPUTAR KITA

Kunjungan kepada Para Pahlawan

Minggu, 26 Agustus 2007 adalah hari yang istimewa bagi jemaat Youth, Krispen. Khususnya komsel kami. Sebab, seusai ibadah raya Youth, kami (tiap-tiap komsel Youth) belajar memberkati bangsa. Komsel kami (Samuel) dan komsel Diah bergabung menjadi satu tim (terdiri dari 5 pria dan 7 wanita) melakukan kunjungan ke satu instansi pemerintah yang jarang sekali dikunjungi. Kami berharap mereka terberkati dan menerima kami dengan sukacita. Tim kami rindu supaya bangsa ini diberkati, khususnya orang yang akan kami kunjungi. Setelah mengatur transportasi yang akan kami gunakan, dibawah panas terik pada pukul 13.30, kami berangkati ke tempat para pahlawan berkumpul. Tim kami berkunjung ke PMK (Pemadam Kebakaran) Pasar Turi, Surabaya. Ketika kami datang, ternyata bapak-bapak yang sedang bertugas menyambut kami dengan hangat. Mereka sempat terkejut karena sangat jarang ada kunjungan ke tempat mereka.

Di sana, banyak cerita suka dan duka mereka selama melakukan tugas yang membuat kami menyadari bahwa tugas mereka sangat tidak mudah. Salah satu bapak berkata: “Sukacita kami meluap ketika hari pembagian gaji dan hanya itu saja.” Katanya disambut tawa rekan-rekannya. Duka mereka ternyata banyak sekali. “Kami sering mendapat telpon dari orang-orang yang iseng dan hanya sekedar ingin mengganggu kami. Selain itu banyak isu-isu yang melecehkan mereka seperti jika memanggil PMK, harus ada tarif yang dibayar. Padahal hal itu tidak pernah terjadi. Sebaliknya, pekerjaan kami selalu mempertaruhkan nyawa, sebab selain menghadapi api yang sangat panas, setiap kali bertugas minimal kami sudah menghirup racun asap yang dapat merusak sel-sel tubuh.” Salah seorang bapak yang lain berkata, “Sering berada di dekat kobaran api mungkin membuat kami terbiasa. Tetapi, dari sekian banyak kasus kebakaran sepanjang saya bekerja, saya sangat takut ketika bertugas memadamkan kebakaran kapal tanker minyak beberapa tahun lalu. Sebab, kami menyemprot air dari bawah ke atas tanker yang ada di hadapan kami. Saya takut sekali kalau tiba-tiba tanker tersebut meledak. Saya jadi ingat keluarga di rumah.”

Kita patut berterima kasih kepada mereka yang jarang mendapatkan apresiasi dari masayarakat, tetapi pekerjaan mereka selalu bersifat menyelamatkan masyarakat dan mempertaruhkan nyawa setiap bekerja. Segala kenyamanan telah mereka berikan demi masyarakat Surabaya. Kunjungan yang berlangsung selama 45 menit kami akhiri dengan berdoa bersama. Kami mendoakan mereka supaya Allah memberikan kekuatan, kesabaran dan keselamatan dalam bekerja. Sebagai salah satu bentuk ucapan terima kasih kami atas jasa-jasa mereka, kami berikan beberapa paket bingkisan. Itu adalah sebuah kunjungan yang sulit dihapuskan dalam ingatan kami. Kami sepakat akan terus melakukan aksi berkati bangsa. (Bayu, Komsel Samuel)

INSPIRATIONAL STORY

Tangan Siapa?

Pada akhir Perang Dunia II, para serdadu Amerika yang ditempatkan di sebuah desa di Jerman menawarkan bantuan kepada orang-orang yang terpencil di sana. Tetapi, orang-orang tersebut tidak meminta makanan, uang, alat-alat pertanian, atau benih. Mereka meminta bantuan untuk memugar sebuah patung.

Selama bertahun-tahun patung yang terletak di alun-alun kota itu menjadi milik yang mereka bangga-banggakan. Tetapi, sekarang patung itu sudah hancur. Bisakah orang-orang Amerika membantu membangunnya lagi?

Tugas itu sulit, tetapi akhirnya patung itu berhasil diperbaiki kecuali kedua bagian tubuh yang hilang, yang tidak mampu ditemukan atau digantikan.

Kemudian, para serdadu menutup patung itu dengan kain sehingga ia bisa dibuka dalam sebuah upacara di hadapan seluruh warga desa itu, meski patung itu tidak lengkap. Kepala desa menarik tali, dan kain pun melorot dari patung itu: patung Kristus tanpa tangan.

Orang-orang desa itu memandang kepada tulisan yang ditempatkan oleh para serdadu di kaki patung tersebut: “Aku tidak punya tangan. Maukah engkau mewakili Aku?”

Tuhan tidak mempunyai tangan kecuali tangan Anda,
Tuhan tidak mempunyai kaki kecuali kaki Anda,
Tuhan tidak mempunyai mata kecuali mata Anda,
Maukah Anda menjadi alatNya untuk dunia ini?
-Ibu Teresa dari Kalkuta-

Tuesday, September 4, 2007

FOKUS KITA

SATU TIM


Manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Allah memiliki tujuan yang baik ketika menciptakan Hawa sebagai pendamping Adam. Hawa diciptakan sebagai penolong bagi suaminya, yaitu Adam. Dengan berjalannya waktu, jumlah manusia di bumi semakin meningkat. Manusia akan saling ketergantungan dengan yang lain. Satu pihak memerlukan pihak yang lain. Biasanya yang kuat akan menanggung yang lemah. Jika ada yang lupa, maka yang lain akan mengingatkan. Satu orang sakit, maka yang lain ikut merasakan sakit.

Dalam Excellent Servant Camp (ESC) bagi para pekerja KrisPen beberapa waktu yang lalu, peserta diajar dan belajar banyak hal mengenai menjadi “satu tim”. Dalam SATU TIM, peserta belajar kebersamaan, pengorbanan, saling menolong, saling mengingatkan, tidak egois, dan lainnya, ketika mereka dibagi ke dalam beberapa regu/tim. Jika ada kesulitan, maka semua anggota tim berkumpul dan memikirkan bersama-sama. Dengan kata lain, kita adalah satu tubuh Kristus yang tidak bisa dipisahkan dan akan terus saling membutuhkan. Dalam SATU TIM ada beberapa hal yang harus dimiliki supaya tujuan yang kita rindukan dapat tercapai.

1. Satu hati−satu visi−satu tujuan

Sebagai satu tim kita harus memiliki tujuan akhir atau goal yang sama. Ini disebut visi tim. Sebuah tim tidak akan dapat sukses jika setiap orang di dalamnya memiliki tujuan yang berbeda-beda. Sama halnya seperti tim sepak bola. Sebuah tim sepak bola memiliki satu visi/tujuan akhir yang sama, yaitu menjebol gawang lawan. Tidak ada tim sepak bola yang anggotanya menggiring bola ke tempat lain selain gawang lawan. Jika terjadi perbedaan visi, maka tim akan terpecah dan kalah.

Dalam satu tim, satu posisi akan bertanggung jawab dengan posisi yang lain, walaupun sudah ada pembagian tugas tertentu. Dengan kata lain, nilai satu tim selalu diutamakan. Kegagalan satu tugas adalah kegagalan satu tim, bukan satu orang. Keberhasilan satu tugas adalah keberhasilan satu tim.

2. Komunikasi yang jelas

Untuk mencapai kesuksesan, komunikasi dalam sebuah tim sangatlah penting. Satu aturan yang jelas dan harus terjadi dalam komunikasi adalah DILARANG BERASUMSI. Asumsi disebuat juga praduga, pernyataan yang tidak pasti, kurang jelas, dan yang belum ada kebenarannya. Komunikasi antar anggota tim harus selalu terjadi dengan jelas dan baik. Jika komunikasi berjalan baik, maka asumsi tidak akan terjadi.

3. Hati hamba

Tidak ada kebangunan rohani tanpa kesatuan hati. Tidak ada kesatuan hati tanpa kehambaan. Kehambaan berhubungan dengan rendah hati, taat dan rela berkorban. Setiap anggota harus memiliki dan menghidupi nilai kehambaan, sebab kehambaan adalah hal yang sangat penting dan mendukung keberhasilan tim.

Dalam kehambaan, keegoisan seseorang mulai dihancurkan. Tidak ada lagi yang berpikir untuk dirinya sendiri. Setiap orang harus berpikir secara tim dan bukan hanya menyelesaikan tugas masing-masing. Satu orang harus rela berkorban bagi orang yang lain. Ini saatnya antar anggota tim saling membantu dan menopang. Sebuah tim yang rendah hati tidak akan saling menyalahkan satu sama lain, sebab kelalaian satu orang akan menjadi tanggung jawab bersama. Dengan demikian antar anggota tim akan saling peduli dan mengingatkan jika ada yang lupa. Jika ada masalah dalam satu bidang maka yang lain akan membantu.

4. Peka dan cepat tanggap

Dalam kerja sama tim, dibutuhkan kepekaan dan cepat tanggap terhadap setiap kebutuhan yang muncul. Setaip anggota tim harus memiliki inisiatif. Jangan menunggu perintah dari yang lain terlebih dulu baru bergerak, tetapi peka dan langsung tanggap terhadap kebutuhan yang harus diselesaikan. Ketika seorang anggota menolong yang lain, maka ia harus melakukannya dengan hati yang rela dan bersukacita, tidak bersungut-sungut.

Kita adalah satu tubuh kristus. Kita adalah SATU TIM, yang memiliki satu visi/tujuan sama yang Tuhan percayakan pada gereja lokal dimana kita berada. Visi gereja lokal hanya akan terwujud jika setiap kita hidup dan bergerak sebagai SATU TIM. Kegerakan kita sebagai SATU TIM akan berhasil ketika setiap orang mau rendah hati dan menjadi hamba, saling melayani dan melengkapi satu sama lain.(you)

KELUARGA KITA

PENGARUH MEDIA
bagi ANAK & KOMUNIKASI KELUARGA


Ditinjau dari sudut pemahaman teologis, semua isi dan bentuk media komunikasi manusia sangat ditentukan oleh orang yang memproduksi dan menyampaikan. Sedangkan perkembangan teknologi informasi dan media audio-visual hanya dipakai sebagai alat untuk mempermudah penyampaian komunikasi. Dan orang yang hidup dalam dosa, tidak mungkin bisa menghasilkan komunikasi yang sesuai dengan kebenaran Allah sebab ia sendiri "buta" dan tidak hidup dalam kebenaran.

Contoh: Film yang diproduksi dengan kandungan unsur pornografi oleh seorang seniman, mungkin dikatakan sebagai film yang mempunyai nilai seni yang tinggi, oleh sutradara mungkin dianggap sebagai film yang bisa membawa kekebasan berekspresi, oleh produser akan dikatakan sebagai film yang laku dijual, dan oleh konsumen bisa dianggap film yang enak untuk dinikmati. Tetapi apabila seseorang memiliki nilai moral dan memegang teguh kebenaran Tuhan, ia akan mengatakan bahwa film itu adalah film yang merusak moral.

Jadi, standar penilaian tergantung dari nilai yang tertanam dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, di dalam Ulangan 6:6-9, kita diperintahkan untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran kepada anak-anak secara berulang-ulang; apabila kita duduk di rumah, apabila kita sedang dalam perjalanan, apabila kita berbaring, dan apabila kita bangun. Bahkan, pengajaran yang berulang-ulang itu juga memakai metode visualisasi dengan mengikatkan sebuah kotak kecil berisi firman Tuhan sebagai tanda pada tangan dan hal itu harus menjadi lambang di dahi, serta harus dituliskan pada tiang pintu rumah dan pada pintu gerbang.
Memori di dalam otak manusia sama halnya dengan kemampuan sebuah "microprosesor" hasil teknologi sekarang ini. Di dalam "microprosesor" terdapat apa yang disebut sebagai "cache memory". "Cache memory" adalah memory yang berfungsi menampung semua instruksi yang pernah atau sering dipakai oleh "microprosesor" ketika ia mengakses data ke "main memory". Jadi, setiap intruksi yang pernah dieksekusi, apabila perlu dipakai lagi, bisa diambil dari "cache memory" sehingga tidak perlu menunggu waktu yang lebih lama untuk mengambilnya dari "main memory". Dengan demikian, kinerja prosesor dapat ditingkatkan.

Contoh: Jika kita mempunyai pilihan untuk menempuh perjalanan ke suatu tempat; katakanlah C, dan untuk mencapai tempat itu kita bisa melalui jalan A atau jalan B. Jika jalan A adalah jalan yang biasa dan berulang-ulang kita lewati, sedangkan jalan B jarang kita lewati, faktor kemungkinan kita memilih jalan A akan lebih besar daripada jalan B. Ketika sampai di persimpangan jalan dan dihadapkan untuk memilih jalan A atau B, secara otomatis, reaksi otak akan mengambil data di memori kita berupa jalan A yang sering kita lewati.

Hal serupa juga terjadi dalam pengaruh media tontonan, bacaan, dan permainan; berupa film-film, buku-buku bacaan, game, maupun informasi dari internet. Jika seseorang mengonsumsi materi-materi media yang bersifat merusak, ketika ia dihadapkan pada pilihan bagaimana ia harus mengambil tindakan atau keputusan, ia akan cenderung mengambil data dari memori yang ada di otaknya, yakni apa yang selama ini ia lihat, dengar, dan baca.

Oleh sebab itu, pengajaran yang berulang-ulang akan diambil alih media apabila orang tua tidak mengambil peran yang sangat penting dalam membangun komunikasi keluarga, yaitu mengajarkan dan menanamkan kebenaran firman Tuhan.

Pengaruh Buruk Game
Berikut beberapa pengaruh buruk video game terhadap seseorang.

1. Orang yang kecanduan main game, hingga banyak menyita waktu, bisa bermain game sampai 3 hari 3 malam.
2. Game yang penuh kekerasan bisa mengakibatkan hilangnya empati dan belas kasihan.
3. Kecanduan game mengakibatkan gangguan kesehatan (mata, jantung, syaraf otak, dan sebagainya).
4. Memori otak diisi dengan prinsip-prinsip yang buruk, seperti salah satu slogan game: "Only one rule, kill or be killed".
5. Kehidupan interaksi sosial yang kurang.
6. Pembentukan karakter yang tidak sehat.
7. Penurunan prestasi belajar, kehilangan konsentrasi.
8. Kehilangan fokus terhadap segala sesuatu yang bersifat teks.
9. Penurunan kehidupan spiritual dan lain sebagainya.

Meskipun begitu, ada juga game yang baik dan berguna untuk membangun karakter, tetapi jumlahnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan game yang isinya penuh dengan kekerasan, seks, dan karakter yang buruk. Kita tidak bisa membendung perkembangan teknologi masa kini sebab teknologi akan terus berkembang. Hal yang bisa kita lakukan adalah menggunakan teknologi secara tepat guna dan memanfaatkannya untuk mengajarkan hal yang baik, berguna, dan yang benar kepada anak-anak kita.

Komunikasi Keluarga
Komunikasi dalam keluarga adalah komunikasi yang tidak bisa dilakukan oleh dunia maya dan media massa. Komunikasi yang bersifat tatap muka, berbincang-bincang bersama, disertai dengan beragam ekspresi wajah, canda ria, sentuhan, belaian, dan pelukan akan memberi arti tersendiri dan mengandung sejuta makna bagi pasangan dan anak-anak kita (Elvis, Martin. HP & SMS: Alat Bantu atau Pengganti? Majalah Eunike 08/Triwulan I/23).

Media tidak menganggap anak kita sebagai seorang pribadi, melainkan sebagai konsumen dan penambah rating iklan. Media tidak bisa memeluk anak kita. Media tidak bisa mendengarkan anak kita, kita memiliki hak istimewa apabila anak kita lari memasuki rumah dengan kabar yang menggembirakan: Kita dapat mendengarkan! Pada waktu itu, kita lebih penting dari semua acara media di dunia. Media tidak bisa menggendong dan berdoa bersama anak kita, tetapi kita dapat menaikkan anak kita ke tempat tidur dan menyelimutinya serta berdoa bersama dia (Beers, Gilbert V. Orang Tua, Berbicaralah dengan Anak Anda!).

Kesimpulan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan langkah yang dapat diambil untuk mengatasi kecanduan anak terhadap dunia maya & media audio-visual antara lain:
1. Komunikasi yang efektif adalah dengan media audio-visual.
2. Bangunlah kehidupan rohani dalam keluarga Anda.
3. Komunikasi keluarga sangat berperan dalam menanamkan nilai pada anak dengan orang tua sebagai "role model".
4. Menanamkan nilai kebenaran dalam diri anak itu sangat penting.
Dengan demikian, mereka akan bisa mengambil sikap untuk menolak segala yang tidak baik. Dan sampai tua nanti pun, ia tidak akan menyimpang dari jalan kebenaran.
5. Tidak ada jalan singkat (shortcut) untuk membebaskan anak yang sudah telanjur kecanduan media (game, internet, dan sebagainya); diperlukan usaha dan doa.
6. Jika komunikasi dalam keluarga tidak dibangun, peranan itu akan diambil alih oleh media.
7. Kita tidak bisa melawan dan membendung teknologi dunia maya dan media audio-visual.
8. Lakukan apa yang tidak bisa media lakukan bagi anak Anda.
9. Jangan terlalu terfokus pada sisi buruk anak Anda, kembangkan nilai positif anak -- bakat dan kemampuannya.

Catatan: Artikel ini merupakan makalah yang disertai beberapa cuplikan film & game untuk menjelaskan pengaruh & pemanfaatan media audio-visual, komunikasi keluarga, membangun aspek spiritual, serta tidak terlalu fokus pada sisi negatif anak.


Diambil dan disunting seperlunya dari: Situs Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3), penulis: Martin Elvis

SEPUTAR KITA

Excellent Servant Camp (ESC)

ESC! Excellent Servant History Maker!!! Demikian bunyi salah satu slogan yang sering dideklarasikan selama pelaksanaan ESC (Excellent Servant Camp) pada hari Jumat-Minggu, 10-12 Agustus 2007 lalu, bertempat di Griya Shakinah, Pandaan. ESC adalah sebuah kamp pelatihan yang diadakan oleh Departemen Pengajaran KrisPen bagi para pekerja KrisPen. Bekerja sama dengan departemen Edukasi Abbalove Ministries, Jakarta, untuk pertama kalinya ESC diadakan bagi seluruh PJ, PA & PKS KrisPen seluruh kelompok usia. Adapun ESC merupakan rangkaian dari SPK Pengabdi (kelas pemuridan modul pelayan) yang akan diadakan pada tanggal 11-14 September 2007 mendatang. “Tujuan diadakannya kamp ini adalah mempersiapkan dan melatih para pekerja untuk memiliki pangertian dan nilai-nilai yang benar tentang pelayanan tubuh Kristus sesuai standar firman Tuhan, sehingga pada akhirnya pekerja dapat berfungsi maksimal dalam melayani jiwa-jiwa.” Demikian penjelasan Lois Rubino, selaku koordinator departemen Pengajaran KrisPen.

Sejak awal acara (yang didahului dengan pra-kamp pada tanggal 8 Agustus 2007), tim pelaksana menanamkan nilai-nilai kebersamaan, kedisiplinan dalam waktu dan sikap, dengar-dengaran serta tunduk kepada setiap instruksi yang diberikan. Dibuktikan bahwa baik tim/panitia pelaksana dan peserta berangkat dan pulang bersama-sama dengan transportasi yang sama.

Para peserta sangat antusias mengikuti setiap sesi yang disampaikan. Melalui sesi pertama dan kedua (Prinsip Dasar Kehidupan dan Gambar Diri) yang disampaikan oleh Bapak Edi Margono, Tuhan melawat dan memulihkan para peserta secara luar biasa. Pada sesi Dialog dengan Tuhan, kembali peserta diajarkan untuk mengutamakan Persekutuan dengan Tuhan di atas segalanya sebab walaupun pelayanan kita hebat di mata manusia, tetapi tanpa persekutuan dengan Allah, maka pelayanan tersebut tidak ada artinya dan tanpa kuasa. Melalui sesi Hati Nurani yang Murni, Sejarah & Nilai-nilai Pelayanan, Penyerahan Hak serta Otoritas yang disampaikan oleh Bapak Basuki Prayitno, peserta sangat banyak mengalami terobosan dan pembaharuan paradigma yang luar biasa tentang arti pelayanan yang sejati serta pemulihan hubungan dengan sesama rekan pelayanan. Pada sesi terakhir tentang Panggilan Ilahi, Sdri. Julistiaty Siburian menyampaikan bahwa di manapun kita berada, melalui profesi dan fungsi kita Tuhan memanggil kita untuk memberikan dampak.

Selain sesi-sesi yang padat dan berbobot, tim pelaksana juga menanamkan nilai-nilai pelayanan melalui simulasi-simulasi yang menarik dan penuh makna kepada para peserta. Dan sepanjang kegiatan camp nilai-nilai kesepakatan, kerjasama, keberanian, integritas, pengorbanan dan persatuan juga sangat ditekankan. Tidak lupa acara olah raga pagi diadakan untuk mengingatkan peserta tentang perlunya memperhatikan kesehatan jasmani. Untuk meramaikan acara, peserta yang dibagi dalam beberapa regu SATGAS (Satuan Tugas) juga diminta untuk membuat yel-yel yang memuat nilai-nilai pelayanan kreatif sekaligus menarik.

Karena ESC bukan acara retreat biasa, melainkan kamp pelatihan, maka para peserta tidak hanya diajar dan dipulihkan saja, tetapi juga dituntut untuk menerapkan secara aktif dan langsung nilai-nilai yang telah diajarkan di setiap sesi bahkan selama kamp berlangsung. Jadi, hak-hak pribadi para peserta seperti egois, hidup nyaman telah dicabut selama kamp berjalan.

Menutup ESC, Sdri. Julistiaty Siburian yang juga selaku penanggung jawab keseluruhan acara menjelaskan tujuan dan maksud seluruh rangkaian acara yang mungkin di awal acara membuat peserta bertanya-tanya maksudnya. Dijelaskannya bahwa tujuan akhir ESC adalah lahirnya pelayan yang unggul yang mencetak sejarah (excellent servant history maker). Tak lupa, diadakan upacara bendera bersama-sama. Upacara bendera diadakan untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan cinta bangsa. Setiap peserta disadarkan bahwa mereka ada di bangsa Indonesia bukan karena kebetulan, tetapi ada tujuan tertentu yaitu menjadi berkat dan memuliakan Tuhan untuk Indonesia.(you)

PRESBITORIAL

2 Hal yang Saling Mempengaruhi

ENCOUNTER (perjumpaan) dengan Tuhan adalah esensi yang sangat penting dalam beribadah, baik secara pribadi maupun korporat (bersama-sama). Harus ada keseimbangan dalam melakukan ibadah pribadi maupun korporat karena keduanya saling mempengaruhi.

Ibrani 10:24-25 berkata, “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasehati dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Dari ayat ini kita mengetahui bahwa kita tidak bisa dan tidak boleh hanya memusatkan diri pada ibadah pribadi kita pada Tuhan saja, tetapi melayani orang lain, sebagai bentuk ibadah kita kepada Tuhan, juga penting.

Renungkan hal ini: Seseorang tidak mungkin dapat membangun hubungan intim dengan Tuhan lewat saat teduh yang baik dan konsisten jika tidak ada orang lain yang terus menerus memotivasi, menasehati dan mendoakan. Jadi, ibadah korporat akan memperkuat ibadah pribadi.

Mari kita bangun hubungan persahabatan dengan Tuhan terus-menerus dan saling melayani orang lain. Dengan demikian kehiduapan kita akan menghasilkan buah. (Setyarini/PA Teen)

FOKUS KITA

Vertikal & Horizontal yang Sama Pentingnya

Ibadah sejati yang dikehendaki Allah adalah persembahan hidup kita secara pribadi. Roma 12:1 berkata, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Inti ayat ini adalah penyerahan diri kita kepada Allah. Penyerahan diri kita kepada secara total kepada Allah ternyata sangat dihargaiNya. Yang terutama Allah inginkan bukan talenta, uang, harta-benda, serta apa yang kita miliki, tetapi hidup kita yang dipersembahkan terlebih dahulu. Pertanyaannya adalah Sudahkah kita memberikan hidup seutuhnya kepada Allah? Bagaimana dengan janji kita ketika pertama kali menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi ini, “Tuhan Yesus…(mungkin dengan sedikit tangisan & sikap tubuh bersujud), ampuni semua dosaku. Aku percaya Engkau mati untuk dosa-dosaku dan saat ini aku menyerahkan hidupku untuk Engkau pimpin.” Apakah kita telah ingkar janji kepada Allah? Mungkin kita sendiri sudah lupa kapan terima Tuhan Yesus, apalagi kata-kata yang diucapkan saat itu.

Mari belajar ibadah yang sejati dari salib Kristus. Bayangkan kita sedang berdiri di hadapan salib Yesus 2000 tahun yang lalu. Bayangkan Yesus yang sedang tergantung di di sana.

Perhatikan tubuh Yesus yang sedang tergantung di salib. Bukankah itu salah satu bentuk penyerahan diri yang sangat luar biasa? (Yesus bisa saja memilih untuk lari dan meninggalkan para prajurit yang sedang mencariNya di Getsemani). Penyerahan Yesus di sini bukan berarti kekalahan, tetapi bentuk penyerahan dengan maksud dan tujuan tertentu. Setelah beberapa jam bergumul, Yesus mengatakan kepada Bapa, “Terjadilah kehendakMu, bukan kehendakKu…”. Ia menyerahkan diriNya kepada Bapa di sorga supaya kehendakNya terjadi dan manusia memperoleh keselamatan. Tanpa penyerahan Yesus di kayu salib, tidak ada keselamatan.

Kayu salib adalah gambaran yang sangat menarik. Posisi vertikal salib mengajar kita makna ibadah yang pertama, yaitu Yesus sedang menyerahkan hidupNya secara total kepada Bapa. Bukti penyerahan totalNya dapat kita lihat mulai dari kehidupan Yesus sampai kepada kematianNya. Penyerahan total bukan hanya pada waktu-waktu tertentu, tetapi sejak kita berkata, “Tuhan inilah hidupku seutuhnya, kuserahkan ke dalam tangan-Mu…,” sampai kita berkata, “Tuhan aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik”, atau sampai pada akhir hidup kita. Pandanglah lagi Yesus yang sedang tergantung di kayu salib, ia adalah buah sulung penyerahan total yang luar biasa. Jadi ibadah yang sejati adalah penyerahan total hidup kita kepada Allah untuk dipimpinNya setiap hari.

Posisi horizontal salib mengajar kita makna ibadah yang kedua. Yakobus 1:27 mengatakan: “Ibadah yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka dan menjaga dirinya sendir supaya tidak dicemarkan oleh dunia.” Ini berarti kita harus melakukan sesuatu untuk sesama kita. Kita harus berbuat baik, melayani, menasihati, mendukung, dan peduli terhadap mereka. Kita harus jadi berkat bagi sesama kita, di manapun kita berada. Inilah bentuk kedua ibadah yang Allah kehendaki, yaitu mengasihi dan melayani tanpa pilih-pilih. Penekanan Yakobus kepada yaitm piatu dan janda-janda memiliki maksud tertentu. Biasanya, para yatim piatu, janda, orang terlantar adalah orang yang hina, terbuang dan tidak dipedulikan. Tetapi, firman Allah justru menegaskan supaya kita tidak pandang bulu. Sudahkah kita melakukan sesuatu bagi sesama yang paling “hina” ini?

Ibadah yang sejati mencakup aspek vertikal dan horizontal. Vertikal berarti penyerahan diri secara total kepada Allah dalam bentuk perjumpaan Illahi secara pribadi, mungkin melalui saat teduh, ibadah atau doa pribadi dan yang terpenting adalah dipimpin oleh Roh Kudus setiap hari. Horizontal berarti mengasihi, melayani, berbuat baik kepada orang lain. Dua hal ini juga terkandung dalam 2 hukum terutama, kesimpulan dari Hukum Taurat, yaitu mengasihi Allah dan sesama. Dua hal ini sama pentingnya yang harus kita lakukan sebagai bentuk kasih serta ibadah kita yang sejati kepada Allah.(you)

SEPUTAR KITA

Sebelumnya, saya adalah orang yang sangat tertutup dan sangat sulit untuk percaya pada orang lain, sebab di masa lalu saya banyak sekali dikecewakan dan dikhianati orang lain, terutama dalam hal kepercayaan. Akibatnya saya menjadi orang yang tertutup dan sulit percaya pada orang lain, sehingga jika ada masalah, saya menyelesaikannya dengan cara dan kekuatan saya sendiri. Hubungan saya dengan Tuhan pun jauh. Karena pengalaman buruk masa lalu itu, saya juga sulit mempercayai Tuhan dan sulit mempercayakan hidup saya padaNya. Seringkali dalam menyelesaikan masalah saya banyak mengambil jalan pintas yang salah dan cenderung berdosa. Tentu saja cara penyelesaian saya selalu membawa kegagalan.
Saya bersyukur melalui THCL saya dibawa Tuhan lebih dekat denganNya. Kalau dulu saya melakukan segala sesuatu berdasarkan kehendak diri saya sendiri dan selalu kuatir akan hari esok, sekarang saya dibukakan bahwa Tuhan adalah Bapa dan sahabat yang sangat dapat dipercaya dimana denganNya saya bisa menjalin hubungan setiap saat melalui dialog terus-menerus. Dengan rutin berdialog denganNya, sekarang Tuhan membawa saya melakukan sesuatu dengan mencari kehendakNya terlebih dulu. Tuhan berjanji bahwa bunga bakung di padang pun Dia yang pelihara, sehingga saya dapat aman mempercayakan hidup saya padaNya. Saya juga confess Firman Tuhan Filipi 4:6-7 setiap kali pikiran saya diserang kekuatiran. Firman itulah yang merhema dalam pikiran saya sehingga saya tidak lagi takut lagi akan hari esok. Tuhan terus ajar saya supaya tetap confess sampai sekarang hingga saya bisa berkemenangan. (Maria/Teen)

Saya bersyukur melalui THCL Tuhan banyak membentuk saya, terutama dalam area kepekaan dan kepedulian terhadap sesama. Terlebih, pada waktu minggu ke-4, yaitu memiliki pikiran Kristus, saya semakin diubahkan Tuhan hari demi hari. Sebelumnya saya anaknya egois, tidak menyapa orang, tidak mau membantu orang lain karena bagi saya itu bukan tugas saya. Intinya, aku ya aku. Lalu Tuhan tegur saya bahwa saya harus memiliki kepedulian terhadap orang lain. Tuhan ajarkan bahwa kepekaan bisa kita miliki dengan memiliki pikiran Kristus. Sekarang saya bisa bersosialisasi dengan orang lain, mau membantu orang lain dengan tidak terpaksa, dan tidak lagi angkuh. Awalnya, perubahan ini sangat berat buat saya, tapi Tuhan terus ingatkan dan saya mau melakukan meskipun tidak mudah.
Saya juga diajar Tuhan untuk terus confess Firman dalam Filipi 2:3. Dengan confess firman Tuhan terus menerus akhirnya rasa angkuh saya bisa luntur dengan sendirinya dan saya bisa menjadi orang yang bisa memperhatikan orang lain. (Yulika/Teen)

EDITORIAL

Setia itu Mahal!

SETIA! Sebuah kata yang mudah diucapkan, tetapi pada kenyataannya sangat sulit untuk dilakukan. Setia memiliki makna tetap, terus-menerus, tidak menyerah, tidak berhenti, konsisten. Kesetiaan tidak terjadi begitu saja. Kesetiaan adalah salah satu karakter yang Allah ingin kita miliki, dimana hal itu perlu proses dan latihan. Cara efektif untuk menguji serta melatih kesetiaan adalah melalui krisis, persoalan dan waktu.

Segala persoalan yang kita alami, Allah ijinkan terjadi bukan untuk menyakiti kita, melainkan ”memunculkan” karakter kita yang sebenarnya. Karakter kita yang sebenarnya dan respon kita terhadap masalah yang kita hadapi menarik perhatian Allah dan turut menentukan hasil akhir ujian/latihan iman kita.

Rut adalah salah satu teladan kesetiaan. Sekalipun mungkin tidak ada alasan yang ”menguntungkan” baginya untuk tetap setia mengikuti Naomi, mertuanya, sekalipun mungkin tidak ada janji maupun jaminan bahwa kehidupannya di masa mendatang akan lebih mudah baginya, tetapi dia rela mengkomitmenkan dirinya untuk setia mengikuti mertuanya dalam suka dan duka. Dan memang, kehidupan yang dijalaninya tidak mudah, tetapi ia tetap memegang kesetiaannya terhadap mertuanya. Itulah yang menarik perhatian Allah. Melalui Boas, Allah memberkati Rut dan memakai garis keturunannya dalam kelahiran Yesus Kristus, Juru Selamat dunia.

Kita memiliki ribuan janji Allah dalam Alkitab. Dia berkata hanya orang yang setia sampai akhirlah yang akan mengalami penggenapan janji-janji Allah dalam hidupnya. Adakah kesetiaan kita hari-hari ini sedang diuji melalui krisis yang kita hadapi? Jangan menyerah, karena akan tiba waktunya kita akan menuai janjiNya. (Yulia Windyasari/Pemimpin Redaksi)

FOKUS KITA

SETIA MEMEGANG PERJANJIAN

Jika Allah berjanji, Dia pasti menggenapi tepat pada waktuNya. Hanya saja, kadang kita tidak dapat mengalami janji Allah digenapi karena kita menyerah dalam ujian iman yang Allah ijinkan terjadi ditengah perjalanan penggenapan janji Allah. Ya, ujian iman dan penggenapan janji adalah dua hal yang berhubungan.

Pertama, ujian iman memurnikan kita sehingga siap menerima janjiNya. Allah ingin setiap kita siap menerima janjiNya, sebab Dia memiliki tujuan yang besar ketika Dia memberkati kita, yaitu agar kita menjadi berkat untuk orang lain (diberkati untuk memberkati). Orang yang tidak siap, berpotensi menyalahgunakan/menyia-nyiakan berkat Allah sehingga nama Allah bukannya ditinggikan, sebaliknya, direndahkan oleh sikap kita. Sangat mudah bagi Allah untuk menggenapi janjiNya sekarang juga, tetapi Allah sangat menyukai proses. Dia tidak hanya ingin memberkati kita, tetapi juga ingin menyatakan kemuliaanNya dalam dan melalui hidup kita. Dalam ujian/latihan iman, karakter, pikiran, perasaan, kehendak, pengharapan dan kasih kita diprosesNya semakin serupa Dia. Jika kita menang, kita akan benar-benar mengalami secara pribadi janjiNya dan nama Allah dimuliakan melalui hidup kita. Orang yang siap menerima janji Allah adalah orang yang tahu benar tujuan Allah memberkatinya dan mau melakukan bagiannya dalam tujuan Allah tersebut ketika ia menerima penggenapan janjiNya. Sepanjang kita belum siap, Allah akan terus memproses kita. Bukan untuk mengulur-ulur waktu atau menyakiti kita, tetapi Ia sungguh mengasihi kita sehingga tidak ingin kita menjadi hancur atau binasa karena berkat yang kita terima sebelum waktunya.

Kedua, ujian iman menguji kesetiaan kita kepada Allah. Seberapa kuat iman dan percaya kita akan Dia, sang sumber berkat, yang memberi dan pasti akan menggenapi janjiNya. Banyak dari kita menginginkan berkat, tetapi menolak sang pemberi berkat. Akibatnya, ketika menerima berkat, kita justru menjadi sombong dan tidak setia padaNya. Allah sangat memahami kecenderungan manusia yang “mudah lupa diri” ketika keadaan terlihat lancar menyenangkan. Allah juga memahami kecenderungan manusia yang gampang menyalahkanNya ketika keadaan tidak berjalan sesuai yang diinginkan dan menjadi gelap mata melakukan segala cara, melakukan pemberontakan serta mendahului waktu & kedaulatan Allah demi mengejar “berkat”. Karena itu, tak jarang saat kita menerima janji Allah, Dia ijinkan kita memasuki situasi-situasi yang semakin sulit, kita semakin banyak mengalami kehilangan. Di sinilah kesetiaan kita kita diuji. Allah ingin kita mencari & menginginkan hanya Dia. Saat kita setia beriman kepadaNya di masa sulit, ketika Allah menggenapi janjiNya, kita tetap setia padaNya, karena kita tahu Dia sumber berkat kita dan ada tujuan di dalam penggenapan janjiNya dimana kita memiliki bagian untuk menggenapi tujuan itu.

Apa yang harus kita lakukan untuk dapat tetap setia ketika berada di masa sukar?

1. Hidup dalam perjanjian Allah
Musuh iman adalah situasi sekitar kita. Saat kita menerima janji firman Allah, kita menerima dengan iman yang teguh, bukan dengan perasaan kita yang mudah berubah oleh sikon. Cara kita hidup (berpikir, bersikap, berkata-kata dan bertindak ) harus sesuai dengan janji firmanNya. Jika pikiran dan sikap kita selalu berubah-ubah dipenuhi keraguan, jika kata-kata kita selalu bernada pesimis dan negatif, jika tindakan kita selalu berontak terhadap firman & cara Allah serta mencari jalan sendiri, akan sulit bagi kita untuk mengalami penggenapan janjiNya (Yak. 1:6-8). Ketaatan adalah cara untuk membuat janji Firman Allah menjadi nyata di dalam hidup kita karena ketaataan adalah bentuk tertinggi dari iman. Karena itu, pikirkan firman, katakan firman, dan lakukan firman. Jangan biarkan keraguan akan kuasa Allah menyelinap di hati kita.

2. Bertekun dalam perjanjian Allah.
Bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk 1:37). Karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk melepaskan iman dan percaya kita padaNya. Janji Tuhan jarang datang lebih cepat, tetapi tidak pernah terlambat. Yang pasti, Allah memberikan kepada kita kasih karuniaNya sehingga kita mampu bertekun dalam menanti janjiNya. Sambil menanti penggenapan janji Allah, kita perlu menjaga sikap hati kita tetap benar di hadapanNya, tetap berharap padaNya dan tekun melakukan segala tugas dan tanggung jawab yang Allah percayakan pada kita. Sebab, sesudah tekun melakukan kehendak Allah, kita akan memperoleh yang dijanjikanNya (Ibr 10:35-36). Karena itu, teguhkan dan tabahkan hati apapun yang terjadi, sebab sedikit waktu lagi, Allah akan menggenapi janjiNya.

Apakah kesetiaan kita dalam memegang perjanjian Allah sedang diuji lewat masa sulit saat ini? Ingat saja rumus 4T yang Penatua Hanna Ongkosoetrisno ajarkan :

TEKUN + TAAT + TABAH = TANDA HERAN
(mr)

BERKAT TUHAN MELALUI THCL

BERKAT TUHAN MELALUI THCL

Pada mulanya saya telah mengalami kejenuhan secara rohani, bahkan saya mulai undur dari Tuhan. Saya tidak pernah ke gereja lagi karena kejenuhan kejenuhan saya telah berada di titik yang paling berat. Selain itu banyak masalah yang saya hadapi baik pribadi maupun dalam keluarga. Tidak ada damai sejahtera, sebaliknya sering terjadi pertengkaran dalam keluarga. Suatu ketika Tuhan membawa saya kembali datang beribadah di gereja dimana saat itu dimulai saat teduh dengan THCL. Ketika saya mulai membangun hubungan intim dengan Tuhan, saya merasakan terobosan dalam hidup saya. Saya belajar tunduk pada pimpinan Roh Kudus. Dampak dari hubungan intim dengan Tuhan sangat luar biasa. Dua kali Tuhan menyelamatkan saya dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawa saya. Selain lolos dari maut, Tuhan memberikan pertolonganNya dalam masalah keluarga saya. Tuhan berikan saya kekuatan, kuasa dan hikmatNya sehingga saya dapat mengusir segala bentuk serangan-serangan kuasa kegelapan yang dilancarkan oleh orang-orang yang tidak suka pada keluarga saya melalui jimat-jimat yang disebar di sekitar rumah saya. Tuhan membawa saya lebih peka pada tuntunanNya. Saya percaya ketika kita intim dengan Tuhan, kita akan benar-benar mengalami kuasa pembelaan Tuhan. (Agung Kariono/Youth)

Sebelum mulai saat teduh dengan THCL, saya memiliki pergumulan yang sangat banyak. Setelah saya keluar dari pekerjaan di bengkel, banyak masalah yang dihadapi. Selain tidak bekerja, saya juga memiliki beberapa kebutuhan hidup yang harus terpenuhi. Saya butuh pekerjaan, butuh biaya untuk makan, saya juga butuh sebuah alat transportasi yaitu sepeda motor. Saya rindu memiliki sepeda motor supaya bisa menjemput teman-teman untuk pergi ke komsel atau ibadah. Ketika saya memulai saat teduh dengan THCL, banyak sekali kebenaran yang Tuhan singkapkan dalam hidup saya. Saya mulai bergaul intim dengan Tuhan, belajar taat melakukan kebenaran Firman Allah. Melalui dialog dengan Tuhan, saya berbicara kepada Tuhan mengenai kebutuhan hidup sehari-hari. Tuhan ingin supaya saya tetap bersuka cita, melayani dan berbuah bagi Dia apapun keadaan saya sekarang. Ternyata pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat, seperti fajar pagi hari yang tidak pernah terlambat bersinar. Suatu hari, Tuhan perintahkan saya untuk mengunjungi salah satu keluarga dari orang tua saya. Ternyata keluarga saya tersebut memberikan sepeda motornya kepada saya, padahal dia tidak tahu kerinduan saya untuk memiliki sepeda motor. Puji Tuhan! Tuhan berkati saya sepeda motor lewat keluarga saya. Saat ini saya juga telah mendapatkan pekerjaan sehingga kebutuhan sehari-hari terpenuhi. Haleluya! Saat saya belajar intim dengan Tuhan, doa-doa saya dijawab olehNya. (Eko Sudarmoko/ Youth)

INSPIRATIONAL STORY

Manusia Kopi

Seorang gadis mengeluh kepada ayahnya tentang beratnya kehidupan. Masalah yang datang silih berganti membuatnya merasa capek berjuang.

Sang ayah yang adalah seorang koki, beranjak ke dapur, mengisi 3 panci dengan air kemudian meletakkannya ke atas kompor dan menyalakannya. Ketika air di ketiga panci tersebut mendidih, pada panci pertama sang ayah memasukkan sebatang wortel, panci kedua diisi dengan sebutir telur, sedangkan panci ketiga diisi dengan beberapa biji kopi. Dibiarkannya ketiga panci itu beberapa saat tanpa berkata kepatah katapun. Anak gadisnya menunggu dengan tidak sabar dan bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang sedang dikerjakan ayahnya.

Setelah beberapa menit berlalu, sang ayah mematikan kompor dan mengeluarkan isi panci. Wortel diletakkannya dalam sebuah piring, telur diletakkannya dalam sebuah mangkuk, kemudian dituangkannya kopi dalam sebuah cangkir. Segera sesudah itu ia bertanya kepada anak gadisnya, ”Sayang, apa yang kamu lihat?”

”Wortel, telur dan secangkir kopi,” jawabnya.

Kemudian sang ayah berkata, ”Setiap benda yang kamu lihat mengalami penderitaan yang sama, yaitu direbus dalam air yang panas, tetapi reaksi masing-masing berbeda. Wortel yang kuat, keras dan tegar ternyata setelah dimasak dalam air mendidih menjadi lemah dan lembek. Telur yang rapuh, yang hanya memiliki kulit luar yang tipis untuk melindungi cairan di dalamnya, ketika dimasukkan ke dalam air mendidih, ternyata cairan didalamnya menjadi keras. Sedangkan biji kopi yang sangat unik, setelah dimasukkan ke dalam air mendidih, mengubah air menjadi enak dan mengeluarkan bau yang harum. Yang mana engkau, anakku?,” tanya sanga ayah. ”Ketika penderitaan terjadi dalam hidupmu, bagaimana reaksimu? Apakah kamu seperti wortel, telur, atau kopi?”

Bagaimana dengan kita? Apakah kita seperti wortel, yang kelihatannya keras, tetapi saat berhadapan dengan penderitaan menjadi lembek, lemah dan kehilangan kekuatan? Apakah seperti telur, yang mulanya berhati penurut, berjiwa lembut, namun ketika mengalami penderitaan dan masalah menjadi keras kepala dan memberontak? Ataukah seperti kopi, yang bahkan ketika mencapai puncak penderitaan, direbus dalam air mendidih bersuhu 100 derajat celcius, mampu mengubah air panas−hal yang membawa penderitaan, menjadi semakin enak rasanya dan mengeluarkan bau harum?(l@)