Tidak Cukup Sekedar Kristen
Dulu ketika baru pindah ke rumah baru, saya sangat senang sekali karena rumah kami dikelilingi kebun dengan bermacam-macam tanaman buah-buahan yang tumbuh subur. Maklum, rumah kami berdiri di atas lahan bekas perkebunan. Kami memiliki tiga jenis pohon mangga, tiga jenis jambu air, dua jenis jambu batu, belimbing, rambutan, srikaya, sirsak dan beberapa pohon pisang. Saya memiliki pengalaman menarik dengan pohon pisang yang di kemudian hari lewat pengalaman tersebut, Tuhan mengajarkan sebuah kebenaran yang tak terlupakan tentang hidup untuk menghasilkan buah.
Setiap kali pohon pisang kami berbuah, dalam satu tandan selalu penuh sisiran pisang, yang setiap buahnya sebesar lengan tangan. Saya suka memperhatikan setiap kali kakek saya memanennya. Setelah memotong tandan pisang, dua atau tiga hari setelahnya beliau selalu menebang pohon pisang yang telah diambil buahnya tersebut sampai habis. Karena tidak tahu alasannya, saya pun bertanya, “Kenapa kakek selalu menebang pohon pisang sampai habis setelah dia berbuah? Kenapa tidak dibiarkan saja? Sayang kan, toh nanti bisa berbuah lagi.” Kakek tertawa mendengar pertanyaan saya, lalu menjawab, “Pohon pisang itu hidup dan tumbuh untuk menghasilkan buah sekali seumur hidupnya. Setelah itu dia mati. Setelah mati, akan tumbuh tunas pisang baru di bekas tempat dia hidup dulu. Tidak ada gunanya pohon pisang terus hidup tanpa menghasilkan buah.”
Demikian pula hidup kekristenan kita. Menjalani hidup kekristenan tanpa menghasilkan buah tidak akan berarti apa-apa dan tidak berguna. Tuhan menghendaki kita bertumbuh maksimal di dalam Dia dan menghasilkan buah bagi kerajaanNya, sehingga Ia dipermuliakan dalam hidup kita. (Yulia Windyasari/Pemimpin Redaksi)
Setiap kali pohon pisang kami berbuah, dalam satu tandan selalu penuh sisiran pisang, yang setiap buahnya sebesar lengan tangan. Saya suka memperhatikan setiap kali kakek saya memanennya. Setelah memotong tandan pisang, dua atau tiga hari setelahnya beliau selalu menebang pohon pisang yang telah diambil buahnya tersebut sampai habis. Karena tidak tahu alasannya, saya pun bertanya, “Kenapa kakek selalu menebang pohon pisang sampai habis setelah dia berbuah? Kenapa tidak dibiarkan saja? Sayang kan, toh nanti bisa berbuah lagi.” Kakek tertawa mendengar pertanyaan saya, lalu menjawab, “Pohon pisang itu hidup dan tumbuh untuk menghasilkan buah sekali seumur hidupnya. Setelah itu dia mati. Setelah mati, akan tumbuh tunas pisang baru di bekas tempat dia hidup dulu. Tidak ada gunanya pohon pisang terus hidup tanpa menghasilkan buah.”
Demikian pula hidup kekristenan kita. Menjalani hidup kekristenan tanpa menghasilkan buah tidak akan berarti apa-apa dan tidak berguna. Tuhan menghendaki kita bertumbuh maksimal di dalam Dia dan menghasilkan buah bagi kerajaanNya, sehingga Ia dipermuliakan dalam hidup kita. (Yulia Windyasari/Pemimpin Redaksi)
No comments:
Post a Comment