Thursday, March 6, 2008

Penuntun Saat Teduh Pribadi

25 Februari – 2 Maret 2008
Menikmati Hidup dan Hari-hari yang Baik



Senin, 25 Februari – BIBIR YANG DIKUDUSKAN
Firman Hari Ini : I Petrus 3: 8-12

Pertanyaan Perenungan :
1. Apa yang harus kita lakukan jika ingin menikmati hidup yang diberkati oleh Tuhan? (Ayat 10).
2. Apa rahasianya supaya kita bisa menjaga lidah? (Ayat 8-9)
3. Apa yang terjadi jika kita melaksanakan firman yang ditulis di ayat 8-10? (Ayat 12)

Pengajaran :
Menarik sekali untuk didalami bahwa rahasia menjalani hari-hari yang baik dalam kehidupan kita bukan terletak kepada kepandaian, kekayaan, ketenaran atau lainnya, tetapi kepada bagaimana kita menjaga lidah terhadap perkataan yang jahat dan menipu. Karena itu, di Alkitab terdapat banyak sekali firman yang mengajar kita untuk menjaga perkataan kita, yaitu sebanyak 215 kali. Khususnya di kitab Amsal kita bisa menemukan banyak sekali ayat tentang lidah. Untuk bisa menjaga perkataan, kita harus mengijinkan kasih Bapa menguasai hati kita. Kasih Kristus yang kita ijinkan bekerja di dalam hati akan memampukan kita untuk selalu rindu hidup berdamai dengan semua orang. Jika hati kita dikuasai oleh kasih Kristus, maka kita menjadi seorang yang penyayang; seorang yang rendah hati; seorang yang tidak membalas caci maki dengan caci maki. Orang yang seperti ini tidak mungkin mengucapkan kata-kata yang jahat atau yang menipu. Apa yang kita ucapkan dengan bibir adalah luapan hati kita (Matius 12:34). Karena itulah Daud berdoa beberapa kali supaya hati dan bibirnya berkenan kepada Allah. Camkanlah baik-baik, Bapa kita di sorga hanya mau memperhatikan permohonan orang yang hatinya diperintah oleh kasih, dan yang bibirnya dikuduskan dari ucapan jahat dan menipu. Jika Anda berdoa tentunya sangat ingin dikabulkan oleh Bapa, bukan? Siapakah dari antara kita yang mau menjadi orang yang ditentang oleh Bapa? Pasti tidak ada! Sebab itu, mari kita kuduskan mulut bibir kita.


Penerapan Pribadi :
1. Apakah selama ini Anda sering mengucapkan perkataan yang jahat dan menipu? Kepada siapakah perkataan tsb Anda ucapkan? Datanglah dan minta maaf kepada orang yang Anda sakiti dengan perkataan Anda.
2. Serahkanlah hati Anda kepada Roh Kudus agar dipenuhi oleh kasih Bapa.
3. Serahkanlah juga bibir Anda untuk dikuduskan oleh darah Yesus.


Selasa, 26 Februari – PERKATAAN DUSTA
Firman Hari Ini : Mazmur 52:1-11

Pertanyaan Perenungan:
1. Apakah yang menjadi kecintaan orang fasik (= tidak takut akan Allah)?
(Ayat 5-6)
2. Apakah yang akan Allah lakukan terhadap mereka? (Ayat 7)
3. Bagaimana kualitas hidup orang yang benar? (Ayat 10)

Pengajaran:
Di kehidupan sehari-hari, dusta telah menjadi bagian dari hidup manusia pada umumnya. Tak terkecuali, orang Kristenpun banyak yang suka berbohong. Entah untuk alasan supaya dirinya tidak usah menanggung akibat kesalahannya, atau untuk alasan supaya mendapat uang lebih banyak, maupun alasan-alasan lain yang begitu banyak. Namun, orang benar, yaitu orang Kristen sejati yang takut akan Allah, harus membenci dusta. Amsal 13:5 mengatakan, “Orang benar benci kepada dusta...”. Ada 7 hal yang Allah benci, dan salah satunya adalah lidah dusta (Amsal 6:16-17). “Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi orang yang berlaku setia dikenanNya” (Amsal 12:22). Anda benar-benar ingin menikmati hidup yang berkualitas unggul dan menjalani hari-hari yang berbahagia, bukan? Jika demikian, buanglah dusta dari mulut Anda. Dalam berbisnis, jangan berdusta. Bapa berkuasa memberkati bisnis Anda secara limpah jika Anda menjauhkan dusta. Dalam bekerja, jangan berdusta kepada pimpinan atau rekan sekerja. Dalam menuntut ilmu, jangan berdusta kepada guru. Dalam keluarga, jangan berdusta. Dalam pelayanan di gereja, jangan berdusta. Allah tidak akan memberkati hidup orang yang suka berdusta kepada sesamanya. Orang yang suka berdusta tidak akan menjalani hidup yang baik. Amsal 19:9 mengatakan,”Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa.” Akankah Anda teruskan kebiasaan berdusta itu jika konsekuensinya adalah hukuman dan kebinasaan? Tentunya tidak, bukan? Karena itu ambillah keputusan tegas mulai hari ini untuk tidak berdusta. Katakanlah kepada diri Anda berulang-ulang: “Aku orang benar. Aku benci kepada dusta. Jika aku berdusta, aku akan segera minta ampun kepada Bapa dan minta maaf kepada orang yang kudustai.”

Penerapan Pribadi:
1. Kepada siapa Anda terbiasa berdusta? Tuliskan satu per satu, kemudian dengan hati yang bertobat, mintalah ampun kepada Bapa.
2. Sebagai bukti pertobatan Anda yang tulus, mintalah maaf kepada orang yang Anda dustai.


Rabu, 27 Februari – AWAS GOSIP !
Renungkan baik-baik firman Tuhan di bawah ini :

Amsal 11:13 (Bhs. Ind. Sehari-hari) – “Penyebar kabar angin (Inggris – KJV : Penyebar berita/ penggosip) tak dapat memegang rahasia, tapi orang yang dapat dipercaya bisa merahasiakan perkara.”

Amsal 16:28 : “Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah (Inggris: penggosip) menceraikan sahabat yang karib.”

Amsal 18:8 : “Perkataan pemfitnah (Inggris: gosip) seperti sedap-sedapan, yang masuk ke lubuk hati.”

Amsal 20:19 : “Siapa mengumpat (Inggris: menceritakan gosip), membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut.”

Amsal 26:20 : “Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah (Inggris: penggosip) tak ada, redalah pertengkaran.”

Pengajaran :
Allah membenci perpecahan tetapi mengasihi persatuan (Baca: I Korintus 1:10). Sebaliknya, iblis membenci persatuan, tetapi mengasihi perpecahan. Dimana ada persatuan, kerukunan, kesepakatan, di sana berkat Allah turun, kuasa Allah bekerja dengan dahsyat, sehingga mereka yang belum percaya kepada Yesus diselamatkan. Sebaliknya, di mana ada perpecahan, kutuk terjadi, kuasa iblis bekerja dan hidup kita hancur berantakan dan mereka yang belum percaya Yesus sama sekali tidak tertarik kepada Yesus. Gosip adalah suatu dosa lidah yang berdampak amat buruk yaitu mengakibatkan perpecahan! Sebab itulah firman Tuhan mengajar kita untuk tidak bergaul dengan orang yang suka menceritakan gosip, karena penggosip akan merusak hubungan persaudaraan yang baik. Mungkin fakta yang kita ceritakan tentang seseorang benar adanya, tetapi jika kita menceritakan fakta tsb. kepada pihak yang tidak berkepentingan, atau kepada pihak yang bukan merupakan bagian dari solusi suatu masalah, maka kita bergosip. Pada umumnya suatu gosip itu tidak benar atau tidak sepenuhnya benar. Sebab itu, biasakan untuk hanya berbicara yang baik mengenai orang lain. Jangan biasakan diri untuk membicarakan kelemahan orang lain. Ketika kita membicarakan kelemahan orang lain, sesungguhnya kita sedang menjelekkan diri sendiri, sebab kita adalah sesama anggota keluarga Allah. Kasih menutupi banyak sekali dosa (I Petrus 4:8). Apabila ada pelanggaran yang dilakukan saudara seiman, kita harus menjumpai dia secara pribadi (empat mata) dengan rendah hati (tidak menghakimi) dan menasihati dia agar insyaf, sambil kita menjaga diri agar tidak jatuh ke dalam pelanggaran juga (Galatia 6:1-2). Anda rindu menjalani hari-hari yang baik? Jangan suka bergosip! Penggosip banyak musuhnya dan hatinya tidak bisa berdamai dengan Allah.

Penerapan Pribadi :
1. Apakah Anda memiliki kebiasaan menceritakan kelemahan orang lain? Marilah datang kepada Bapa dengan hati yang bertobat dan berubah mulai hari juga.
2. Dalam bergaul dengan sesama, biasakan untuk hanya berbicara yang baik tentang orang lain.


Kamis, 28 Februari – CEPAT MENDENGAR, LAMBAT BERKATA-KATA
Firman Hari Ini: Yakobus 1:19-27

Pertanyaan Perenungan:
1. Mengapa kita harus cepat mendengar, lambat berkata-kata dan lambat marah? (Ayat 20).
2. Apa rahasia untuk bisa cepat mendengar, lambat berkata-kata dan lambat marah? (Ayat 21)
3. Menurut ayat 26, apa yang harus kita lakukan agar Ibadan kita tidak sia-sia?

Pengajaran:
Memang untuk cepat mendengar, lambat berkata-kata dan lambat marah, kita semua harus terus-menerus belajar dari hari ke hari, karena sifat alamiah manusia adalah cepat berkata-kata, cepat marah, lambat mendengar. Padahal di Alkitab, kita bisa menemukan banyak sekali perintah untuk mendengar dengan baik. Mendengar bukan hanya dengan telinga, namun dengan HATI. Orang yang cepat berkata-kata sebelum mendengar disebut orang bodoh. Sungguh, suatu predikat yang buruk yang Tuhan berikan kepada kita, jika kita cepat berbicara dan tidak mau mendengar. “Orang bodoh tidak suka diberi pengertian; ia hanya ingin membeberkan isi hatinya.” (Amsal 18:2 – BIS). “Menjawab sebelum mendengar adalah perbuatan yang bodoh dan tercela.” (Amsal 18:13 – BIS). Ternyata hal yang menurut kita tidak apa-apa karena semua orang melakukannya, dipandang Allah sebagai perbuatan yang bodoh, tercela, tidak benar dihadapanNya. Orang yang sebelum mendengar sudah langsung berbicara dan marah (emosional) sebenarnya sedang mempermalukan diri sendiri, karena dengan berbuat demikian, ia menyatakan diri sebagai orang bodoh. Bukan orang yang dia marahi yang malu, tetapi yang menumpahkan marahnya itulah yang malu. Sebaliknya, orang yang kita anggap bodoh atau kurang berpendidikan, akan dipandang sebagai orang yang bijak, jika dia menahan perkataannya. “Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin. Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya.” (Amsal 17:27-28). Rindu untuk menjalani hidup yang baik, memiliki hubungan yang harmonis dengan sesama, dan berhasil menyelesaikan persoalan-persoalan? Praktekkanlah cepat mendengar, lambat berbicara dan lambat marah.

Penerapan Pribadi:
1. Mari kita introspeksi diri dengan rendah hati dan jujur di hadapan Bapa. Apakah kita lebih cepat berkata-kata, cepat marah sebelum mendengar? Tuliskanlah apa yang Roh Kudus ingatkan kepada Anda.
2. Mulai praktekkan kebenaran firman hari ini dalam keluarga, dalam komunitas Anda lainnya, maka hari-hari Anda akan menjadi indah.


Jum’at, 29 Februari - SENI MENDENGAR DENGAN BAIK
Firman Hari Ini: Bacalah sekali lagi Yakobus 1:19-27 dan dapatkan hal-hal yang baru dari Roh Kudus.

Pengajaran:
Dalam bukunya Habitudes #2, Tim Elmore menuliskan 6 Kebiasaan Buruk dalam Mendengar yaitu:

1. Mendengar dengan menghakimi : terlalu cepat mengambil kesimpulan mengenai orang yang berbicara. Lawan bicara belum selesai mengatakan maksudnya, kita sudah menghakimi dia.

2. Mendengar sambil memilah-milah : hanya mau mendengar hal-hal yang kita ingin dengar.

3. Mendengar dengan tidak sabar : menyelesaikan kalimat orang yang sedang berbicara, memotong pembicaraan orang lain.

4. Mendengar dengan egois : memikirkan apa yang kita akan katakan kepada lawan bicara, sementara orang itu berbicara.

5. Mendengar tanpa perhatian : pura-pura mendengar, padahal sebenarnya kita sedang asyik memikirkan dunia kita sendiri.

6. Mendengar dengan keras kepala : mendengar, tetapi hati kita tidak terbuka, karena sudah mempunyai pendirian yang kukuh dan sudah mengambil keputusan bulat.

Anda termasuk pendengar jenis apa? Kita semuanya pasti bersalah dalam mendengar. Di dalam Yakobus 1:21, firman Tuhan mengajar kita untuk membuang segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak serta menerima firman dengan hati yang lemah lembut, agar supaya kita bisa menjadi pendengar yang baik dan bisa mengekang lidah. Tim Elmore mengatakan, agar kita berhasil menjadi pendengar yang baik, kita perlu berlatih dalam 2 hal yaitu: menunjukkan empati dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang baik. Empati adalah masuk dalam situasi seseorang. Kita harus mengerti bagaimana perasaan lawan bicara dan menunjukkan rasa peduli yang tulus. Dengarkan dan sekali-sekali ajukan pertanyaan yang baik sehubungan dengan topik yang sedang dibicarakan, supaya kita betul-betul mengerti maksud lawan bicara. Jangan membuat asumsi atau mengambil kesimpulan terlalu dini.

Penerapan Pribadi :
1. Baca 6 kebiasaan buruk tsb. di atas dan tuliskan kebiasaan mana yang Anda sering lakukan. 2. Buatlah keputusan untuk belajar mengubah kebiasaan buruk tsb.
3. Praktekkan 2 seni mendengar tsb. diatas: Empati dan Mengajukan pertanyaan setiap kali berbicara dengan sesama.


Sabtu, 1 Maret – MEMBANGUN PELAYAN TUHAN
Firman Hari Ini :

Yesaya 50:4 - “Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.”

Amsal 16:24 – “Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.”

Pengajaran:
Jangan menunda untuk menyatakan penghargaan! Renungkanlah kisah nyata berikut ini. Ada seorang pria muda yang melayani sebagai pemain organ di sebuah gereja besar di Texas. Dia adalah pemusik yang amat berbakat, tetapi, karena matanya buta, maka dia tak bisa melihat wajah jemaat yang mencerminkan damai dan sukacita ketika mendengarkan permainan organnya. Pelayanan musiknya telah menyentuh hati jemaat secara mendalam. Seringkali air mata mereka mengalir mendengar alunan musiknya. Namun demikian, tak seorangpun datang kepada pemain organ yang mendambakan respon dari jemaat yang dilayaninya. Suatu pagi, Bapak Pendeta mengumumkan bahwa si anak muda tsb. telah mengambil keputusan yang bulat untuk berhenti melayani sebagai pemain organ dan bahwa harus dicari pemain organ yang lain. Selesai ibadah hari itu, seorang wanita yang seringkali diberkati oleh pemain organ menghampiri dia dan dengan sungguh-sungguh berkata, “Saya amat sedih mendengar bahwa kamu tidak akan melayani kami lagi. Selama ini saya sangat digugah oleh musikmu. Itu sangat menghibur dan menyembuhkan hatiku yang sedang berdukacita. Sering saya berpikir untuk memberi tahu kepadamu betapa pelayanan musikmu menggugah semangatku. Saya amat berterima kasih kepadamu.” Suara anak muda itu terbata-bata dan air matanya berlinang saat dia menjawab, “Oh, mengapa Ibu tidak pernah mengatakan hal ini kepada saya sebelumnya? Saya amat mendambakan penghiburan dan dorongan juga.”

Menyampaikan kata-kata penghargaan kepada mereka yang telah menunjukkan dedikasinya dalam melayani pekerjaan Tuhan adalah penting untuk dilakukan. Apabila para pelayan Tuhan mempunyai semangat tinggi, maka jemaatlah yang akan merasakan dampak positifnya. Sebaliknya, jemaat akan dirugikan bila para pelayan Tuhan letih lesu jiwanya. Mari kita budayakan untuk selalu ingat menghargai pelayan-pelayan yang ada di jemaat. Doakan mereka dan beri dorongan dengan menghargai semua jerih lelah mereka dalam pekerjaan Tuhan.

Penerapan Pribadi:
1. Apa yang Anda lakukan selama ini kepada mereka yang telah memberikan hidupnya untuk melayani Tuhan dalam jemaat lokal? Hanya menuntut, mengritik, menghakimi, ataukah menghargai dan memberi dorongan?
2. Pikirkan minimal 1 orang pelayan Tuhan di dalam jemaat yang Anda akan hargai secara tulus.
Biasakanlah untuk selalu ingat melakukan hal ini kepada para pelayan Tuhan di gereja kita.


Minggu, 2 Maret– MEMBANGUN SESAMA DENGAN PERKATAAN
Firman Hari Ini : Efesus 4: 29-32

Pertanyaan Perenungan :
1. Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan ‘perkataan kotor’ dalam ayat 29?
2. Berikan sedikitnya 2 contoh perkataan yang membangun iman atau menggugah semangat orang lain.

Pengajaran :
Pada suatu hari seorang dokter menulis ucapan terima kasih kepada mantan gurunya yang telah memberikan banyak sekali dorongan ketika dia menjadi murid 30 tahun yang lalu. Sang mantan guru kemudian membalas suratnya: “Ungkapan terima kasihmu amat berarti bagiku. Sekarang aku telah berusia 80 tahun, tinggal sendirian di rumah yang kecil, memasak makananku sendiri, dan hidupku seperti satu-satunya daun yang menancap di sebuah pohon. Aku telah bekerja sebagai guru selama 50 tahun. Suratmu merupakan ungkapan penghargaan yang pertama kalinya kuterima. Selama ini aku merasa kesepian dan suratmu telah memberiku semangat.“

Setiap orang di dunia ini amat membutuhkan kata-kata dorongan. Di sekeliling kita banyak sekali orang yang kesepian, putus asa, bingung, kuatir, tertekan karena merasa dirinya gagal. Karena itu Tuhan memerintahkan agar kita mengucapkan kata-kata yang membangun semangat, sehingga mereka yang mendengar memperoleh kekuatan baru dalam batinnya. Kata-kata kotor, yaitu kata-kata yang melemahkan semangat, kata-kata pahit, fitnah, dan sejenisnya tidak boleh keluar dari mulut kita. Kata-kata dorongan justru diperlukan oleh orang-orang di sekeliling Anda, seperti anggota keluarga (suami, istri, anak, saudara kandung), rekan sekerja atau sepelayanan, karyawan atau pembantu kita. Kita cenderung tidak menghargai orang yang hidup dan bekerja bersama kita. Nyatakan rasa penghargaan Anda secara tulus ketika mereka melakukan perbuatan baik. Biasanya kita diam saja jika melihat mereka baik, tetapi langsung mengritik atau menyampaikan keluhan jika mereka bersalah. Marilah kita membiasakan diri untuk dengan sengaja menunjukkan penghargaan kita kepada mereka yang berbuat suatu kebaikan. Itu amat berarti bagi mereka. Alangkah indahnya suasana di dalam keluarga kita, di dalam komunitas di tempat kerja kita, dan di dalam komunitas gereja kita, apabila kita saling menghargai, dan saling memberi semangat. “Kata-kata yang membangun adalah udara segar (oxigen) bagi jiwa.”

Penerapan Pribadi:
1. Kapan terakhir kali Anda memberi kata-kata dorongan kepada mereka yang membutuhkan?
2. Berdoalah kepada Bapa agar Roh Kudus selalu mengingatkan Anda untuk membangun dan menghargai orang di sekeliling Anda.

No comments: