Penjual Tempe
Ada seorang ibu yang sehari-harinya berjualan tempe buatan sendiri di desanya. Suatu hari, ketika hendak ke pasar untuk menjual tempenya, ternyata pagi itu kedelai yang diolahnya masih belum menjadi tempe alias masih setengah jadi. Ibu itu sangat sedih, sebab jika tempe tersebut belum jadi berarti ia tidak akan mendapatkan uang, karena tempe yang belum jadi tentu tidak laku dijual. Padahal, penghasilan satu-satunya si ibu agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari hanyalah dari menjual tempe saja.
Dalam kesedihannya, si ibu teringat firman Tuhan yang berkata bahwa Tuhan dapat melakukan perkara-perkara ajaib dan tiada hal yang mustahil bagi-Nya. Si ibu pun menumpangkan tangannya di atas tumpukan batangan kedelai yang masih dibungkus daun pisang tersebut. “Bapa di Surga, aku mohon kepadaMu agar kedele ini menjadi tempe. Dalam nama Yesus, Amin". Demikian doa yang dipanjatkannya dengan sepenuh hati. Ia yakin dan percaya Tuhan menjawab doanya. Lalu, dengan tenang ia menekan-nekan bungkusan bakal tempe tersebut dengan ujung jarinya. Dengan hati penuh harap, Ia mulai membuka sedikit bungkusannya untuk melihat mujijat kedelai menjadi tempe terjadi.
Betapa kaget dia ketika mendapati bahwa kedelai tersebut tidak berubah! Si Ibu tidak kecewa. Ia berpikir mungkin doanya kurang jelas didengar Tuhan. Lalu kembali ia menumpangkan tangan di atas batangan kedelai tersebut. "Bapa di surga, aku tahu bahwa bagiMu tiada yang mustahil. Tolonglah supaya hari ini aku bisa berdagang tempe karena itulah mata pencaharianku. Aku mohon dalam nama Yesus kedelai ini menjadi tempe. Amin." Dengan Iman, ia kembali membuka sedikit bungkusan tersebut. Ternyata, kedelai tersebut tidak berubah!
Sementara, hari semakin siang dan pasar akan semakin ramai. Si ibu yang tidak merasa kecewa atas doanya yang belum terkabul merasa bahwa bagaimanapun sebagai langkah iman ia akan tetap ke pasar membawa dagangannya itu. Ia berpikir mungkin mujijat Tuhan akan terjadi di tengah perjalanannya ke pasar. Iapun bersiap berangkat ke pasar. Sebelum beranjak keluar rumah, ia sempatkan untuk menumpangkan tangan sekali lagi. "Bapa di surga, aku percaya Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju pasar, Engkau akan mengadakan mujijat buatku. Dalam nama Yesus, Amin." Ia pun berangkat. Di sepanjang perjalanan ia tidak lupa menyanyikan lagu puji-pujian kepada Tuhan.
Sesampainya di pasar, ia yakin bahwa tempenya sekarang pasti sudah jadi. Iapun membuka keranjang dan pelan-pelan menekan-nekan dengan jarinya setiap bungkusan yang ada. Perlahan ia membuka sedikit daun pembungkusnya dan melihat isinya. Ternyata, tempenya memang benar-benar belum jadi! Si Ibu menarik napas kecewa. Ia mulai kecewa pada Tuhan karena doanya tidak dikabulkan. Ia merasa Tuhan tidak peduli dan tidak kasihan kepadanya yang hidup hanya mengandalkan hasil menjual tempe saja. Ia hanya duduk saja tanpa menggelar dagangannya karena tahu bahwa tidak akan ada orang yang mau membeli tempe yang masih setengah jadi.
Hari semakin siang dan pasar mulai sepi pembeli. Ia melihat dagangan teman-temannya sesama penjual tempe sudah hampir habis. Hanya sedikit saja yang tersisa. Si ibu termenung dan tertunduk lesu. Ia tidak sanggup menghadapi kenyataan hidupnya bahwa hari itu ia tidak akan mengantongi uang sepeserpun. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sapaan seorang wanita. "Bu! Permisi, saya mau tanya. Apa ibu menjual tempe yang belum jadi? Soalnya dari tadi saya sudah keliling pasar mencarinya, tapi tidak ada."
Seketika si ibu kaget. Sebelum menjawab pertanyaan wanita di depannya itu, dalam hati cepat-cepat ia berdoa "Tuhan, saat ini aku tidak butuh tempe lagi. Aku tidak butuh. Biarlah daganganku tetap seperti semula. Dalam nama Yesus, dalam nama Yesus, Amin." Tetapi kemudian, ia ragu menjawab wanita itu. Ia berpikir jangan-jangan selagi duduk termenung tadi, tempenya sudah jadi. "Bagaimana nih?" pikirnya. "Kalau aku katakan ya, jangan-jangan tempenya sudah jadi. Siapa tahu tadi sudah terjadi mujijat Tuhan?" Ia kembali berdoa dalam hati, "Ya Tuhan, biarlah tempeku ini tidak usah jadi tempe lagi. Sudah ada orang yang kelihatannya mau beli. Tuhan, tolonglah aku kali ini. Dengarkanlah doaku ini." ujarnya berkali-kali. Lalu, sebelum menjawab wanita itu, ia pun membuka sedikit daun penutupnya. Ternyata, memang benar tempenya belum jadi! Ia bersorak senang dalam hatinya. Puji Tuhan. bisiknya.
Singkat cerita wanita tersebut memborong semua dagangan si Ibu itu. Sebelum wanita itu pergi, ia bertanya kepada si wanita mengapa membeli tempe yang belum jadi. Wanita itu mengatakan bahwa anaknya di luar kota mau jadi ia harus membeli tempe yang belum jadi, agar setibanya di sana tempenya sudah jadi. Kalau tempe yang sudah jadi yang dikirim, maka setibanya di sana tempe tersebut sudah busuk dan rasanya tidak enak.
Seringkali kita memaksakan jawaban doa yang kita inginkan kepada Tuhan. Padahal sebenarnya Tuhan lebih mengetahui apa yang kita perlukan. Kita juga sering menjadi ragu dan tidak percaya bahwa Tuhan mau serta sanggup menolong kita hanya karena cara maupun jawaban-Nya tidak sesuai dengan harapan kita. Kita perlu menyadari bahwa Tuhan pasti mau serta sanggup menolong kita dengan cara yang terbaik dan pasti lebih baik dari keinginan kita. Karena Ia yang terlebih tahu kebutuhan kita. Tuhan punya 1001 macam cara untuk menolong kita dengan cara yang terkadang sama sekali di luar perkiraan kita sebelumnya. Tetapi, percayalah bahwa Dia akan menjawab doa kita sesuai dengan rancangan-Nya yang terbaik bagi kita (Yesaya 55:8-9, Filipi 4:19).
Dalam kesedihannya, si ibu teringat firman Tuhan yang berkata bahwa Tuhan dapat melakukan perkara-perkara ajaib dan tiada hal yang mustahil bagi-Nya. Si ibu pun menumpangkan tangannya di atas tumpukan batangan kedelai yang masih dibungkus daun pisang tersebut. “Bapa di Surga, aku mohon kepadaMu agar kedele ini menjadi tempe. Dalam nama Yesus, Amin". Demikian doa yang dipanjatkannya dengan sepenuh hati. Ia yakin dan percaya Tuhan menjawab doanya. Lalu, dengan tenang ia menekan-nekan bungkusan bakal tempe tersebut dengan ujung jarinya. Dengan hati penuh harap, Ia mulai membuka sedikit bungkusannya untuk melihat mujijat kedelai menjadi tempe terjadi.
Betapa kaget dia ketika mendapati bahwa kedelai tersebut tidak berubah! Si Ibu tidak kecewa. Ia berpikir mungkin doanya kurang jelas didengar Tuhan. Lalu kembali ia menumpangkan tangan di atas batangan kedelai tersebut. "Bapa di surga, aku tahu bahwa bagiMu tiada yang mustahil. Tolonglah supaya hari ini aku bisa berdagang tempe karena itulah mata pencaharianku. Aku mohon dalam nama Yesus kedelai ini menjadi tempe. Amin." Dengan Iman, ia kembali membuka sedikit bungkusan tersebut. Ternyata, kedelai tersebut tidak berubah!
Sementara, hari semakin siang dan pasar akan semakin ramai. Si ibu yang tidak merasa kecewa atas doanya yang belum terkabul merasa bahwa bagaimanapun sebagai langkah iman ia akan tetap ke pasar membawa dagangannya itu. Ia berpikir mungkin mujijat Tuhan akan terjadi di tengah perjalanannya ke pasar. Iapun bersiap berangkat ke pasar. Sebelum beranjak keluar rumah, ia sempatkan untuk menumpangkan tangan sekali lagi. "Bapa di surga, aku percaya Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju pasar, Engkau akan mengadakan mujijat buatku. Dalam nama Yesus, Amin." Ia pun berangkat. Di sepanjang perjalanan ia tidak lupa menyanyikan lagu puji-pujian kepada Tuhan.
Sesampainya di pasar, ia yakin bahwa tempenya sekarang pasti sudah jadi. Iapun membuka keranjang dan pelan-pelan menekan-nekan dengan jarinya setiap bungkusan yang ada. Perlahan ia membuka sedikit daun pembungkusnya dan melihat isinya. Ternyata, tempenya memang benar-benar belum jadi! Si Ibu menarik napas kecewa. Ia mulai kecewa pada Tuhan karena doanya tidak dikabulkan. Ia merasa Tuhan tidak peduli dan tidak kasihan kepadanya yang hidup hanya mengandalkan hasil menjual tempe saja. Ia hanya duduk saja tanpa menggelar dagangannya karena tahu bahwa tidak akan ada orang yang mau membeli tempe yang masih setengah jadi.
Hari semakin siang dan pasar mulai sepi pembeli. Ia melihat dagangan teman-temannya sesama penjual tempe sudah hampir habis. Hanya sedikit saja yang tersisa. Si ibu termenung dan tertunduk lesu. Ia tidak sanggup menghadapi kenyataan hidupnya bahwa hari itu ia tidak akan mengantongi uang sepeserpun. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sapaan seorang wanita. "Bu! Permisi, saya mau tanya. Apa ibu menjual tempe yang belum jadi? Soalnya dari tadi saya sudah keliling pasar mencarinya, tapi tidak ada."
Seketika si ibu kaget. Sebelum menjawab pertanyaan wanita di depannya itu, dalam hati cepat-cepat ia berdoa "Tuhan, saat ini aku tidak butuh tempe lagi. Aku tidak butuh. Biarlah daganganku tetap seperti semula. Dalam nama Yesus, dalam nama Yesus, Amin." Tetapi kemudian, ia ragu menjawab wanita itu. Ia berpikir jangan-jangan selagi duduk termenung tadi, tempenya sudah jadi. "Bagaimana nih?" pikirnya. "Kalau aku katakan ya, jangan-jangan tempenya sudah jadi. Siapa tahu tadi sudah terjadi mujijat Tuhan?" Ia kembali berdoa dalam hati, "Ya Tuhan, biarlah tempeku ini tidak usah jadi tempe lagi. Sudah ada orang yang kelihatannya mau beli. Tuhan, tolonglah aku kali ini. Dengarkanlah doaku ini." ujarnya berkali-kali. Lalu, sebelum menjawab wanita itu, ia pun membuka sedikit daun penutupnya. Ternyata, memang benar tempenya belum jadi! Ia bersorak senang dalam hatinya. Puji Tuhan. bisiknya.
Singkat cerita wanita tersebut memborong semua dagangan si Ibu itu. Sebelum wanita itu pergi, ia bertanya kepada si wanita mengapa membeli tempe yang belum jadi. Wanita itu mengatakan bahwa anaknya di luar kota mau jadi ia harus membeli tempe yang belum jadi, agar setibanya di sana tempenya sudah jadi. Kalau tempe yang sudah jadi yang dikirim, maka setibanya di sana tempe tersebut sudah busuk dan rasanya tidak enak.
Seringkali kita memaksakan jawaban doa yang kita inginkan kepada Tuhan. Padahal sebenarnya Tuhan lebih mengetahui apa yang kita perlukan. Kita juga sering menjadi ragu dan tidak percaya bahwa Tuhan mau serta sanggup menolong kita hanya karena cara maupun jawaban-Nya tidak sesuai dengan harapan kita. Kita perlu menyadari bahwa Tuhan pasti mau serta sanggup menolong kita dengan cara yang terbaik dan pasti lebih baik dari keinginan kita. Karena Ia yang terlebih tahu kebutuhan kita. Tuhan punya 1001 macam cara untuk menolong kita dengan cara yang terkadang sama sekali di luar perkiraan kita sebelumnya. Tetapi, percayalah bahwa Dia akan menjawab doa kita sesuai dengan rancangan-Nya yang terbaik bagi kita (Yesaya 55:8-9, Filipi 4:19).
No comments:
Post a Comment