Saturday, March 15, 2008

FOKUS KITA

Alasan yang Membawa Kehidupan

Manusia cenderung suka mencari-cari alasan untuk menyelamatkan diri dari tanggung jawab, membenarkan diri, melindungi keamanan serta kenyamanan pribadinya. Tidak sedikit pula anak-anak Tuhan yang suka mencari alasan untuk menghindarkan diri dari penderitaan karena melakukan amanat agung yang Tuhan percayakan. Parahnya, semakin hari semakin cerdik saja kita memelintir alasan sehingga ”terlihat” benar, alkitabiah dan masuk akal. Kita tidak pernah benar-benar memikirkan akibat yang lahir karena mencari-cari alasan sampai kita kehilangan apa yang Tuhan percayakan.

Pertama kali dipercaya menjadi seorang PKS, saya adalah orang yang minder dan mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan. Sedangkan anggota komsel saya terdiri dari orang-orang yang keras dan sulit diatur. Rata-rata mereka memiliki latar belakang masa lalu dan keluarga yang hancur sehingga mereka tumbuh menjadi orang yang suka memberontak, namun rapuh dan haus kasih. Ketika menghadapi kesulitan dalam membina mereka, saya sering memakai alasan ”aku sibuk... aku tidak punya pengalaman... mereka terlalu keras... mereka suka membangkang... tapi aku sudah mengingatkan... aku sudah menasehati mereka, kok... kalau mereka berbuat dosa itu kan pilihan mereka, aku sudah lakukan bagianku” untuk menyelamatkan diri dari p-e-n-d-e-r-i-t-a-a-n karena memuridkan jiwa-jiwa yang Tuhan percayakan. Sampai akhirnya saya kehilangan seorang anggota komsel yang jatuh ke dalam dosa dan dosanya menghasilkan buah. Awalnya, saya masih saja mencari alasan demi membela diri. Sampai akhirnya Tuhan menegur saya bahwa dosa anak komsel saya adalah dosa saya juga. Saya berdosa karena tidak tekun menjaganya dalam doa, tidak berjaga-jaga mengingatkan dia setiap waktu. Saya tidak mengupayakan yang terbaik dari seluruh yang saya miliki untuk membina dia. Saya tidak melakukan bagian saya semaksimal mungkin sampai di batas akhir kemampuan saya untuk menjaga dia yang telah Tuhan percayakan kepada saya. Peristiwa itu menjadi catatan kelam kehidupan saya, bahwa saya turut andil membuat seseorang jatuh dalam dosa dan dosanya menghasilkan buah. Saya sangat menyesal, hancur hati dan tidak mampu memandang Tuhan yang saya salibkan untuk kedua kalinya oleh karena dosa saya ini.

Minggu ini kita memperingati kematian Yesus di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita. Mari sejenak kita renungkan: apa jadinya jika Yesus mencari-cari alasan untuk menolak perintah Bapa untuk lahir ke dunia sebagai manusia, yang harus menderita dan mati di kayu salib dengan cara yang sangat hina dan memalukan demi menebus dosa manusia? Apa jadinya jika Yesus menyerah pada ketakutannya atas ”tujuan hidup” yang akan jalaniNya, ketika berdoa di taman Getsemani? Apa jadinya jika Yesus tidak memberikan yang terbaik dari diriNya (nyawaNya) dan berjuang sampai titik darah penghabisan demi keselamatan manusia? Manusia akan berakhir di neraka yang kekal.

Karena itu, berhati-hatilah atas alasan-alasan yang kita miliki. Jangan sampai alasan-alasan kita membawa kita pada tindakan yang mematikan kehidupan jiwa-jiwa yang Tuhan percayakan. Tetapi, biarlah alasan-alasan kita membawa kita pada tindakan yang membawa kehidupan dan keselamatan bagi mereka yang Tuhan percayakan dalam hidup kita. Keluarga, saudara seiman, teman, anak binaan serta jiwa-jiwa yang terhilang di luar sana.

Bagaimana caranya keluar dari kebiasaan mencari-cari alasan?

1. SADARI bahwa setiap kita punya bagian dan tanggung jawab
Berhentilah menyalahkan situasi, masalah atau orang lain. Apapun situasi, masalah maupun sikap orang lain, itu hanyalah pemicu. Respon dan pilihan kita atas tiga hal itulah yang menentukan tindakan yang kita lakukan. Sadari bahwa dalam situasi, masalah dan orang yang sulit sekalipun, Tuhan berikan kita bagian dalam pekerjaanNya untuk membawa damai sejahtera, pemulihan, berkat bagi orang lain.

2. JANGAN MENUNDA waktu
Ketika Roh Kudus mengingatkan kita untuk melakukan sesuatu bagi orang lain, segeralah bertindak. Jangan menundanya, karena kita tidak pernah tahu mungkin kesempatan berikutnya kita sudah terlambat atau keadaan sudah menjadi semakin parah. Jangan takut dan pusing memikirkan hasilnya. Roh Kudus yang akan bekerja memampukan kita untuk melayani orang lain.

3. LAKUKAN yang TERBAIK sampai BATAS AKHIR KEMAMPUAN kita (l@)
Yang terpenting dalam melakukan bagian kita adalah yang terbaik dengan tekun dan setia sampai batas akhir kemampuan kita. Jangan cepat putus asa dan berhenti di tengah jalan. Percayalah bahwa jerih payah kita tidak akan sia-sia dan kebenaran firman yang kita sampaikan kepada mereka akan bekerja mengubahkan mereka (1 Kor. 15:58, Yes. 55:11)

No comments: