HADIAH TERBAIK
untuk ORANG LAIN
untuk ORANG LAIN
Sebuah kalimat bijak berbunyi: ”Hadiah terbaik untuk orang lain adalah diri kita sendiri.” Ini benar! Bahkan, Yesus sendiri semasa di dunia telah menjadi teladan dalam hal memberikan diri sendiri sebagai hadiah terbaik bagi orang lain. Ia tidak hanya memberikan waktu, tenaga, pikiran, kasih serta kuasaNya untuk melayani orang lain. Tetapi, hal terpenting adalah ketika memberi kepada orang lain, Ia juga turut memberikan seluruh hidupNya di dalam pemberian tersebut seumur hidupNya di dunia dan dalam situasi apapun. Bukan hanya sekali waktu, bukan ketika tidak malas, capek atau sedang ingin saja. Maka tidak heran jika pelayananNya begitu penuh kuasa dan orang-orang yang dilayaniNya mengalami perubahan total.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita, yang adalah murid Yesus, menjadi hadiah terbaik bagi orang lain? Mari cek diri kita dengan merenungkan beberapa hal berikut
KASIH TANPA SYARAT
Kasih tanpa syarat haruslah menjadi dasar motivasi kita dalam memberikan diri sebagai hadiah untuk orang lain. Matius 22:39 berkata, ”kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Inilah kasih sejati. Orang yang memberi, menolong, melayani dan memperlakukan orang lain dengan landasan kasih sejati tidak memikirkan keuntungan yang akan dia dapat atau menuntut balasan apapun dari orang lain. Ia hanya memikirkan keuntungan, kesejahteraan orang lain yang ia beri, tolong dan layani dan perlakukan dengan baik. Ia memperlakukan orang lain seperti dirinya sendiri.
PENGORBANAN TOTAL
Apakah kenyamanan kita terganggu saat ada seseorang meminta tolong pada kita? Apakah ”daging” kita terasa sakit saat harus bergerak melakukan sesuatu untuk orang lain ketika kita ingin bersantai? Adalah mudah dan biasa memberi, menolong/melayani orang lain ketika kondisi kita baik, sehat, cukup/berkelebihan. Adalah luar biasa memberi ketika kita berada di situasi yang sebaliknya, seperti janda miskin dalam Markus 12:42-44. Hadiah termahal adalah hadiah yang lahir dari pengorbanan, rasa ”sakit” dan ”kehilangan” kenyamanan.
MEMBERIKAN “SEMUANYA”
Ya, kita bisa memberikan segala yang kita “miliki” untuk orang lain. Tenaga, waktu, pikiran, uang, keahlian kita untuk orang lain. Tetapi, apa itu sudah “segala”nya? Maksudnya, apakah kita hanya melakukan tindakan memberi, menolong, melayani, atau benar-benar memberikan diri kita sepenuhnya? Memberikan diri berarti ketika kita memberikan uang untuk berobat, kita juga peduli untuk menanyakan kabar, turut merasakan (empati) deritanya serta mendoakan dia. Ketika kita memasak untuk orang lain, kita memasak dengan sukacita, tulus, ikhlas, memberikan segenap keahlian kita untuk kesehatan orang lain. Tidak hanya apa yg kita lakukan diluar saja, tetapi lebih dari itu hati & pikiran kita juga menyatu dengan pemberian kita. Itulah hadiah terbaik yang dapat kita berikan bagi orang lain.(l@)
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita, yang adalah murid Yesus, menjadi hadiah terbaik bagi orang lain? Mari cek diri kita dengan merenungkan beberapa hal berikut
KASIH TANPA SYARAT
Kasih tanpa syarat haruslah menjadi dasar motivasi kita dalam memberikan diri sebagai hadiah untuk orang lain. Matius 22:39 berkata, ”kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Inilah kasih sejati. Orang yang memberi, menolong, melayani dan memperlakukan orang lain dengan landasan kasih sejati tidak memikirkan keuntungan yang akan dia dapat atau menuntut balasan apapun dari orang lain. Ia hanya memikirkan keuntungan, kesejahteraan orang lain yang ia beri, tolong dan layani dan perlakukan dengan baik. Ia memperlakukan orang lain seperti dirinya sendiri.
PENGORBANAN TOTAL
Apakah kenyamanan kita terganggu saat ada seseorang meminta tolong pada kita? Apakah ”daging” kita terasa sakit saat harus bergerak melakukan sesuatu untuk orang lain ketika kita ingin bersantai? Adalah mudah dan biasa memberi, menolong/melayani orang lain ketika kondisi kita baik, sehat, cukup/berkelebihan. Adalah luar biasa memberi ketika kita berada di situasi yang sebaliknya, seperti janda miskin dalam Markus 12:42-44. Hadiah termahal adalah hadiah yang lahir dari pengorbanan, rasa ”sakit” dan ”kehilangan” kenyamanan.
MEMBERIKAN “SEMUANYA”
Ya, kita bisa memberikan segala yang kita “miliki” untuk orang lain. Tenaga, waktu, pikiran, uang, keahlian kita untuk orang lain. Tetapi, apa itu sudah “segala”nya? Maksudnya, apakah kita hanya melakukan tindakan memberi, menolong, melayani, atau benar-benar memberikan diri kita sepenuhnya? Memberikan diri berarti ketika kita memberikan uang untuk berobat, kita juga peduli untuk menanyakan kabar, turut merasakan (empati) deritanya serta mendoakan dia. Ketika kita memasak untuk orang lain, kita memasak dengan sukacita, tulus, ikhlas, memberikan segenap keahlian kita untuk kesehatan orang lain. Tidak hanya apa yg kita lakukan diluar saja, tetapi lebih dari itu hati & pikiran kita juga menyatu dengan pemberian kita. Itulah hadiah terbaik yang dapat kita berikan bagi orang lain.(l@)
No comments:
Post a Comment