Thursday, February 14, 2008

EDITORIAL

Jangan ragu, hamburkan saja!

Ada sebuah keluarga kaya raya yang memiliki anak tunggal seorang tentara yang dikirim sebagai pasukan penjaga perdamaian di sebuah daerah konflik. Setelah beberapa tahun di medan perang, akhirnya sang anak pulang. Sesampainya di kota kelahirannya, ia memutuskan untuk menelpon orang tuanya terlebih dulu. ”Halo, Bu, ini aku anakmu. Aku sudah pulang, Bu. Aku sangat rindu pada ibu dan ayah. Aku ingin bertemu”. ”Oh, Nak, kami juga sangat merindukanmu. Cepatlah pulang. Kami akan membuatkan pesta untuk menyambutmu.” Teriak ibunya gembira. ”Tapi, Bu, aku membawa seorang teman. Hanya, aku tidak yakin kalian mau menerimanya. Dia cacat. Kakinya tinggal satu kena ranjau, telinganya tinggal sebelah kena granat, matanya tinggal satu kena peluru. Tangannya juga tinggal satu dan wajahnya terkena luka bakar akibat ledakan bom.” katanya. ”Tak apa, Nak. Ajak saja dia menginap beberapa hari di sini. Kami akan senang menerimanya.” Kata sang ayah. ”Tapi, Yah, aku ingin dia tinggal bersama kita selamanya karena dia tidak punya keluarga yang bisa merawatnya.” katanya. ”Oh, nak, selamanya? Bagaimana kita bisa merawatnya selamanya? Dan, apa kata orang nanti?” Kata si Ibu. ”Baiklah, aku akan berbicara dulu dengannya. Tuut!” Telepon ditutup. Satu jam kemudian polisi datang ke rumah keluarga kaya itu. ”Selamat siang, Pak, Bu. Kami baru saja menemukan seorang pemuda tewas bunuh diri dengan menembakkan pistol ke kepalanya. Dia berkaki satu, bertangan satu, bermata satu dan bertelinga satu. Wajahnya bekas luka bakar. Setelah memeriksa identitas dan membaca suratnya, ternyata dia putra Anda. Ini suratnya. Silakan ikut kami untuk mengidentifikasi mayatnya.” Orang kaya itu langsung lemas. Dibacanya surat anaknya, ”Maaf, Yah, Bu. Aku putuskan tidak jadi pulang karena aku hanya akan merepotkan dan mempermalukan kalian.”

Seringkali kita melewatkan kesempatan yang Tuhan berikan untuk mengalirkan kasih yang memulihkan orang lain karena takut repot, takut rugi, malu, takut kenyamanan kita terganggu, tidak berpengalaman. Akibatnya, banyak orang berlalu dari hadapan kita tanpa mengalami kasih dan kuasa Tuhan melalui kita. Satu keajaiban kasih adalah semakin boros kita menghamburkan kasih, kita tidak akan pernah kekurangan.

Yulia Windyasari
Pemimpin Redaksi

No comments: