18-24 Februari 2008
“Penyembah yang Sejati”
“Penyembah yang Sejati”
Senin, 18 Februari 2008
PENYEMBAHAN YANG BERPUSAT PADA ALLAH
Firman Hari ini: Mazmur 57:1-12; I Samuel 22:1-2
Pertanyaan Perenungan:
1. Menurut Saudara, apa yang sedang dialami oleh Daud? (Mazmur 57: 2-5; I Samuel 22:1-2)
2. Apa yang dilakukan Daud ketika dalam kesesakan? (Mazmur 57:8-11)
Pengajaran:
Penyembahan yang benar seharusnya hanya berpusat kepada Allah. Alasan utama kita menyembah Tuhan adalah untuk melayani Dia. Sikap dasar penyembahan bukanlah: “Berkati aku, Tuhan,” melainkan “Aku akan memberkati (memuji) Tuhan.” (Bob Sorge). Maksudnya, ketika kita menyembah Allah, kita sedang mengekspresikan iman kepada-Nya. Kita tidak sedang berpusat pada diri kita, tetapi kepada Allah. Saat Daud dikejar oleh Saul, ia lari ke gua Adulam. Jika kita bayangkan, keadaan Daud saat itu penuh dengan tekanan. Daud stres berat. Tetapi apa yang dilakukan Daud? Ia memang mengungkapkan perasaannya kepada Allah secara jujur karena ia sedang takut dan tertekan. Daud memohon pertolongan kepada Allah, karena penderitaan yang dia alami sangat berat. Namun pada bagian akhir dari ayat yang kita baca (khususnya ayat 8-11), Daud menyatakan keyakinannya dengan memuji dan menyembah Allah. Dia memusatkan penyembahannya kepada Allah, bukan kepada penderitaan yang ia hadapi. Kitapun harus memusatkan penyembahan kita kepada Allah dan bukan kepada masalah. Curahkanlah seluruh perasaan Anda kepada Bapa dalam penyembahan, namun di dalam mencurahkan hati Anda itu, jangan lupa untuk mengagungkan, memuja Dia serta menyatakan bahwa Anda tetap beriman kepadaNya. Penyembahan haruslah menjadi fokus utama Anda, bukan masalah yang sedang Anda hadapi. Tujuan utama Anda adalah Allah sendiri bukan berhenti dengan hanya meluapkan “unek-unek” Anda. Bila hal itu yang Anda lakukan, pasti Allah memberkati dan memberi pertolongan untuk masalah Anda. Mungkin pertolonganNya tidak langsung terjadi, namun pasti terjadi pada waktuNya. Ibadah penyembahan memberikan kelegaan bila kita dapat melupakan diri sendiri dan terangkat bersama dengan Tuhan (Bob Sorge).
Penerapan Pribadi:
1. Apakah Saudara masih berpusat pada diri sendiri jika menyembah Allah?
2. Pusatkan penyembahan Saudara pada Allah di setiap waktu!
Selasa, 19 Februari 2008
PENGHALANG PENYEMBAHAN
Firman Hari Ini: Matius 5:21-26; Yesaya 59:1-2
Pertanyaan Perenungan:
1. Apa yang Yesus perintahkan jika ada masalah dengan sesama, ketika hendak memberi persembahan kepada Tuhan? (Matius 5:23-24)
2. Apa yang menjadi penghalang atau pemisah antara manusia dengan Allah? (Yesaya 59:1-2)
Pengajaran:
Mengapa banyak orang Kristen tidak mengalami Allah dalam hidupnya? Dosa adalah penghalang utama antara manusia dengan Allah. Tuhan tidak senang jika ada dosa yang kita biarkan begitu saja tanpa kita bereskan di hadapan-Nya. Ketika Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami kepada para murid, ada teks yang berbunyi demikian: “Ampunilah kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami,” (Matius 6:12). Hal ini sengaja Tuhan ajarkan kepada kita supaya hidup kita tetap murni di hadapan-Nya. Kita harus terus terbuka di hadapan Allah. Jangan ada dosa yang kita sembunyikan dari-Nya. Bukannya Allah tidak mengetahui apa yang kita sembunyikan, tetapi Allah ingin kita terbuka dan jujur di hadapan-Nya. Kita harus selalu membereskan segala sesuatu yang tidak berkenan di hati Allah (baca Amsal 28:13). Penyembahan kita tidak akan pernah berkenan jika kita masih membiarkan dosa ada di dalam hidup kita. Jangan lupa, setiap kali kita menghadap Tuhan, yang harus dilakukan adalah berdamai dengan Allah dan berdamai dengan sesama, jika ada masalah yang belum selesai. Bagi Tuhan yang penting adalah kemurnian hati kita, bukan apa yang kita persembahkan. Singkirkan semua penghalang dalam hubungan kita dengan Allah. Mungkin bagi kita hanya dosa kecil dan sepele, tetapi bagi Tuhan baik dosa kecil maupun besar, tetaplah dosa. Kita harus berdamai secara vertikal yaitu dengan Allah dan horizontal yaitu dengan sesama. Allah akan melupakan dan membuang jauh-jauh dosa yang telah kita lakukan, jika kita telah mengaku dan meminta ampun kepada-Nya. Lakukan pemberesan dengan segera sebelum Allah sendiri yang membongkar dosa yang telah kita lakukan.
Penerapan Pribadi:
1. Dosa pribadi apakah yang Saudara masih simpan hingga saat ini?
2. Apakah Saudara sudah berdamai dengan Allah & sesama yang telah menyakiti Saudara?
3. Terbukalah kepada Allah dalam seluruh aspek kehidupan Saudara.
Rabu, 20 Februari 2008
MEMBERI YANG TERBAIK KEPADA ALLAH
Firman Hari Ini: Kejadian 22:1-14
Pertanyaan Perenungan:
1. Apa yang Allah perintahkan kepada Abraham? (Ayat 2)
2. Apakah Abraham melakukan perintah Allah? (Ayat 3)
3. Kenapa Allah menyuruh Abaraham untuk membatalkan pengorbanan anaknya? (Ayat 12)
Pengajaran:
Jika kita menyimak dengan teliti cerita Abraham dalam Kejadian 22:1-14, maka kita akan mendapatkan berkat yang luar biasa. Ketika Allah menyuruh Abraham untuk mempersembahkan anaknya, Ishak, ia taat melakukannya. Memang Alkitab tidak menceritakan reaksi apa yang terjadi pada Abraham saat perintah tersebut datang kepadanya. Namun, pasti Abraham mengalami pergumulan batin yang sangat hebat untuk menaati perintah Allah tersebut. Jika kita membayangkan, seorang anak yang telah dia nantikan selama 25 tahun, harus dibunuh dan dipersembahkan sebagaimana layaknya seekor binatang, hal itu sungguh berat baginya. Apalagi Ishak adalah anak Abraham satu-satunya yang dijanjikan Allah. Meskipun demikian Abraham tetap melakukannya. Ketika Abraham hendak menyembelih anaknya, Allah langsung berseru kepadanya dari langit, mengatakan: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." Titik tolak penilaian Allah adalah bahwa Abraham rela memberikan apa yang terbaik dalam hidupnya, yaitu anak yang dimilikinya. Dua hal yang Abraham dapatkan dari Allah sebagai akibat dari ketaatannya, yaitu penghargaan bahwa ia takut kepada Allah dan ia mendapatkan kembali anaknya. Seorang penyembah adalah seorang yang selalu memberi yang paling berharga kepada Tuhan. Entah itu harta, kemampuan (talenta), atau apapun yang paling kita kasihi. Penyembah yang benar adalah penyembah yang selalu siap dan rela memberikan yang terbaik dari semua yang dimiliki. Jangan pertahankan apa yang terbaik demi kepentingan diri sendiri. Allah berjanji dalam Matius 10:39,” Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” Milikilah prinsip bahwa semua yang kita berikan & lakukan adalah untuk Tuhan.
Penerapan Pribadi:
1. Sudahkah kita memberi yang terbaik kepada Allah dalam pelayanan, penyembahan, pekerjaan, sekolah, kuliah, dll?
2. Hak apa yang belum kita serahkan kepada Tuhan?
3. Belajarlah untuk merelakan semua yang terbaik untuk Allah.
Kamis, 21 Februari 2008
KARAKTER PENYEMBAH (1)
Firman Hari Ini: Roma 12:1-2, 9-21
Pertanyaan Perenungan:
1. Apa yang harus kita persembahkan sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Allah? (Ayat 1)
2. Apa yang harus kita ubah? (Ayat 2)
3. Apa hasilnya jika kita berubah? (Ayat 2)
Pengajaran:
Ada sebuah pernyataan bahwa semakin banyak kita bertemu dengan Allah (baik dalam penyembahan, doa, maupun membaca Firman), maka kita akan semakin serupa dengan-Nya. Pernyataan ini benar. Seharusnya kita selalu serupa dengan Kristus setiap hari. Namun banyak orang Kristen yang melakukan ibadah, saat teduh, berdoa, tetapi karakternya bukan seperti kristus. Paulus mengajarkan kepada kita bahwa tubuh harus dipersembahkan kepada Allah. Artinya, kita harus mempersembahkan seluruh hidup kita (yang berarti juga seluruh karakter kita), kepada Allah. Jika kita membaca Roma 12:9-21, Firman Allah mengajar tentang karakter yang harus kita miliki. Dalam ayat 2 ditegaskan bahwa akal budi (pikiran) kita harus diperbaharui dan tidak sama dengan dunia ini. Maksudnya, prinsip-prinsip atau konsep pola pikir kita tidak seperti konsep orang dunia. Konsep kita harus sesuai dengan kebenaran Allah dan jika kita berubah melalui akal budi kita, maka karakter kita akan berubah. Karakter penyembah yang benar terdapat dalam ayat 9-21 (baca & renungkan). Konsep dunia akan berlawanan dengan konsep Firman Allah. Konsep dunia akan selalu menghitung untung dan rugi bagi diri sendiri. Jika kita membalas kejahatan dengan kejahatan, maka yang kita ikuti adalah konsep dunia. Karakter kita akan membuktikan siapa yang kita sembah. Saat kita merelakan seluruh tubuh dan segala aspek hidup kita, maka kita juga harus siap dibentuk supaya karakter kita serupa dengan Kristus. Ini yang dinamakan ‘Penyembah yang Sejati’, sebab penyembah bukan saja berbicara tentang penyembahan, bentuk persembahan, pola penyembahan, nyanyian atau apapun juga. Penyembah juga berbicara tentang karakter. Di mana pun kita berada akan selalu dilihat orang dan mereka akan melihat siapa kita dan siapa yang kita sembah.
Penerapan Pribadi:
1. Apakah masih ada konsep atau pola pikir duniawi dalam diri kita?
2. Tuliskan karakter kita yang belum serupa Kristus.
3. Ubahlah konsep kita yang serupa dengan dunia menjadi seperti Kristus dan nyatakan dalam karakter kita sehari-hari.
Jum’at, 22 Februari 2008
KARAKTER PENYEMBAH (2)
Firman Hari Ini: Lukas 18:9-14
Pertanyaan Perenungan:
1. Bagaimana sikap doa orang Farisi? (Ayat 11-12)
2. Bagaimana sikap doa pemungut cukai? (ayat 13)
3. Siapa yang dibenarkan oleh Allah? (Ayat 14)
Pengajaran:
Tidak ragu lagi bahwa problem utama yang melemahkan penyembahan kita adalah kesombongan. Kesombongan telah meruntuhkan ibadah-ibadah penyembahan jauh lebih banyak dari semua kekuatan neraka yang digabungkan (Bob Sorge). Orang Farisi sangat hebat dalam masalah kerohanian. Mereka sangat disegani dan dihormati. Mereka adalah pemimpin agama. Bahkan di Israel, pemimpin agama lebih ditakuti oleh masyarakat daripada pemimpin di pemerintahan. Tetapi dari perumpamaan yang Yesus ceritakan, Dia menyatakan bahwa orang Farisi itu sangat sombong dan Allah tidak menerima doanya. Orang Farisi tidak memiliki sikap rendah hati. Sedangkan sang pemungut cukai menganggap dirinya rendah dan menyatakan dirinya sebagai orang berdosa. Allah menentang orang yang congkak. Kita harus merendahkan hati dihadapan Allah. Dan, kerendahan hati di hadapan Allah seharusnya dimanifestasikan juga kepada sesama. Siapapun kita, baik seorang profesional, pengusaha, maupun pemimpin, kita harus memiliki sikap rendah hati. Penyembahan tanpa kerendahan hati tidak ada artinya. Allah tidak akan pernah menerima persembahan dari mereka yang sombong. Milikilah sikap seperti pemungut cukai, sebab ia mengerti siapa dirinya di hadapan Allah. Kesombongan adalah dosa. Ketika pesawat yang ditumpangi oleh Mohamad Ali (petinju) sedang mengalami goncangan hebat, semua penumpang harus memakai sabuk pengaman. Namun Ali tidak memakai sabuk pengaman. Seorang pramugari menegurnya, tetapi jawab Ali: “Superman tidak perlu sabuk pengaman.” Tanpa ragu si pramugari menjawab: “Superman juga tidak perlu pesawat terbang.” Barangsiapa hidup dalam kesombongan akan menghancurkan dirinya sendiri. Mari kita merendahkan hati di hadapan Allah, maka Ia akan menghargai dan meninggikan kita.
Penerapan Pribadi:
1. Masih adakah benih kesombongan dalam diri Saudara?
2. Belajarlah rendah hati secara terus menerus.
Sabtu, 23 Februari 2008
WAKTU & SITUASI PENYEMBAHAN
Firman Hari Ini: Ayub 1: 6-22
Pertanyaan Perenungan:
1. Apa yang iblis kehendaki terhadap Allah supaya Ayub mengutuki Dia? (Ayat 11)
2. Apa yang dilakukan iblis terhadap segala yang dimiliki Ayub? (Ayat 13-19)
3. Apa yang Ayub lakukan setelah segala sesuatu yang ia miliki lenyap? (Ayat 20-22)
Pengajaran:
Dalam ayat yang telah kita baca, Allah ingin membuktikan kepada iblis bahwa hamba-Nya Ayub akan tetap setia walaupun keadaan yang sulit menimpanya. Semua yang ia miliki termasuk anak-anaknya telah tiada. Namun apa yang dilakukan oleh Ayub? Ia langsung mengoyak jubahnya, mencukur kepalanya kemudian sujud dan menyembah. Mengoyak jubah dan mencukur kepala adalah tanda seseorang sedang berkabung. Ayub mengeluarkan pernyataan yang luar biasa kepada Allah. Ia mengatakan: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" (Ayat 21). Satu hal yang patut kita tiru dari Ayub adalah bahwa ia tetap menyembah Allah dalam situasi yang amat tidak nyaman. Banyak orang Kristen dengan semangat yang menggebu-gebu memuji dan menyembah Allah pada saat hidupnya diberkati, semua berjalan dengan lancar, tidak ada masalah yang menghimpit. Tetapi ketika keadaan terbalik dan semua menjadi kacau, mengalami kerugian, hidup tertekan, banyak orang memilih untuk tidak menyembah Allah. Mereka akan mengatakan: “Bagaimana mungkin aku bisa menyembah Allah, sedangkan aku sedang menghadapi masalah dan membutuhkan solusi yang cepat untuk menyelesaikan masalah itu.” Yang lain berkata: “Lebih baik aku memikirkan masalahku dari pada menyembah.” Penyembahan yang benar kita lakukan baik ketika semua berjalan lancar maupun ketika masalah menghimpit kita. Justru penyembahan yang bermakna akan terjadi ketika segala sesuatu mengalami kemacetan. Jangan sampai masalah membuat kita menjadi enggan untuk menyembah Allah. Justru dari menyembah, kita sedang menyatakan iman kita kepada-Nya. Ayub berkemenangan ketika ia menyatakan imannya kepada Allah. Penyembahan dilakukan di setiap waktu dan tanpa memandang keadaan kita. Penyembahan juga tidak tergantung dari suasana hati. Ada konsep yang keliru: “Jika kita ingin menyembah, ya menyembah dan jika tidak ada keinginan untuk menyembah, ya tidak usah menyembah.” Hanya di bawah kondisi-kondisi yang menekan barulah warna-warna asli kita terungkap dan sekaligus membuktikan apakah kita seorang penyembah sejati atau bukan. Seorang penyembah sejati akan menyembah bahkan dalam situasi-situasi yang menekan secara emosional. (Bob Sorge)
Penerapan Pribadi:
1. Apakah Saudara menyembah hanya ketika segala sesuatu berjalan lancar dan tanpa masalah?
2. Sembahlah Allah dalam segala waktu dan keadaan.
PENYEMBAHAN YANG BERPUSAT PADA ALLAH
Firman Hari ini: Mazmur 57:1-12; I Samuel 22:1-2
Pertanyaan Perenungan:
1. Menurut Saudara, apa yang sedang dialami oleh Daud? (Mazmur 57: 2-5; I Samuel 22:1-2)
2. Apa yang dilakukan Daud ketika dalam kesesakan? (Mazmur 57:8-11)
Pengajaran:
Penyembahan yang benar seharusnya hanya berpusat kepada Allah. Alasan utama kita menyembah Tuhan adalah untuk melayani Dia. Sikap dasar penyembahan bukanlah: “Berkati aku, Tuhan,” melainkan “Aku akan memberkati (memuji) Tuhan.” (Bob Sorge). Maksudnya, ketika kita menyembah Allah, kita sedang mengekspresikan iman kepada-Nya. Kita tidak sedang berpusat pada diri kita, tetapi kepada Allah. Saat Daud dikejar oleh Saul, ia lari ke gua Adulam. Jika kita bayangkan, keadaan Daud saat itu penuh dengan tekanan. Daud stres berat. Tetapi apa yang dilakukan Daud? Ia memang mengungkapkan perasaannya kepada Allah secara jujur karena ia sedang takut dan tertekan. Daud memohon pertolongan kepada Allah, karena penderitaan yang dia alami sangat berat. Namun pada bagian akhir dari ayat yang kita baca (khususnya ayat 8-11), Daud menyatakan keyakinannya dengan memuji dan menyembah Allah. Dia memusatkan penyembahannya kepada Allah, bukan kepada penderitaan yang ia hadapi. Kitapun harus memusatkan penyembahan kita kepada Allah dan bukan kepada masalah. Curahkanlah seluruh perasaan Anda kepada Bapa dalam penyembahan, namun di dalam mencurahkan hati Anda itu, jangan lupa untuk mengagungkan, memuja Dia serta menyatakan bahwa Anda tetap beriman kepadaNya. Penyembahan haruslah menjadi fokus utama Anda, bukan masalah yang sedang Anda hadapi. Tujuan utama Anda adalah Allah sendiri bukan berhenti dengan hanya meluapkan “unek-unek” Anda. Bila hal itu yang Anda lakukan, pasti Allah memberkati dan memberi pertolongan untuk masalah Anda. Mungkin pertolonganNya tidak langsung terjadi, namun pasti terjadi pada waktuNya. Ibadah penyembahan memberikan kelegaan bila kita dapat melupakan diri sendiri dan terangkat bersama dengan Tuhan (Bob Sorge).
Penerapan Pribadi:
1. Apakah Saudara masih berpusat pada diri sendiri jika menyembah Allah?
2. Pusatkan penyembahan Saudara pada Allah di setiap waktu!
Selasa, 19 Februari 2008
PENGHALANG PENYEMBAHAN
Firman Hari Ini: Matius 5:21-26; Yesaya 59:1-2
Pertanyaan Perenungan:
1. Apa yang Yesus perintahkan jika ada masalah dengan sesama, ketika hendak memberi persembahan kepada Tuhan? (Matius 5:23-24)
2. Apa yang menjadi penghalang atau pemisah antara manusia dengan Allah? (Yesaya 59:1-2)
Pengajaran:
Mengapa banyak orang Kristen tidak mengalami Allah dalam hidupnya? Dosa adalah penghalang utama antara manusia dengan Allah. Tuhan tidak senang jika ada dosa yang kita biarkan begitu saja tanpa kita bereskan di hadapan-Nya. Ketika Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami kepada para murid, ada teks yang berbunyi demikian: “Ampunilah kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami,” (Matius 6:12). Hal ini sengaja Tuhan ajarkan kepada kita supaya hidup kita tetap murni di hadapan-Nya. Kita harus terus terbuka di hadapan Allah. Jangan ada dosa yang kita sembunyikan dari-Nya. Bukannya Allah tidak mengetahui apa yang kita sembunyikan, tetapi Allah ingin kita terbuka dan jujur di hadapan-Nya. Kita harus selalu membereskan segala sesuatu yang tidak berkenan di hati Allah (baca Amsal 28:13). Penyembahan kita tidak akan pernah berkenan jika kita masih membiarkan dosa ada di dalam hidup kita. Jangan lupa, setiap kali kita menghadap Tuhan, yang harus dilakukan adalah berdamai dengan Allah dan berdamai dengan sesama, jika ada masalah yang belum selesai. Bagi Tuhan yang penting adalah kemurnian hati kita, bukan apa yang kita persembahkan. Singkirkan semua penghalang dalam hubungan kita dengan Allah. Mungkin bagi kita hanya dosa kecil dan sepele, tetapi bagi Tuhan baik dosa kecil maupun besar, tetaplah dosa. Kita harus berdamai secara vertikal yaitu dengan Allah dan horizontal yaitu dengan sesama. Allah akan melupakan dan membuang jauh-jauh dosa yang telah kita lakukan, jika kita telah mengaku dan meminta ampun kepada-Nya. Lakukan pemberesan dengan segera sebelum Allah sendiri yang membongkar dosa yang telah kita lakukan.
Penerapan Pribadi:
1. Dosa pribadi apakah yang Saudara masih simpan hingga saat ini?
2. Apakah Saudara sudah berdamai dengan Allah & sesama yang telah menyakiti Saudara?
3. Terbukalah kepada Allah dalam seluruh aspek kehidupan Saudara.
Rabu, 20 Februari 2008
MEMBERI YANG TERBAIK KEPADA ALLAH
Firman Hari Ini: Kejadian 22:1-14
Pertanyaan Perenungan:
1. Apa yang Allah perintahkan kepada Abraham? (Ayat 2)
2. Apakah Abraham melakukan perintah Allah? (Ayat 3)
3. Kenapa Allah menyuruh Abaraham untuk membatalkan pengorbanan anaknya? (Ayat 12)
Pengajaran:
Jika kita menyimak dengan teliti cerita Abraham dalam Kejadian 22:1-14, maka kita akan mendapatkan berkat yang luar biasa. Ketika Allah menyuruh Abraham untuk mempersembahkan anaknya, Ishak, ia taat melakukannya. Memang Alkitab tidak menceritakan reaksi apa yang terjadi pada Abraham saat perintah tersebut datang kepadanya. Namun, pasti Abraham mengalami pergumulan batin yang sangat hebat untuk menaati perintah Allah tersebut. Jika kita membayangkan, seorang anak yang telah dia nantikan selama 25 tahun, harus dibunuh dan dipersembahkan sebagaimana layaknya seekor binatang, hal itu sungguh berat baginya. Apalagi Ishak adalah anak Abraham satu-satunya yang dijanjikan Allah. Meskipun demikian Abraham tetap melakukannya. Ketika Abraham hendak menyembelih anaknya, Allah langsung berseru kepadanya dari langit, mengatakan: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." Titik tolak penilaian Allah adalah bahwa Abraham rela memberikan apa yang terbaik dalam hidupnya, yaitu anak yang dimilikinya. Dua hal yang Abraham dapatkan dari Allah sebagai akibat dari ketaatannya, yaitu penghargaan bahwa ia takut kepada Allah dan ia mendapatkan kembali anaknya. Seorang penyembah adalah seorang yang selalu memberi yang paling berharga kepada Tuhan. Entah itu harta, kemampuan (talenta), atau apapun yang paling kita kasihi. Penyembah yang benar adalah penyembah yang selalu siap dan rela memberikan yang terbaik dari semua yang dimiliki. Jangan pertahankan apa yang terbaik demi kepentingan diri sendiri. Allah berjanji dalam Matius 10:39,” Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” Milikilah prinsip bahwa semua yang kita berikan & lakukan adalah untuk Tuhan.
Penerapan Pribadi:
1. Sudahkah kita memberi yang terbaik kepada Allah dalam pelayanan, penyembahan, pekerjaan, sekolah, kuliah, dll?
2. Hak apa yang belum kita serahkan kepada Tuhan?
3. Belajarlah untuk merelakan semua yang terbaik untuk Allah.
Kamis, 21 Februari 2008
KARAKTER PENYEMBAH (1)
Firman Hari Ini: Roma 12:1-2, 9-21
Pertanyaan Perenungan:
1. Apa yang harus kita persembahkan sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Allah? (Ayat 1)
2. Apa yang harus kita ubah? (Ayat 2)
3. Apa hasilnya jika kita berubah? (Ayat 2)
Pengajaran:
Ada sebuah pernyataan bahwa semakin banyak kita bertemu dengan Allah (baik dalam penyembahan, doa, maupun membaca Firman), maka kita akan semakin serupa dengan-Nya. Pernyataan ini benar. Seharusnya kita selalu serupa dengan Kristus setiap hari. Namun banyak orang Kristen yang melakukan ibadah, saat teduh, berdoa, tetapi karakternya bukan seperti kristus. Paulus mengajarkan kepada kita bahwa tubuh harus dipersembahkan kepada Allah. Artinya, kita harus mempersembahkan seluruh hidup kita (yang berarti juga seluruh karakter kita), kepada Allah. Jika kita membaca Roma 12:9-21, Firman Allah mengajar tentang karakter yang harus kita miliki. Dalam ayat 2 ditegaskan bahwa akal budi (pikiran) kita harus diperbaharui dan tidak sama dengan dunia ini. Maksudnya, prinsip-prinsip atau konsep pola pikir kita tidak seperti konsep orang dunia. Konsep kita harus sesuai dengan kebenaran Allah dan jika kita berubah melalui akal budi kita, maka karakter kita akan berubah. Karakter penyembah yang benar terdapat dalam ayat 9-21 (baca & renungkan). Konsep dunia akan berlawanan dengan konsep Firman Allah. Konsep dunia akan selalu menghitung untung dan rugi bagi diri sendiri. Jika kita membalas kejahatan dengan kejahatan, maka yang kita ikuti adalah konsep dunia. Karakter kita akan membuktikan siapa yang kita sembah. Saat kita merelakan seluruh tubuh dan segala aspek hidup kita, maka kita juga harus siap dibentuk supaya karakter kita serupa dengan Kristus. Ini yang dinamakan ‘Penyembah yang Sejati’, sebab penyembah bukan saja berbicara tentang penyembahan, bentuk persembahan, pola penyembahan, nyanyian atau apapun juga. Penyembah juga berbicara tentang karakter. Di mana pun kita berada akan selalu dilihat orang dan mereka akan melihat siapa kita dan siapa yang kita sembah.
Penerapan Pribadi:
1. Apakah masih ada konsep atau pola pikir duniawi dalam diri kita?
2. Tuliskan karakter kita yang belum serupa Kristus.
3. Ubahlah konsep kita yang serupa dengan dunia menjadi seperti Kristus dan nyatakan dalam karakter kita sehari-hari.
Jum’at, 22 Februari 2008
KARAKTER PENYEMBAH (2)
Firman Hari Ini: Lukas 18:9-14
Pertanyaan Perenungan:
1. Bagaimana sikap doa orang Farisi? (Ayat 11-12)
2. Bagaimana sikap doa pemungut cukai? (ayat 13)
3. Siapa yang dibenarkan oleh Allah? (Ayat 14)
Pengajaran:
Tidak ragu lagi bahwa problem utama yang melemahkan penyembahan kita adalah kesombongan. Kesombongan telah meruntuhkan ibadah-ibadah penyembahan jauh lebih banyak dari semua kekuatan neraka yang digabungkan (Bob Sorge). Orang Farisi sangat hebat dalam masalah kerohanian. Mereka sangat disegani dan dihormati. Mereka adalah pemimpin agama. Bahkan di Israel, pemimpin agama lebih ditakuti oleh masyarakat daripada pemimpin di pemerintahan. Tetapi dari perumpamaan yang Yesus ceritakan, Dia menyatakan bahwa orang Farisi itu sangat sombong dan Allah tidak menerima doanya. Orang Farisi tidak memiliki sikap rendah hati. Sedangkan sang pemungut cukai menganggap dirinya rendah dan menyatakan dirinya sebagai orang berdosa. Allah menentang orang yang congkak. Kita harus merendahkan hati dihadapan Allah. Dan, kerendahan hati di hadapan Allah seharusnya dimanifestasikan juga kepada sesama. Siapapun kita, baik seorang profesional, pengusaha, maupun pemimpin, kita harus memiliki sikap rendah hati. Penyembahan tanpa kerendahan hati tidak ada artinya. Allah tidak akan pernah menerima persembahan dari mereka yang sombong. Milikilah sikap seperti pemungut cukai, sebab ia mengerti siapa dirinya di hadapan Allah. Kesombongan adalah dosa. Ketika pesawat yang ditumpangi oleh Mohamad Ali (petinju) sedang mengalami goncangan hebat, semua penumpang harus memakai sabuk pengaman. Namun Ali tidak memakai sabuk pengaman. Seorang pramugari menegurnya, tetapi jawab Ali: “Superman tidak perlu sabuk pengaman.” Tanpa ragu si pramugari menjawab: “Superman juga tidak perlu pesawat terbang.” Barangsiapa hidup dalam kesombongan akan menghancurkan dirinya sendiri. Mari kita merendahkan hati di hadapan Allah, maka Ia akan menghargai dan meninggikan kita.
Penerapan Pribadi:
1. Masih adakah benih kesombongan dalam diri Saudara?
2. Belajarlah rendah hati secara terus menerus.
Sabtu, 23 Februari 2008
WAKTU & SITUASI PENYEMBAHAN
Firman Hari Ini: Ayub 1: 6-22
Pertanyaan Perenungan:
1. Apa yang iblis kehendaki terhadap Allah supaya Ayub mengutuki Dia? (Ayat 11)
2. Apa yang dilakukan iblis terhadap segala yang dimiliki Ayub? (Ayat 13-19)
3. Apa yang Ayub lakukan setelah segala sesuatu yang ia miliki lenyap? (Ayat 20-22)
Pengajaran:
Dalam ayat yang telah kita baca, Allah ingin membuktikan kepada iblis bahwa hamba-Nya Ayub akan tetap setia walaupun keadaan yang sulit menimpanya. Semua yang ia miliki termasuk anak-anaknya telah tiada. Namun apa yang dilakukan oleh Ayub? Ia langsung mengoyak jubahnya, mencukur kepalanya kemudian sujud dan menyembah. Mengoyak jubah dan mencukur kepala adalah tanda seseorang sedang berkabung. Ayub mengeluarkan pernyataan yang luar biasa kepada Allah. Ia mengatakan: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" (Ayat 21). Satu hal yang patut kita tiru dari Ayub adalah bahwa ia tetap menyembah Allah dalam situasi yang amat tidak nyaman. Banyak orang Kristen dengan semangat yang menggebu-gebu memuji dan menyembah Allah pada saat hidupnya diberkati, semua berjalan dengan lancar, tidak ada masalah yang menghimpit. Tetapi ketika keadaan terbalik dan semua menjadi kacau, mengalami kerugian, hidup tertekan, banyak orang memilih untuk tidak menyembah Allah. Mereka akan mengatakan: “Bagaimana mungkin aku bisa menyembah Allah, sedangkan aku sedang menghadapi masalah dan membutuhkan solusi yang cepat untuk menyelesaikan masalah itu.” Yang lain berkata: “Lebih baik aku memikirkan masalahku dari pada menyembah.” Penyembahan yang benar kita lakukan baik ketika semua berjalan lancar maupun ketika masalah menghimpit kita. Justru penyembahan yang bermakna akan terjadi ketika segala sesuatu mengalami kemacetan. Jangan sampai masalah membuat kita menjadi enggan untuk menyembah Allah. Justru dari menyembah, kita sedang menyatakan iman kita kepada-Nya. Ayub berkemenangan ketika ia menyatakan imannya kepada Allah. Penyembahan dilakukan di setiap waktu dan tanpa memandang keadaan kita. Penyembahan juga tidak tergantung dari suasana hati. Ada konsep yang keliru: “Jika kita ingin menyembah, ya menyembah dan jika tidak ada keinginan untuk menyembah, ya tidak usah menyembah.” Hanya di bawah kondisi-kondisi yang menekan barulah warna-warna asli kita terungkap dan sekaligus membuktikan apakah kita seorang penyembah sejati atau bukan. Seorang penyembah sejati akan menyembah bahkan dalam situasi-situasi yang menekan secara emosional. (Bob Sorge)
Penerapan Pribadi:
1. Apakah Saudara menyembah hanya ketika segala sesuatu berjalan lancar dan tanpa masalah?
2. Sembahlah Allah dalam segala waktu dan keadaan.
Minggu, 24 Februari 2008
MENYEMBAH YANG MAHA KUDUS
Firman Hari Ini: Yosua 24:14-28
Pertanyaan Perenungan:
1. Apa yang Yosua harapkan dari bangsa Israel? (Ayat 14)
2. Kepada siapa Yosua dan seisi rumahnya beribadah? (Ayat 15)
Pengajaran:
Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel dan menyampaikan sabda Allah. Ia menceritakan semua perbuatan Allah mulai dari Abraham sampai kepada pertolongan Allah dalam merebut Tanah Perjanjian yang saat itu mereka huni. Yosua memberikan nasihat yang terbaik dan sangat bijaksana supaya seluruh bangsa Israel tetap beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dan setia. Tetapi, Yosua juga tidak memaksa bangsa tersebut untuk beribadah kepada Allah. Ia mengatakan bahwa jika tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, mereka bebas memilih kepada siapa mereka akan beribadah, apakah allah nenek moyang mereka atau allah negeri orang Amori. Yosua sendiri dan beserta keluarganya memilih beribadah kepada Allah. Pertanyaan ini juga ditujukan kepada kita pada hari ini. Kepada siapa kita beribadah? Kepada siapa kita menyembah? Apakah kepada Allah atau allah yang lain? Mungkin ada yang menyembah kekayaan atau uang. Dalam hal ini orang tersebut lebih memprioritaskan (mengutamakan) kekayaan atau uang yang ia miliki daripada Allah. Ada yang menyembah hobi, ada yang menyembah pekerjaan, ada yang menyembah ketenaran atau kekasih hatinya. Ada juga yang menyembah kedagingan / dosanya. Hal itu terlihat dari setiap keputusan dan perilaku kita sehari-hari. Menyembah Yang Maha Kudus adalah satu-satunya jawaban yang terbaik. Jangan sampai ada unsur paksaan. Jika kita memilih Allah yang kita sembah, mari kita lakukan dengan ikhlas dan setia. Hanya penyembahan kepada Allah yang bisa memberikan kepuasan yang sejati. Hanya Allah yang sanggup menolong kita. Hanya Dia yang dapat menjawab segala permasalahan. Hanya Allah yang layak kita sembah, sebab Ia yang mengawali segala sesuatu yang ada. Ia adalah Allah yang cemburu. Ia tidak mau kita mendua hati. Ia tidak mau ada allah lain di hati kita. Ia yang menciptakan kita. Ia yang telah mengampuni dosa kita. Allah yang menjaga segala perjalanan kita. Allah yang membuat kita berhasil. Terpujilah nama Tuhan.
Penerapan Pribadi:
1. Adakah allah lain dalam hidup Anda ?
2. Teruslah menyembah Allah dalam segala waktu & situasi.