DARI KITA UNTUK KITA
Sepanjang tahun 2006 saya mengalami yang namanya krisis saat teduh. Sedikit demi sedikit jam doa saya berkurang sampai akhirnya satu hari, dua hari, tiga hari atau lebih tidak bisa saat teduh. Dulu awal saya menjadi orang yang lahir baru saya di minta untuk saat teduh tidak kurang dari 1 jam dan harus setiap hari. Pertama saya mengomel dengan pembina saya didalam hati karena saya termasuk orang yang sulit mengungkapkan perasaan.
Ketika di beri tanggung jawab, roh saya kuat dalam menjalankan tugas-tugas pelayanan. Hari berganti hari, pembina saya berganti juga. Tanpa terasa apa saja pemberontakan di hati yang saya simpan banyak membuahkan suatu hasil yang tidak baik. Contohnya dalam kehidupan doa, saya mulai sedikit demi sedikit berbohong kepada pembina saya setiap kali dia menanyakan saat teduh. Kalau tidak ditanya itu suatu keberuntungan menurut saya. Bahkan saya bisa mengalihkan topik tersebut ke topik yang lain sehingga dia lupa kalau sebenarnya yang dia perlukan adalah jawaban bagaimana saat teduh saya.
Di tahun 2007, saya masih mampu menjalankan tugas pelayanan dengan doa yang jarang-jarang saya lakukan. Meskipun saya tahu kebenaran pentingnya saat teduh tetapi saya tidak menyadarinya dan sering memakai kekuatan sendiri sehingga lupa kalau manusia mempunyai keterbatasan. Pembina bisa saja kita bohongi tetapi kita tidak bisa membohongi diri kita sendiri dan Tuhan. Kita akan lemah jika tidak bersama Tuhan dalam menjalankan segala aktivitas kita. karena kekuatan kita tidak ada tidak yang lain hanyalah dengan saat teduh
Di tahun 2008, mulailah saya merasakan dampaknya saat teduh. Meskipun orang-orang di sekeliling banyak yang memuji apa yang saya kerjakan baik. Tetapi dalam hati kecil saya menangis karena sedikit demi sedikit merasa tidak mampu mengerjakan kegiatan saya. Saya merasakan kekuatan saya mulai habis. Saya tampil baik di luarnya saja tetapi di dalam sebenarnya tidak. Hal ini terlihat ketika saya mengalami kegagalan dalam pekerjaan yang tidak beres atau hasil yang tidak memuaskan menurut penilaian saya. Saya mulai ingin berlari menjauhi yang namanya pekerjaan dan orang-orang yang berkaitan. Saya mulai kehilangan pondasi. Sampai suatu titik saya memutuskan untuk mulai membangun kehidupan doa yang lebih baik lagi seperti dulu. Saya juga berpikir untuk tidak mau jatuh lagi dalam hal doa. Karena penurunan lebih mudah dilakukan daripada peningkatan. Ternyata Tuhan baik apa yang menjadi kerinduan saya dalam hati dilihat dan didengarkannya. Lalu bergabunglah saya didiklat doa. Memang setelah ikut, jam doa saya tidak bisa langsung kembali seperti dahulu, tetapi sedikit demi sedikit saya berusaha untuk meningkatkannya meskipun susah.
Di tahun 2009, tanpa saya mengerti Tuhan banyak memberi saya kesempatan untuk tidur bersama pemimpin atau pelayan Tuhan yang konsisten dalam hal saat teduh. Ada badai atau tidak, mereka tetap mengutamakan Tuhan lebih dari segalanya sebelum memulai aktivitasnya. Pertama kali saya menginap dirumah salah seorang PA, dan melihat dia berdoa. Saya tidak tergerak untuk ikut berdoa. Saya tetap tidur dan berpikir biar saja dia kan pemimpin sedangkan saya kan bukan. Sampai saya merasa tidak aman dengan pemimpin-pemimpin yang lain karena saya menganggap diri saya tidak selevel dalam segi rohani. Tapi Tuhan terus mengerjakan hal tersebut sampai saya di buat kagum olehNYA dan semakin menggugah hati untuk terus maju dan tidak patah semangat dalam mengupayakan peningkatan kualitas saat teduh saya. Sampai suatu ketika saya bertemu dengan orang yang bukan pemimpin, tetapi salah satu pendoa syafaat. Yang membuat saya kagum adalah meskipun dia seorang perempuan dan sudah berumur tetapi setiap pagi pukul 4 dia mengikuti doa fajar. Ketika saya pergi jalan kaki bersamanya pada pukul 4 jalanan masih sepi. Dalam hati saya berbicara dia adalah orang yang benar-benar mencintai Tuhan, kalau tidak dia tidak akan bela-belain begitu untuk berdoa kepada Tuhan. Sampai ada juga yang mengirim artikel berupa kuesioner tentang doa lewat internet buat saya yang menceritakan seberapa besar cintamu terhadap Tuhan salah satunya bisa diukur dengan seberapa lamanya kita berdoa. Ketika saya berdoa karena saya tidak mengerti dan bertanya-tanya kepada Tuhan tentang semua yang kualami ini, akhirnya saya mendapatkan poinnya bahwa Tuhan mau aku menyenangkan hatiNya lewat doaku bukan semua pelayananku. Tuhan akan memberi kekuatan kepadaku dalam mengerjakan apa saja yang aku kerjakan kalau aku mencariNYA terlebih dahulu. Karena itulah letak kekuatanku. Sehingga hidupku akan berdampak dan memberkati banyak orang di sekelilingku. Seberapa besar cinta kita kepada Tuhan?. Seberapa besar hidup kita menjadi berkat bagi sekeliling?. Itu semua dapat kita jawab dengan seberapa banyak waktu yang selama ini kita luangkan untuk bercakap-cakap dengan Tuhan.
Persekutuan dengan Allah akan menjadi sumber kekuatan. Itulah mengapa waktu-waktu sendirian bersama Tuhan sangatlah penting bagi kehidupan setiap orang ketimbang waktu kita dengan sesama. Seperti Raja Daud yang mampu memegang tampuk kepemimpinannya dibawah kepemimpinan dan kuasa Allah. Tanpa bergaul dekat dengan Allah, kita tidak akan pernah mengenal Dia dengan segala pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan-Nya. Lewat persekutuan pribadi kita yang terus-menerus dan sungguh-sungguh bersama Tuhanlah, kita akan diubahkan hari demi hari untuk menjadi sama seperti Kristus. Ketahuilah, Allah mencari orang yang sungguh-sungguh memprioritaskan waktunya untuk bersekutu intim dengan-Nya, dimana Ia akan mengarahkan kuasaNya, bimbinganNYa, serta hikmatNya untuk mengubah dunia ini melalui diri dan hidup kita. Rindukah kita?
Saturday, November 28, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment