Sunday, May 18, 2008

TUHAN YESUS, INI OWE, A CONG...

INSPIRATIONAL STORY - 18 Mei

Ini sebuah kisah nyata yang penuh makna. Ada seorang laki-laki paruh baya, berumur 50 tahunan. Ia dipanggil A Cong (Ah Chong). Ia miskin, tetapi jujur dan tekun. Kejujuran dan ketekunannya mendapat perhatian dari seorang pemilik toko material di daerah Glodok, Pinangsia, Jakarta. A Cong diangkat menjadi penanggung jawab penuh toko tersebut. Usaha material itu meraup untung besar. Karena sibuknya A Cong melayani pembeli di toko itu, membuat ia tidak sempat makan dengan teratur, bahkan tidak jarang ia makan sambil melayani pembeli.

Suatu hal yang cukup menarik perhatian karena di tengah kesibukannya, setiap jam 12 siang ia menyempatkan diri berlari ke sebuah gereja di dekat situ. Hal itu ia lakukan tiap hari, sudah lebih dari tiga setengah tahun. Sampai pada suatu hari kecurigaan sang Romo (pastur) memuncak! Ia telah lama memperhatikan dan mengamati ritual aneh A Cong di gerejanya. A Cong datang di pintu gereja, hanya berdiri saja, membuat tanda salib, lalu segera pergi lagi.
Ritual itu setia dilakukan A Cong setiap hari. Itu saja yang dilakukannya. Pastor yang penasaran itu mencari kesempatan menghadang si A Cong, setelah dia melihat A Cong datang ke gereja itu, segera dia bertanya tanpa basa-basi lagi, “Maaf, Cek (panggilan menghormat bagi laki-laki Tionghoa), kenapa Encek setiap hari datang jam 12 begini, cuman berdiri aja di pintu, buat tanda salib, terus cepat-cepat pergi?" Terkejut, si A Cong menjawab tersipu, "Hah?!... Lomo, owe ini olang sibuk, owe punya waktu sediki, tapi owe seneng dateng kemali." Jelas, Romo belum puas dan terus mendesak, ”Emangnya apa yang Encek lakukan di pintu gereja?" Jawab A Cong dengan polos, "Nggak ada apa-apa. Benel. Owe cuman bilang ini doang: Tuhan Yesus, ini owe, A Cong. Uuudah." Terbengong, hanya "Oh....!" yang bisa dilontarkan sang Romo. Dan A Cong pun bergegas kembali ke tokonya.

Pada suatu hari A Cong sakit parah, karena terlalu capek dan makan yang tidak teratur. Komplikasi penyakitnya cukup berat, sehingga ia menginap di rumah sakit. A Cong bukan orang kaya, maka ia menempati kamar kelas 3, satu kamar dihuni 8 orang pasien. Sejak masuknya A Cong, kamar tersebut menjadi ceria, penuh canda tawa. Tak terasa sebulan sudah A Cong dirawat. Ia pun sembuh dan diperbolehkan pulang. Ia tentu gembira, tetapi teman-teman sekamarnya bersedih. Selama dirawat di rumah sakit, semua sesama pasien dihiburnya. A Cong setiap pagi menghampiri teman-teman di rumah sakit itu satu per satu, ia menanyakan keadaan mereka masing-masing. Sayang, sekarang A Cong harus pulang dan kamar itu akan kembali sunyi.

Salah seorang pasien mencoba bertanya sebelum A Cong pulang, "Eh Cek A Cong, aku mau tanya nih. Kenapa sih Encek begitu gembira, dan selalu gembira, padahal penyakit Encek kan serius?" A Cong termenung dan menjawab demikian: "Saben ali yam lua welas, yah, ada olang laki lambut gondlong dateng, megang kaki owe, dia bilang: A Cong, ini aku, Yesus Klistus. Gimana owe nggak seneng, coba... Eh lu tau kalo Yesus Klistus itu dateng ke owe dan menyembuhkan owe. Lu mau sembuh kagak? Kalo mau, lu alus datang ke Yesus dan telima sebagai Dia jadi Juluselamat, pasti lu sembuh."

Tanpa sadar, seisi kamar mendengar pembicaraan mereka. Akhirnya orang-orang sakit yang ada di kamar itu menerima Yesus sebagai Juruselamat, bahkan beberapa di antara keluarga mereka juga diselamatkan. (sumber: www.cerita-kristen.com)

1 comment:

Anonymous said...

Blognya Menarik. akan saya tunggu updates berikutnya.
Salam kenal.

GBU