Sunday, May 4, 2008

Integritas Menentukan Kualitas

FOKUS KITA - 4 Mei

Jika seseorang mendefinisikan integritas hanya sebatas pada kejujuran,
maka dia sedang melakukan kesalahan.

Integritas lebih dari sekedar kejujuran. Jika diumpamakan dalam konsep matematika, kejujuran adalah himpunan bagian dari integritas, artinya: kejujuran hanya merupakan bagian dari integritas. Lalu apa perbedaan antara kejujuran dan integritas?

Kejujuran adalah menyesuaikan kata–kata dengan kenyataan (realitas). Jika memang seseorang memakai baju berwarna merah dan orang bertanya kepada kita apa warna baju itu, maka kita akan menjawab merah. Dalam pekerjaan, kalau atasan kita bertanya mengapa pekerjaan ini belum selesai, maka kita akan menjawab bahwa kenyataannya kita yang mungkin bodoh atau kurang terampil untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Jika kita masih menggunakan alasan lain, sementara sebenarnya memang kita kurang bisa mengerjakan pekerjaan itu, maka kita sedang berbohong atau tidak jujur. Dalam rumah tangga, seorang suami yang ditanya mengapa dia tidak segera membetulkan pagar yang rusak, sementara dia malas, maka dia harus menjawab bahwa dia memang sedang malas. Ketika dia menggunakan alasan yang lain, maka dia sedang tidak jujur.

Sedangkan arti integritas yang sesungguhnya adalah menyesuaikan kenyataan dengan kata–kata. Dalam dunia kerja, sering kali seorang pelamar yang sedang diwawancarai, akan menyatakan janji dan kesanggup-annya untuk mengerjakan apa yang akan menjadi tugas serta tanggung jawabnya. Dia akan disebut memiliki integritas jika pada kenyataannya dia memang sanggup menye-lesaikan tugasnya dengan baik. Seorang pria akan disebut memiliki integritas, jika dia sanggup memenuhi semua janjinya kepada wanita yang dikasihinya.

Yohanes 15:1 menyebutkan Bapa Sorgawi adalah seorang pengusaha dan Yesus adalah pokok anggurnya. Maka pertanyaannya: jika kita seorang pengusaha atau manager, manakah yang akan kita pilih, karyawan yang memiliki integritas atau kejujuran? Pasti kita semua sepakat akan memilih karyawan yang memiliki integritas. Jujur saja tidak akan cukup, kita perlu seseorang yang cakap untuk melakukan pekerjaannya. Itulah sebabnya Yesus menyebutkan bahwa untuk berhasil dalam kehidupan sehari–hari, seorang Kristen diwajibkan untuk cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Dalam Mazmur 78:72 menyatakan bahwa ketika Daud diangkat menjadi raja, dia memimpin bangsa Israel dengan ketulusan hatinya dan kecakapan tangannya.

Jika kita membayangkan Daud hanya memimpin dengan menggunakan hatinya saja, betapa akan kacau balaunya kehidupan bangsa Israel. Apa yang baik dalam hati Daud, harus bisa diwujudkan dalam karya nyata dan itu membutuhkan kecakapan tangan. Integritas adalah perpaduan antara hati dan tangan. Tidak cukup gereja hanya mengandalkan karakter saja. Gereja harus membangun kompetensi atau keterampilan dalam melaksanakan kegiatan sehari–hari di dunia.

Jika ada gereja yang mengajarkan, bahwa yang penting hati saja, jelas gereja itu tidak memahami hati Bapa. Yohanes 15:2 menyatakan bahwa setiap ranting yang tidak berbuah, pasti akan dipotong; sedangkanyang sudah berbuah saja, masih akan dibersihkan supaya berbuah lebih banyak. Hati Bapa adalah hati pengusaha, yang kemuliaanNya (kesuksesanNya) diukur dari seberapa banyak buah yang dihasilkan. Buah tidak akan muncul hanya dari ide, melainkan dari ide yang dikerjakan dengan sekuat tenaga (Pengkhotbah 9:10).

Bagaimana seorang kristen dapat memiliki integritas?

Memberi Diri untuk Dipenuhi & Dipimpin Roh Kudus
Seorang Kristen sejati menyadari bahwa integritasnya (apa yang dikatakan dan dilakukannya) sehari–hari harus sesuai dengan Firman Tuhan. Oleh karena itu kita tidak akan mampu memiliki integritas dengan kekuatan sendiri. Kita perlu kuasa Roh Kudus yang akan memampukan kita untuk memupuk integritas, karena semua yang kita katakan adalah Firman Tuhan. Mari kita minta Roh Kudus tinggal memenuhi hati dan memimpin kita untuk dapat melakukan segala FirmanNya.

Memiliki Komitmen untuk Hidup Sesuai Perkataan Kita
Dalam hal ini perkataan kita harus sesuai Firman Yesus. Ketika saya gagal untuk memenuhi janji saya, baik dalam kehidupan pribadi atau pekerjaan, saya patut untuk meminta maaf kepada mereka yang saya kecewakan. Saya harus memenuhi janji–janji saya, kepada pasangan, atasan, anak buah, rekan sepelayanan dan siapa saja. Saya pernah meminta maaf kepada calon karya-wan karena membatalkan janji pertemuan kami. Semuanya itu harus saya lakukan karena ada Kristus yang harus saya pertanggungjawabkan kepada seluruh dunia.
Memiliki integritas artinya memiliki kualitas. Dunia sering kali mengatakan, yang dipegang seseorang adalah perkataannya. Jika kita memiliki integritas, kita harus berusaha mewujudkan apa yang sudah kita katakan kepada sesama kita. Dengan demikian kita akan semakin dipercaya. Jika sudah dipercaya, kita akan menjadi pribadi yang efektif untuk semua orang!(sky)

No comments: