Saturday, May 31, 2008

Kekuatan Sikap Pemaaf

INSPIRATIONAL STORY - 1 Juni

oleh: CRIS CARRIER

Pada tahun 1976, ketika sedang berjalan kaki pulang ke rumah pada hari terakhir sebelum liburan Natal, aku bersemangat membayangkan masa libur sebagaimana yang dapat didambakan oleh seorang anak sepuluh tahun. Beberapa rumah dari tempat tinggalku di Coral Gables, Florida, ada seorang pria datang kepadaku dan bertanya apakah aku bersedia membantunya mengerjakan dekorasi untuk sebuah pesta yang akan diadakan oleh ayahnya. Karena mengira bahwa ia teman ayahku, aku bersedia ikut bersamanya.

Yang tidak kuketahui saat itu adalah bahwa ia pernah bermasalah dengan keluargaku. Ia pernah dipekerjakan sebagai perawat yang mengurus keperluan sehari-hari salah seorang kerabat kami yang sudah jompo, tetapi belakangan dipecat karena sering mabuk-mabukan.

Sesudah aku menyatujui ajakannya untuk pergi bersamanya, ia membonceng aku dengan motor ke rumahnya di sebuah tempat terpencil di bagian utara Miami. Namun, tiba-tiba ia berhenti di tepi jalan dan memukul dadaku beberapa kali dengan sebatang besi pemecah es. Kemudian ia memaksaku untuk naik ke motornya dan membawaku ke Florida, lalu menyeretku melewati semak-semak. Di sana ia menembak kepalaku dan meninggalkan aku.

Untungnya, setelah menembus bola mataku, peluru itu keluar lewat kening sebelah kanan tanpa menyebabkan kerusakan otak. Ketika aku sadar enam hari kemudian, aku tidak ingat bahwa aku pernah ditembak. Aku duduk di pinggir jalan sampai ditemukan oleh seseorang yang tergerak untuk menolongku.

Dua pekan kemudian, aku telah menerangkan ciri orang yang telah menganiaya aku kepada seorang pelukis polisi dan dari potret wajah yang tergambar, pamanku dapat mengenalinya. Penjahat itu dibawa kepadaku bersama beberapa tersangka lain. Tetapi, trauma dan ketegangan menjadikan segalanya kacau, sehingga aku tidak dapat memastikan mana orang yang telah menyiksaku. Lebih sial lagi, polisi tidak dapat menemukan bukti fisik untuk mengaitkan orang itu dengan kejahatan yang telah diperbuatnya, sehingga ia bebas dari hukuman.

Penjahat itu membuat mata kiriku buta, tetapi cedera lain tidak ada dan denga kasih saying dan dukungan dari keluarga dan teman-temanku, aku kembali ke sekolah dan melanjutkan hidupku.

Selama 3 tahun setelah kejadian itu, aku tidak pernah lepas dari siksaan kecemasan. Hampir setiap malam aku terbangun dari ketakutan, merasa mendengar seorang masuk lewat pintu belakang, sehingga aku sering meminta agar diperbolehkan tidur bersama orang tuaku.

Aku sadar bahwa berkat perlindungan dan kasih Tuhan, secara ajaib aku tetap hidup dan ini menjadi alasan bagiku untuk merasa aman. Dalam tangan-Nya, aku dapat hidup tanpa rasa takut dan dendam. Aku berhasil menyelesaikan sekolahku dan mendapatkan gelar Bachelor dan kemudia master dalam bidang teologi.

Dalam bulan September 1996, Mayor Charles Schere dari Kepolisian Coral Gables yang dahulu pernah menyelidiki kasusku, memberitahu aku bahwa penjahat yang kini berusia 70 tahun, akhirnya mengaku. Dalam keadaan buta karena glaukoma, sakit-sakitan, tanpa keluarga atau teman, ia dirawat di sebuah panti jompo di North Miami Beach.

Ketika pertama kali aku menjenguknya, ia meminta maaf atas perbuatan yang pernah dilakukannya kepadaku dan aku mengatakan kepadanya bahwa aku tealah memaafkannya. Aku menjenguknya berkali-kali setelah itu, menawarkan harapan dan sedikit penghiburan dengan memberinya suasana kekeluargaan sebelum ajal menjemputnya. Aku percaya persahabatan kami mengurangi kesepiannya dan memberinya kelegaan luar biasa setelah menjalani 20 tahun penuh penyesalan.

Aku tahu dunia mungkin memandangku sebagai korban sebuah tragedi mengerikan, tetapi aku memandang diri sendiri sebagai “korban” sejumlah mujizat. Kenyataan aku masih hidup dan tidak menderita cacat mental. Aku dikaruniai istri yang penyayang dan keluarga bahagia.

Banyak orang tidak habis pikir mengapa aku memaafkannya, aku sendiri berpandangan bahwa aku tidak dapat memaafkannya. Jika aku memilih untuk membencinya selama ini atau menghabiskan hidupku dalam upaya balas dendam, mungkin aku tidak menjadi seorang seperti adanya aku hari ini, yang memiliki istri dan anak-anak yang mencintaiku.

Sumber: Chicken Soup for The Unsinkable Soul

1 comment:

Anonymous said...

Comment utiliser mozila firefox seting Ă  partir d'une autre fenĂȘtre?