SEPUTAR KITA - 18 Mei
Saya bersyukur mengalami kemenangan dari Tuhan melalui perenungan firmanNya ketika saat teduh pada hari Kamis, 10 April yang lalu. Waktu itu saya merenungkan Zefanya 3:17. Saya bersyukur punya Bapa yang tidak hanya menerima saya apa adanya, tetapi juga bersorak memberi semangat saat saya gagal. Pada hari itu juga saya menandatangani kontrak untuk tahun kedua di sekolah tempat saya bekerja. Saya yakin sekali kalau akan ditempatkan di kelas 1 atau 2 karena baru setahun bekerja di sekolah itu Ternyata saya ditempatkan di kelas 3! Saya kaget dan mencoba “bernegosiasi”, tetapi gagal. Karena pilihannya cuma setuju atau mengundurkan diri, dengan terpaksa saya setuju. Sebenarnya, yang membuat saya merasa terpukul adalah perkataan kepala sekolah yang membuat saya MERASA gagal sebagai guru kelas 1 yang sabar, sehingga “dibuang” di kelas 3. Roh Kudus terus ingatkan saya untuk selalu bersukacita sekalipun saya merasa gagal. Dia juga mengingatkan bahwa Bapa bersorak menyemangati saya. Tetapi, saya masih belum benar-benar memahami perkataan Roh Kudus. Sampai sorenya saya mendengar khotbah di sebuah stasiun radio tentang korban ucapan syukur, yaitu kita harus dapat bersyukur saat tak ada alasan untuk bersyukur. Saya pun mulai bersyukur, sehingga hati saya tenang. Saya terus mengucapkan Firman Tuhan,“Saya adalah orang yang sabar dan penuh sukacita karena saya penuh dengan Roh Kudus” sehingga saya berkemenangan. Saya terus dikuatkan dengan saat teduh hari-hari berikutnya tentang perkataan. Bahwa perkataan yang negatif membuat potensi mati. Keesokan harinya saya minta maaf kepada kepala sekolah, karena telah merasa bahwa dia menganggap saya gagal dan memindahkan saya di kelas 3. (Debora R.A/PKS Youth)
Sunday, May 18, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment