Wednesday, September 12, 2007

FOKUS KITA

Seperti yang Kamu Kehendaki
Minggu lalu, Bp. Harun Imam Santoso, salah satu anggota Tim Kepemimpinan Jemaat (TKJ) GBI Kristus Pencipta, menyampaikan khotbah di Ibadah Raya Keluarga tentang 3 kata penting yang harus ada dalam keluarga, yaitu kata yang menyatakan pengampunan, berkat, dan rasa hormat. Ketiga hal itu sederhana dan mendasar, tetapi sebenarnya amat sangat sulit dilakukan jika tanpa kekuatan Roh Kudus. Yang jelas, alhasil saya pulang dari Ibadah dengan hati yang sangat tertempelak. Intinya, saya merasakan bahwa BAPA berbicara kepada saya demikian, “Dengan sedemikian banyak hal yang saya sudah terima dari BAPA, apa lagi yang menghalangi saya untuk tidak membagikannya kepada orang lain? Saya telah menerima sangat banyak dari BAPA, bahkan mungkin sudah terlalu banyak…”

Sekali lagi, “easy to say, difficult to do” – “mudah mengatakan, sulit melakukan”. Di hati yang terdalam, saya sangat ingin selalu menjadi berkat bagi orang lain - tidak menyakiti siapa pun melainkan justru menopang dan membangkitkan orang lain – namun dalam kenyataannya, acap kali saya melakukan yang sebaliknya: mengucapkan kata-kata atau melakukan hal-hal yang tidak membangun, bahkan dapat membuat orang lain tersandung. Entah itu merupakan ungkapan keegoisan, ketidaksabaran, kekhawatiran, atau kesombongan saya. Seharusnya saya memiliki “pikiran dan perasaan Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNYA sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia”, tetapi saya lebih memilih menuruti pikiran dan perasaan saya sendiri.

Kemudian, teringatlah saya akan “Golden Rule” (Peraturan Emas) dalam Matius 7:12, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Wow, hati saya terlonjak! ITU DIA!! Itulah yang saya lupakan selama ini…

Saya mendapati bahwa ada tiga hal dalam kebenaran ini, yaitu:

1. Kebenaran ini meminta kita untuk memberikan kepada orang lain apa yang sebenarnya kita ingin miliki untuk diri sendiri. Hal ini kita dapat lakukan dengan tulus hanya jika kita menyadari bahwa KRISTUS telah mati untuk semua orang supaya mereka yang hidup tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri. Apa yang kita kehendaki, tidak harus selalu menjadi milik kita, justru kita harus siap menyerahkannya kepada orang lain. Misalnya, jika kita ingin menerima pengampunan dan kepercayaan dari orang lain meskipun telah bersalah kepada mereka, maka kita juga harus mengampuni dan belajar mempercayai orang yang bersalah kepada kita.

2. Dengan melakukan kebenaran ini, kita akan belajar untuk menempatkan diri kita pada posisi orang lain, sekalipun kita belum pernah mengalami apa yang mereka alami. Sebagai contoh, kita mungkin belum pernah menjadi orang tua, namun saat orang tua menasihati berulang-ulang sehingga kita merasa bosan dan tidak ingin mendengarkan lagi, kita harus berpikir dahulu sebelumnya, demikian, “Jika saya menjadi orang tua yang sedang menasihati anaknya, respon apa yang saya harapkan dari anak saya?” Kemudian, mari kita lakukan apa yang kita harapkan itu terhadap beliau.

3. Kebenaran ini menyiratkan bahwa harus ada tindakan yang aktif dari diri kita. Tidaklah cukup kita menjadi orang yang tidak berbuat jahat, melainkan kita harus menjadi orang yang berbuat kebaikan bagi orang lain. Melanjutkan contoh di atas, alih-alih hanya sekedar tidak membantah orang tua, kita seharusnya juga mengucapkan terima kasih atas setiap nasihat yang beliau berikan.

Saya membayangkan, sungguh indah jika setiap orang, dimulai dari gereja TUHAN, mulai melakukan prinsip ini karena masing-masing orang tidak akan memikirkan kehendaknya sendiri, melainkan berlomba-lomba memberikan apa yang diinginkannya kepada orang lain. Jika itu yang terjadi, pastilah semua orang justru akan menerima apa yang dikehendakinya sebagai buah dari hubungan di antara orang-orang yang siap membagi dan bukan lagi menuntut.

“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Lukas 6: 36). (aln)

No comments: