PRINSIP MEMBERI yang ALKITABIAH
Memberi adalah tindakan yang tidak boleh dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kekristenan. Namun, seringkali tindakan memberi disalah mengerti oleh orang-orang yang belum mengenal Allah, bahkan tidak menutup kemungkinan banyak anak-anak Tuhan juga salah mengerti tentang memberi. Lebih tragis dan menyedihkan lagi, banyak orang-orang yang menganggap diri telah diselamatkan oleh Yesus Kristus tidak peduli dengan hal memberi, pura-pura tidak memahami makna memberi, atau menganggap hal memberi ibarat seorang ibu yang tidak dapat tidur dengan nyenyak karena bayinya yang sedang menangis, dengan kata lain hal memberi sangat mengganggu sekali.
6 kebenaran mengenai hal memberi dalam Perjanjian Baru:
Memberi adalah sebuah perintah (Luk. 6:38).
Yesus memberi perintah supaya kita saling memberi. Perintah berarti hal tersebut sangat penting dan tidak dapat ditawar-tawar. Yang lebih radikal, ayat tersebut menceritakan ketika Yesus berkhotbah kepada murid-murid mengenai mengasihi bukan saja orang yang baik terhadap mereka, tetapi juga yang memusuhi mereka. Jadi, Yesus memerintahkan untuk saling memberi tidak hanya kepada mereka yang baik kepada kita, tetapi juga orang yang memusuhi kita. Hal memberi juga menjadi salah satu jenis “Golden Rule” (aturan emas, ayat. 31). Maksudnya, jika kita ingin diberi maka kita harus memberi terlebih dahulu. Memberi adalah perintah yang mutlak dan dapat dikatakan sejajar dengan Amanat Agung dalam Matius 28:19-20.
Memberi kadang-kadang mengecewakan kita.
Lukas 6:34-35 berkata jika kita memberi jangan berharap sesuatu (imbalan) dari orang yang kita beri. Jika kita berharap sesuatu darinya, maka kita akan (bahkan sering) kecewa. Kekecewaan tersebut diakibatkan karena orang tersebut tidak membalas apa yang telah kita lakukan. Jika kita memberi kepada orang lain, sebenarnya pada saat itu juga kita sedang berurusan dengan Allah. Begitu juga dengan orang yang kita beri. Dia juga berurusan dengan Allah. Dengan demikian, apakah rugi jika kita memberi secara materi, waktu, tenaga, dll? Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa memberi itu akan membuat kita rugi, bahkan sebaliknya, kita akan disebut orang yang berbahagia.
Memberi berarti tidak mementingkan diri sendiri (Kis. 20:34-35)
Paulus memberikan teladan yang baik ketika mengatakan bahwa ia telah bekerja untuk memenuhi keperluannya dan keperluan kawan sekerjanya (ay. 34). Artinya, ia tidak mementingkan diri sendiri, tetapi peduli terhadap yang lain. Terkadang kita perlu mengorbankan agenda pribadi demi memberi orang yang membutuhkan. Tetapi, kita tidak boleh kuatir. Yesus berkata bahwa barang siapa kehilangan nyawanya, maka ia akan mendapatkannya. Dengan kata lain, barang siapa yang memberi kepada sesamanya, maka ia akan diberi. Jadi, jangan pelit atau terlalu hitung-hitungan dalam memberi. Berhikmat boleh, tetapi jangan sampai keragu-raguan kita menjadi penghalang dalam memberi. Allah mungkin sengaja membiarkan ada orang yang miskin dan kaya, supaya hal memberi terus terjadi di bumi.
Prinsip tabur-tuai akan tetap terjadi (II Kor. 9:6)
Berkat yang Allah berikan kepada kita tergantung seberapa besar pemberian kita kepada orang lain. Jangan berharap berkat yang lebih jika kita tidak memberi. Orang yang jarang, bahkan tidak pernah memberi, tidak akan pernah merasa cukup dalam hidupnya. Ia akan selalu merasa kurang. Oleh karena itu, mulailah belajar untuk memberi. Apa saja yang dapat kita berikan, berikanlah.
Memberi akan dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman (Mat. 25:34-46)
Konteks pembicaraan Yesus adalah tentang penghakiman terakhir. Terkadang kita tidak sadar bahwa Allah ada pada orang-orang yang hina atau disisihkan masyarakat. Jangan menunda jika kita ingin memberi, sebab kita tidak tahu apakah orang yang kita beri membutuhkan atau tidak. Tetapi, jika kita ingin memberi, maka berilah! Jangan takut dikecewakan, sebab pada saat Yesus datang dan penghakiman dimulai, maka Ia akan bertanya kepada kita apakah kita sudah memberi.
Allah menghargai pemberian kita & selalu dikenang orang lain
Setiap tindakan kita dalam memberi akan selalu dihargai Allah, sebab kita telah melakukan perintahNya. Selain Allah yang menghargai kita, orang lain juga akan selalu mengenang kita. Tabita atau Dorkas yang selalu berbuat baik dan memberi sedekah kepada orang lain, dikenang oleh para janda disekitarnya ketika ia meninggal. Mereka datang dengan membawa baju dan pakaian dari Tabita (Kis. 9:36-39). John Wilder mengatakan: “Bila anak-anak Allah memberi hadiah, Dia menerima dan menghargainya, mengingat dan memberkatinya.” (you)
Memberi adalah sebuah perintah (Luk. 6:38).
Yesus memberi perintah supaya kita saling memberi. Perintah berarti hal tersebut sangat penting dan tidak dapat ditawar-tawar. Yang lebih radikal, ayat tersebut menceritakan ketika Yesus berkhotbah kepada murid-murid mengenai mengasihi bukan saja orang yang baik terhadap mereka, tetapi juga yang memusuhi mereka. Jadi, Yesus memerintahkan untuk saling memberi tidak hanya kepada mereka yang baik kepada kita, tetapi juga orang yang memusuhi kita. Hal memberi juga menjadi salah satu jenis “Golden Rule” (aturan emas, ayat. 31). Maksudnya, jika kita ingin diberi maka kita harus memberi terlebih dahulu. Memberi adalah perintah yang mutlak dan dapat dikatakan sejajar dengan Amanat Agung dalam Matius 28:19-20.
Memberi kadang-kadang mengecewakan kita.
Lukas 6:34-35 berkata jika kita memberi jangan berharap sesuatu (imbalan) dari orang yang kita beri. Jika kita berharap sesuatu darinya, maka kita akan (bahkan sering) kecewa. Kekecewaan tersebut diakibatkan karena orang tersebut tidak membalas apa yang telah kita lakukan. Jika kita memberi kepada orang lain, sebenarnya pada saat itu juga kita sedang berurusan dengan Allah. Begitu juga dengan orang yang kita beri. Dia juga berurusan dengan Allah. Dengan demikian, apakah rugi jika kita memberi secara materi, waktu, tenaga, dll? Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa memberi itu akan membuat kita rugi, bahkan sebaliknya, kita akan disebut orang yang berbahagia.
Memberi berarti tidak mementingkan diri sendiri (Kis. 20:34-35)
Paulus memberikan teladan yang baik ketika mengatakan bahwa ia telah bekerja untuk memenuhi keperluannya dan keperluan kawan sekerjanya (ay. 34). Artinya, ia tidak mementingkan diri sendiri, tetapi peduli terhadap yang lain. Terkadang kita perlu mengorbankan agenda pribadi demi memberi orang yang membutuhkan. Tetapi, kita tidak boleh kuatir. Yesus berkata bahwa barang siapa kehilangan nyawanya, maka ia akan mendapatkannya. Dengan kata lain, barang siapa yang memberi kepada sesamanya, maka ia akan diberi. Jadi, jangan pelit atau terlalu hitung-hitungan dalam memberi. Berhikmat boleh, tetapi jangan sampai keragu-raguan kita menjadi penghalang dalam memberi. Allah mungkin sengaja membiarkan ada orang yang miskin dan kaya, supaya hal memberi terus terjadi di bumi.
Prinsip tabur-tuai akan tetap terjadi (II Kor. 9:6)
Berkat yang Allah berikan kepada kita tergantung seberapa besar pemberian kita kepada orang lain. Jangan berharap berkat yang lebih jika kita tidak memberi. Orang yang jarang, bahkan tidak pernah memberi, tidak akan pernah merasa cukup dalam hidupnya. Ia akan selalu merasa kurang. Oleh karena itu, mulailah belajar untuk memberi. Apa saja yang dapat kita berikan, berikanlah.
Memberi akan dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman (Mat. 25:34-46)
Konteks pembicaraan Yesus adalah tentang penghakiman terakhir. Terkadang kita tidak sadar bahwa Allah ada pada orang-orang yang hina atau disisihkan masyarakat. Jangan menunda jika kita ingin memberi, sebab kita tidak tahu apakah orang yang kita beri membutuhkan atau tidak. Tetapi, jika kita ingin memberi, maka berilah! Jangan takut dikecewakan, sebab pada saat Yesus datang dan penghakiman dimulai, maka Ia akan bertanya kepada kita apakah kita sudah memberi.
Allah menghargai pemberian kita & selalu dikenang orang lain
Setiap tindakan kita dalam memberi akan selalu dihargai Allah, sebab kita telah melakukan perintahNya. Selain Allah yang menghargai kita, orang lain juga akan selalu mengenang kita. Tabita atau Dorkas yang selalu berbuat baik dan memberi sedekah kepada orang lain, dikenang oleh para janda disekitarnya ketika ia meninggal. Mereka datang dengan membawa baju dan pakaian dari Tabita (Kis. 9:36-39). John Wilder mengatakan: “Bila anak-anak Allah memberi hadiah, Dia menerima dan menghargainya, mengingat dan memberkatinya.” (you)
No comments:
Post a Comment