Wednesday, January 23, 2008

FOKUS KITA

Melangkah Mewujudkan Impian
menjadi Kenyataan


Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya. Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.
(Habakuk 2:2-3)


Seringkali dalam hidup kita, kita tidak tahu harus ke mana dan lewat mana sehingga hidup kita tidak maksimal dan tidak akan mencapai kebahagiaan. Untuk mencapai hidup yang maksimal dan bahagia, kita perlu tahu tujuan hidup atau penciptaan kita. Saat kita intim dengan Bapa dan FirmanNya, Tuhan menyatakan kerinduanNya atas hidup kita ke dalam hati kita. Kerinduan Tuhan atas hidup kita adalah tujuan hidup kita. Tuhan rindu tujuan hidup yang Ia berikan menjadi impian kita yang akan membawa kita kepada kemaksimalan.

Tuhan berjanji akan memberikan apa saja yang kita impikan. (Yoh. 15:7, Mzm. 37:4). Karena itu, kita tidak cukup hanya memiliki mimpi yang benar dan besar, tetapi juga perlu mengembangkan impian sehingga kita tidak akan mengalami “Mimpi tinggal mimpi, janji tinggal janji”. Langkah praktisnya:

1. Prioritaskan yang Utama
Pastikan bahwa impian kita adalah sesuatu yang sungguh-sungguh kita inginkan (sesuai firman Tuhan tentunya), bukan sesuatu yang “rasanya bagus / cocok buat saya”. Ketika di bangku SMP saya sangat menyukai olahraga, terutama basket. Saya bahkan sangat mengagumi Michael Jordan, seorang bintang basket. Menjadi pemain basket profesional adalah keinginan saya. Tetapi, saya juga ingin menjadi misionaris di China melalui bisnis. Keinginan ini lebih besar dari keinginan saya sebelumnya. Saya memilih memprioritaskan yang utama dan membuang yang tidak perlu.

2. Menyelaraskan Impian
Satu impian kita harus selaras dengan impian kita yang lain. Kita tidak dapat bermimpi memiliki rumah seharga 1 miliar 3 tahun lagi jika kita hanya bermimpi cukup memiliki penghasilan 2 juta/bulan. Impian yang tidak selaras/tidak saling mendukung akan menghambat cara berpikir dan kerinduan kita untuk meraihnya. Kita perlu memperbaiki impian kita, misalnya “Memiliki rumah seharga 1 miliar 3 tahun lagi” dan “Penghasilan 15 juta/bulan.”

3. Keseimbangan
Kembangkan mimpi kita tidak hanya pada satu area saja, tetapi di enam area kehidupan kita (keluarga, kerohanian, sosial, keuangan, fisik, dan mental). Kehidupan yang seimbang akan memacu semangat kita untuk meraih mimpi kita. Keseimbangan juga membantu kita untuk membuat mimpi yang selaras. Yesus adalah teladan pribadi yang seimbang (Luk. 2:52).

4. Miliki Mimpi yang Positif dan Spesifik
Bukan “Saya tidak ingin rumah jelek”, tetapi “Saya akan punya rumah di … seluas … dengan … kamar tidur, menghadap ke … pada bulan … tahun …” (sebutkan dengan rinci pada titik-titiknya). Kemudian bayangkan kita sedang berjalan di dalam rumah itu, memasuki kamar satu per satu, menikmati udara pagi yang sejuk, bersama keluarga kita. Kita bisa merasakan nyamannya rumah kita, kan? Yosua juga memiliki mimpi yang spesifik tentang Kanaan (Yos. 1:3-5).

5. Miliki Pengharapan yang Tinggi terhadap Mimpi
Jangan terlalu rendah, jangan buru-buru merasa materialistis, jangan merasa terlalu muluk. Tuhan memiliki pengharapan yang tinggi ketika menciptakan hidup kita. Tuhan menebus hidup kita seharga Yesus. Saat membuat impian “penghasilan 15 juta/bulan” ada kabar baik dan kabar buruk. Kabar baiknya adalah kita bisa mencapainya, sedangkan kabar buruknya, 15 juta adalah nilai maksimal penghasilan kita.

6. Yang Terpenting: Tuliskanlah Mimpi Kita
Menuliskan mimpi bagaikan menggambar peta kesuksesan kita. Potonglah gambar-gambar untuk mengimajinasikan impian kita. Tempelkan itu di sebuah buku khusus, Buku Mimpi kita. Buku ini akan membuat kita fokus dengan impian dan tujuan kita.

Apa yang harus kita lakukan setelah memiliki dan menuliskan impian kita?

1. Ceritakan kepada orang lain yang kita percaya dapat mendorong kita untuk mencapainya. Jangan menceritakan impian kita kepada sembarang orang. Kita perlu melindungi impian dan pikiran kita dari kata-kata negatif yang menjatuhkan semangat kita.
2. Mengevaluasi secara berkala impian/tujuan dan cara kerja kita juga sangat penting. Pertimbangkan apakah cara kerja dan hidup kita sedang menjauhi atau mendekati impian kita. Ada kalanya kita harus merevisi satu impian kita saat kondisi dan impian yang lain juga berubah. Jangan merasa gagal akan hal ini, tetapi mari berpikir bahwa hal ini sebagai suatu kemajuan dan kemenangan saat kita memperoleh pencerahan akan suatu perubahan.

Di kamar saya terpampang peta Negara China, tanah impian saya. Saya memilikinya dan memajang peta besar itu sejak 7 tahun lalu. Saya mendoakannya setiap hari, memandanginya dan memperkatakannya pada diri sendiri “Aku akan pergi ke sana, Tuhan yang sediakan biayanya”. Pada tahun 2004 saya mengunjungi China, dan Tuhan yang menyediakan semua biayanya. Impian saya menjadi kenyataan! Masih ada 100 impian yang terus saya pandangi setiap hari di Buku Mimpi saya, dan tinggal menunggu waktunya untuk jadi kenyataan. Bagaimana dengan impian Anda?(wn)

No comments: