Tuesday, January 29, 2008

FOKUS KITA

Menanggalkan Beban untuk
Berlari Kencang

Pernahkah Anda melihat perlombaan pacuan kuda? Dalam pacuan kuda, para pemilik kuda melakukan segala usaha agar kuda pacu mereka dapat berlari kencang sehingga memenangkan perlombaan. Caranya adalah dengan mengurangi berat beban yang harus dipikul oleh kuda pacu, yaitu memilih joki (penunggang kuda pacuan) yang memiliki ukuran tubuh kecil dan ringan. Pengaruh dari pengurangan beban ini sangat besar terhadap kinerja seekor kuda. Mereka akan dapat berlari kencang manakala tidak ada beban yang memberatkan langkah kaki mereka menuju kemenangan.

Rasul Paulus berkata: ..., marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita (Ibrani 12:1). Kehidupan kekristenan adalah perlombaan iman yang diwajibkan Tuhan bagi kita, dimana dalam perlombaan ini Ia telah menetapkan bahwa kita mampu memenangkan-dan-adalah pemenangnya. Namun, iblis melakukan segala cara untuk mempengaruhi kita sehingga kita memilih menyerah dan kalah. Salah satunya adalah membebani kita dengan barang-barang dunia dan masalah kehidupan yang ruwet. Tuhan ingin kita menanggalkan beban yang tidak pernah diberikanNya kepada kita sebelumnya. Ia berjanji akan menolong memikul beban kita, namun hanya jika itu adalah bebanNya. (Matius 11:28-30).

Di dunia ini umumnya ada dua macam “beban” yang membebani kita: beban yang datang kepada kita melalui kehidupan, keadaan, dan orang lain (dari luar); dan beban yang kita tumpuk sendiri (dari dalam). Hari ini kita akan belajar menanggalkan beban yang datang DARI LUAR.

1. Jangan Memusatkan diri kepada hal-hal yang tidak dapat kita ubah.
Akan selalu ada orang-orang atau hal-hal yang secara aktif akan menentang kehidupan kita bersama Kristus. Kemungkinan besar kita tidak dapat mengubah hal-hal ini tanpa campur tangan Tuhan. Jika kita memusatkan diri pada hal-hal ini, kita akan kehilangan fokus kepada Tuhan. Akhirnya, kita akan menjadi lelah dan kesal (baik secara fisik maupun rohani). Solusinya, pusatkan pikiran kepadaNya t-e-r-u-s m-e-n-e-r-u-s. Jangan terus merenungkan hal atau orang yang menentang atau mengecewakan kita. Pikirkan Tuhan dan kebenaran janji firmanNya yang menghibur, memerdekakan dan memberi kita kekuatan untuk terus berlari.

2. Ada baiknya berhenti bertanya “mengapa”
Frustrasi atas hal-hal yang tidak kita mengerti mudah membuat kita tertekan. Kita melayani Tuhan yang menciptakan dunia dengan satu firman tunggalNya. Ia tidak memiliki kecenderungan untuk memberikan penjelasan bagi pertanyaan yang tidak ada habisnya kita lontarkan padaNya. Jika hal itu tidak ada dalam firmanNya, dan jika Ia tidak menjawab melalui RohNya, kita dibiarkan untuk menghadapi “mengapa” yang tidak terjawab. Ada kalanya justru ketika kita banyak bertanya, namun percaya saja, taat dan setia, pada akhirnya Ia justru membawa kita menemukan jawabnya.

3. Disiplin dan menyusun prioritas yang benar
Iblis berusaha menjatuhkan kita melalui hal-hal kecil yang terus-menerus membebani kita. Kekuatan untuk berlari, bertahan, dan tetap memusatkan diri tergantung pada kemampuan kita menanggalkan beban-beban yang menghalangi. Ini dimulai dengan hikmat untuk mengetahui apa yang harus dipikul dan apa yang harus ditanggalkan. Kita harus disiplin untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dalam hidup ini, dan bukan apa yang kita inginkan. Kita harus memprioritaskan hubungan kita dengan Tuhan di tempat pertama, keluarga di tempat kedua, pelayanan dan panggilan di tempat ketiga.

4. Ambil waktu untuk berdoa atau runtuh
Kita cenderung lebih “sadar akan masalah” daripada “sadar akan kuasa”. Iblis berusaha membuat kita begitu macet dengan “berbagai hal” sehingga kita lupa untuk meluangkan waktu bersama Tuhan. Sebagai hasilnya, kita digerakkan oleh utang, ketakutan, kesepian. Musuh tidak memiliki kuasa di dalam dan dari dirinya sendiri untuk membahayakan kita. Ia mendapatkan kuasa saat kita memberikan kepadanya. Berdoa berarti memberikan kuasa kepada Tuhan untuk memimpin hidup kita. Seringkali kita menjadi panik saat kita seharusnya berdoa; kita jatuh pingsan saat kita seharusnya “beriman”. Ini bukan saatnya untuk “berpura-pura bahwa masalah itu tidak ada”−ini saatnya untuk “MENGIMANINYA”!

5. Ada beberapa beban yang tidak bisa kita tanggalkan
Kita perlu menyadari ada beban-beban yang harus kita pikul sebagai bagian dari tanggung jawab kita dalam keluarga Allah. Di satu sisi Alkitab berkata, “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu!”, di sisi lainnya “memikul tanggungannya sendiri” (Galatia 6:2a dan 5b, berturut-turut). Kebenarannya, masing-masing kita harus memikul beban kita sendiri dan menolong orang lain yang membutuhkan. Pada saat beban kita tampak terlalu berat untuk dipikul sendiri, kita tidak seharusnya terlalu angkuh untuk meminta bantuan dari sesama Tubuh Kristus.

6. Bencana atau mujijat, ikutilah Roh Kudus
Sering kali, apa yang kita anggap sebagai awal dari suatu bencana ternyata adalah awal dari mujijat! Ini sering terjadi ketika kita gagal mengenali waktu Tuhan. Ada waktunya untuk menggenggam ada waktunya melepaskan. Dalam cara yang sama, ada saat dan waktunya untuk “menanggalkan beban”. Ketika kita merasakan adanya hal-hal kekal yang takkan pernah kita selesaikan dalam hidup kita, kita punya pilihan: menjadi frustrasi karenanya, atau menyadari bahwa hal-hal tersebut adalah hal-hal yang memiliki batas waktu atau tidak memiliki batas waktu. Tuhan berbicara tentang keduanya di hati kita. Bagian kita adalah mengetahui apa yang harus ditanggalkan, apa yang harus dipenuhi, dan apa yang harus diteruskan ke orang lain. Ujian dan pencobaan sering kali datang dalam hidup kita untuk mempelajari apa yang penting dalam hidup kita bersama Tuhan.

Jika kita ingin Tuhan membawa kita masuk dalam kegerakanNya yang dahsyat di akhir jaman, maka pahamilah bahwa pertama-tama kita mungkin harus menanggalkan beberapa hal dalam hidup kita. Kita harus menyadari bahwa sebelum kita diisi dan mengalirkan kasih serta kuasa Tuhan, kita harus mengosongkan diri terlebih dulu. Sulit bagi Tuhan untuk mengisi seseorang yang telah luber dengan “diri sendiri”. Ia tidak dapat menolong kita jika kita memilih asyik berenang dalam lautan masalah kita dan menolak untuk menanggalkannya.(l@)

Inspirasi: Sumber Rahasia untuk Mendatangkan Kuasa, Tommy Tenney

No comments: