Sunday, January 31, 2010

HATI-HATI! Kenyamanan = Awal Kejatuhan

FOKUS KITA


Jatuh Karena Nyaman dengan Angin Sepoi-Sepoi
Ada sebuah cerita tentang perlombaan angin barat, angin timur dan angin utara untuk menjatuhkan monyet yang lagi asyik di pohon. Terjadilah perbincangan antara ketiga angin tersebut dan saling mempromosikan kekuatan masing-masing. Angin timur berkata bahwa dia pasti bisa menjatuhkan monyet yang ada di pohon itu. Lalu bertiuplah angin timur dengan kencang untuk menjatuhkannya, tetapi monyet itu justru berpegang sangat erat pada pohon. Setelah usahanya gagal, ia ditertawakan oleh kedua angin yang lain. Tibalah giliran angin barat untuk mencoba kekuatannya. Angin barat bertiup lebih kencang dibandingkan dengan angin timur. Namun, semakin kencang ia bertiup, monyet pun berpegangan semakin erat pada pohon. Melihat usahanya gagal, tertawalah kedua angin yang lainnya. Kemudian giliran angin utara tiba. Melihat usaha kedua lawannya gagal, maka ia menemukan strategi baru, yaitu dia tidak meniupkan angin dengan kencang, sebaliknya meniupkan angin sepoi-sepoi. Ketika angin utara melakukan usahanya, tertawalah angin timur dan barat dan mengoloknya bahwa usahanya tidak akan berhasil. Namun, ia berhasil membuat monyet itu terlelap karena sejuknya angin yang dirasakannya. Melihat monyet itu tidur, maka dia menambahkan kekuatannya, lalu jatuhlah si monyet.

Pelajaran yang dapat kita petik dari cerita ini adalah, kenyamanan dapat membuat seseorang jatuh. Sebab, saat berada pada posisi nyaman kita cenderung malas untuk berubah dan beranjak dari posisi kita sekarang. Kita enggan untuk melangkah lebih maju pada tujuan yang telah Allah tetapkan bagi kita.

Ketika Nyaman, Kita Mulai Jatuh
Kenyamanan adalah titik awal di mana kita akan mengalami kejatuhan. Alasannya adalah ketika kita sudah merasa nyaman dengan hidup kita, maka kita akan hidup berfokus dengan diri sendiri dan tidak ingin melakukan apa-apa. Inginnya santai dan sudah puas dengan apa yang diraih, padahal ada banyak hal yang masih bisa kerjakan. Perhatian! Sebelum kita mencapai tujuan Allah dalam hidup kita hendaklah jangan sampai kita berhenti atau merasa puas dengan apa yang telah kita capai.
Pernah saya merasakan begitu nyamannya hidup setelah saya bertobat. Hal ini tidak terjadi dalam waktu sebentar, tapi dalam kurun waktu lama sekitar 2-3 tahun, bahkan saya pernah tidak bersaat teduh selama 1 tahun. Lama kelamaan hidup saya mulai jenuh, saya menjadi orang mudah terbakar emosi, sensitif, mudah tersinggung, tidak peduli dengan orang lain. Meskipun tetap beribadah dan komsel, tetapi saya tetap merasa kosong dan seperti tidak punya teman. Sungguh aneh, di tengah komunitas yang nilai kekeluargaannya cukup kuat, saya malah merasa tidak memiliki teman. Ketika merenungkan hal ini, saya disadarkan bahwa saya bisa mengalami kejenuhan dan kemerosotan rohani sejauh itu adalah karena saya membiarkan rasa nyaman itu terus terjadi, membuai saya dan saya tidak segera keluar dari situasi tesebut. Puji Tuhan, di tengah kenyamanan yang perlahan namun pasti menarik saya ke bawah, Tuhan tetap peduli dan memiliki banyak cara sehingga mampu menarik perhatian saya kembali kepadaNya dan kepada rencanaNya yang telah disiapkan bagi saya.

Bersyukur, Ketika Tuhan Mengoyakkan Zona Nyaman Kita
Bersyukurlah saat Tuhan mengoyakkan kenyamanan kita. Sebab, itu tanda Dia begitu mengasihi kita. Dia tahu bahwa ketika kita nyaman, maka itu adalah awal dari kejatuhan kita. Salah satu cara Tuhan untuk mengoyakkan kenyamanan kita adalah melalui masalah yang kita hadapi.
Seperti induk rajawali yang mengajar anaknya terbang dengan mengoyakkan sarangnya yang nyaman, demikian Tuhan mengoyakkan kenyamanan kita demi mendidik kita supaya terus bertumbuh menggenapi rencanaNya atas hidup kita. Induk rajawali bukannya kejam, tetapi dia ingin anaknya terus bertumbuh, mengokohkan sayapnya, untuk terbang menerjang badai sesuai tujuan kelahirannya. Demikian juga Tuhan bukannya kejam manakala mengoyakkan kenyamanan kita lewat berbagai masalah dan tantangan kehidupan. Dia mau supaya kita bertumbuh dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi, mengalami mujizat yang Ia sediakan, menggenapi rencanaNya yang sempurna dalam hidup kita.

Bagaimana kita dapat melepaskan diri dari jerat kenyamanan yang menjatuhkan?
1. Melakukan pekerjaan Bapa (Matius 28:19-20)
Ketika kita setia melakukan pekerjaan Bapa, kita akan terhindar dari kenyamanan yang menjatuhkan. Sebab kita akan terus bergerak dan tidak diam, kita akan terus tertantang untuk belajar hal-hal baru dari Bapa, seiring kita aktif melakukan pekerjaanNya.

2. Hidup dalam komunitas Allah
Saudara-saudara yang kita miliki di gereja maupun di kelompok sel akan terus menerus mengingatkan kita. Melakukan pekerjaan Bapa bersama dengan saudara-saudara di komsel dapat memberikan semangat yang berbeda dengan ketika kita hanya melakukan pekerjaan Bapa sendirian. Tetapi, bukan berarti kita tidak bisa melakukannya saat kita sendiri, karena di manapun kita berada, kita pasti bisa melakukan pekerjaan Bapa.

Hindarilah memasuki zona nyaman. Tetaplah bergerak melakukan pekerjaan Bapa dan menggenapi rencana yang telah ditetapkanNya bagi hidup kita. Ingat! Kenyamanan adalah awal dari kejatuhan. (liem)

No comments: