FOKUS KITA
Selama dua puluh tujuh tahun saya dan keluarga sangat memimpikan memiliki rumah sendiri. Sering kali ketika mendoakan rumah baru orang lain, saya selalu bertanya di dalam hati ‘Tuhan, kapan aku bisa punya rumah sendiri’. Banyak liku-luku yang saya alami ketika berdoa untuk sebuah rumah. Terkadang saya semangat, tak jarang pula saya menjadi lemah dan kehilangan semangat untuk berdoa. Tetapi ketekunan dalam doa dan pengharapan saya akhirnya Tuhan jawab. Di akhir tahun 2009 kami telah memilki rumah sendiri.
~~~
Hari-hari ini saya sungguh merasa takjub, kagum dan terkadang merasa seperti masih bermimpi melihat janji Tuhan yang digenapi dalam hidup saya. Ini adalah mujijat yang luar biasa bagi saya. Tentu saja mujijat yang terjadi dalam hidup saya tidak datang secara tiba-tiba. Semuanya diuji melalui proses yang panjang dimana terkadang saya juga merasa jenuh, tawar hati, bahkan seperti tidak punya iman untuk tergenapinya hal tersebut.
Di saat-saat jenuh dan tawar hati itulah saya sangat dikuatkan serta diteguhkan oleh firman Tuhan yang saya dengar, oleh teman-teman seiman dan oleh pemimpin rohani saya. Akhirnya, melalui semua proses tidak mengenakkan yang saya alami, ada beberapa prinsip yang Tuhan ajarkan kepada saya untuk dapat meraih mujijat itu.
· Bertekun dalam doa dan pengharapan (Roma 12:12)
Terkadang situasi berubah menjadi sulit dan melelahkan. Jika mata iman kita mulai teralih kepada situasi sulit itu, maka lemahlah kita. Kita perlu menguatkan hati untuk fokus kepada janjiNya dan tidak terpengaruh oleh situasi atau kata-kata manusia yang dapat mengalihkan perhatian kita. Dengan demikian kita beroleh kekuatan untuk tetap tekun berdoa dan berharap kepada Tuhan sampai ia menggenapi janjiNya. Tetap tekun dalam doa dan pengharapan memang berdoa memang tidak mudah. Apalagi berdoa untuk kurun waktu yang lama, dibutuhkan disiplin dan komitmen yang kuat. Seperti seorang petani yang tekun bekerja keras untuk mendapatkan hasil panen terbaik yang akan dituai pada waktunya. Jadi kita tidak boleh menyerah harus tetap tekun sampai benar-benar terjadi.
· Miliki iman yang teguh, bertahan dalam ujian, tidak menyerah terhadap keadaan (Yakobus 1:6-7)
Selalu ada ujian dalam setiap penantian akan penggenapan janji Tuhan. Sebab, janji Tuhan dan ujian iman ibarat dua sisi uang koin yang tidak dapat dipisahkan. Kita tidak dapat mengalami penggenapan janji Tuhan, jika kita tidak mau bertahan dan menang atas ujian iman yang diwajibkan bagi kita. Ujian iman tersebut bisa berupa lamanya waktu penantian, situasi yang berubah semakin sulit, kata-kata orang yang cenderung melemahkan bahkan menjatuhkan atau sikap hati yang menjadi tawar karena lelah bertekun. Hal terbaik untuk kita lakukan adalah tidak berontak atau lari menghindari ujian tersebut. Pemberontakan hanya akan memperlambat waktu Tuhan dan membuat kita sakit sendiri. Ketika menanti janji Tuhan yang tak kunjung datang, saya sempat mengalami kekecewaan dan rasa sakit saat iman saya diuji. Saya protes kepada Tuhan. Secara manusia saya marah, namun sikap saya ini justru membuat Tuhan tidak berkerja atas saya. Tetapi, saat saya berespon benar, Ia membuat mujijat yang indah dalam hidup saya.
· Berpegang pada firman yang menciptakan (Roma 4:17b)
Dalam meraih penggenapan janjiNya, Tuhan mengajar saya untuk tidak mengandalkan kekuatan sendiri maupun manusia lain (Yeremia 17:5-8). Mengapa? Saat mengandalkan kekuatan sendiri, kita akan mengalami kelelahan karena kekuatan kita terbatas. Saat kita mengandalkan manusia, kita akan kecewa, karena manusia selalu berubah-ubah setiap waktu, tidak tepat janji. Mengandalkan kekuatan sendiri juga berarti kita tidak lagi memercayai Allah yang sanggup melakukan segala perkara yang ajaib.
Firman Tuhan itu sungguh hidup ketika kita mau merenungkan, memperkatakan dan taat melakukannya. Memegang kuat firman Tuhan dan menghidupinya setiap hari mutlak dilakukan untuk menarik mujijat Tuhan nyata dalam hidup kita. Firman Tuhan sebagai pegangan dalam masa kesesakan itu nyata dan sangat terbukti kuasanya.
No comments:
Post a Comment