Sunday, October 18, 2009

Aku Cinta Komunitasku karena...

FOKUS KITA

Roma 12: 10a mengatakan, Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara...”

Nah, apa sih kira-kira yang membuat kita akhirnya jadi begitu mencintai komunitas kita? Suasananya yang ramai? Banyak tertawa dan bercanda? Dapat teman baru yang menyenangkan? Apakah kehidupan komunitas selalu dipenuhi dengan hal-hal yang nyaman?

Jika kita merasa mencintai komunitas karena segala sesuatunya yang nyaman, bersiaplah untuk berubah. Karena saat Anda menjumpai konflik dan perbedaan, Anda akan merasa kecewa dan berkecil hati. Jadi seperti apa sih mengasihi komunitas itu?

Saling memberi

Filipi 2:3b-4 menulis:

Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Ketika kita terus-terusan menuntut orang lain memperhatikan kepentingan kita, akan ada titik di mana kita akan merasa kecewa saat mereka tidak bisa memenuhi harapan kita. Inilah salah satu kunci utama untuk dapat mencintai komunitas kita dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Belajar untuk saling melayani. Tidak hanya menerima, namun juga memberi. Yang paling sederhana, belajar untuk memperhatikan orang lain, tidak terus-terusan ingin diperhatikan. Selanjutnya, belajar mengambil tanggung jawab, tidak melulu ingin dilayani. Terlibatlah dalam melayani sesama anggota komsel. Percayalah, dengan berani memberi, rasa memiliki di antara tiap anggota akan terasa lebih kuat.

Dan pada akhirnya, mari sama-sama merasakan: aku mencintai komunitasku karena aku mau saling memberi.

Kita Menjadi Dampak

Matius 5:13-16 menulis:
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.

Ketika kita sudah mulai terbiasa dengan komunitas, ada kecenderungan merasa nyaman dan puas dengan ‘begini saja.’ Menikmati kedekatan antar anggota tentu tidak masalah. Namun, jika terus-terusan demikian dan tidak melangkah keluar, akhirnya kita tidak lagi menjadi garam maupun terang. Mari melangkah meninggalkan kenyamanan kita. Memperhatikan orang-orang di sekeliling kita yang masih belum mengenal Kristus, jangkau mereka, dan ajak mereka mengenal komunitas sejati seperti yang telah kita alami. Kita mencintai komunitas karena kedekatan yang ada di antara kita, dan karena dampak yang kita bangun bersama. (vln)

No comments: