Sunday, February 15, 2009

Kubagi Hidupku denganmu

FOKUS KITA

“Bagi dunia Anda mungkin hanya seseorang, tetapi bagi seseorang Anda mungkin ‘dunia’nya”

Kalimat di atas mungkin saja terdengar berlebihan, tetapi bagi sebagian orang yang ‘sendirian’, tersisihkan dan terlupakan, saat mereka mendapati ada orang (bahkan satu orang saja) yang mau menghampiri mereka dengan kasih, mereka merasa menemukan dunia baru. Bagaimana dengan dunia tempat mereka hidup selama ini? Dunia itu, bagi mereka yang tersisihkan, hanyalah tempat untuk meletakkan tubuh. Dunia itu tidak dapat menjawab kebutuhan jiwa mereka.

Tidak peduli apa latar belakang dan bagaimana kondisi kita sendiri saat itu, saat kita rela sejenak mengesampingkan kebutuhan pribadi kita demi membawa kasih Allah kepada hidup seseorang yang ‘sendirian’, maka sesungguhnya kita sedang membawa dunia baru yang penuh harapan ke dalam hidup mereka. Harapan akan pemulihan, harapan akan kesembuhan, mujijat dan keselamatan.

Beberapa waktu yang lalu, saya dengan tiga orang teman berkesempatan mengunjungi seorang “teman baru”, sebut saja namanya A. Saya belum pernah bertemu dengannya, sehingga tidak punya bayangan seperti apa sosok A. Yang saya tahu hanya namanya.

Petang itu, udara sangat dingin dan hujan mulai turun rintik-rintik. Membayangkan kamar yang hangat, rasanya enggan untuk pergi ke luar rumah. Apalagi tubuh yang letih setelah pulang kerja dan belum lagi ada tugas-tugas kantor yang harus saya selesaikan malam itu juga. Tetapi, karena teman yang akan pergi bersama saya telah berjanji kepada teman baru tersebut akan mengenalkannya kepada saya, maka saya pun pergi. Setelah berjalan di bawah payung kecil menyusuri lorong-lorong gang yang sempit dan becek, akhirnya sampailah kami di rumah A.

Awalnya saya merasa canggung ketika bertemu dengannya. Namun, ekspresi wajahnya ketika menyambut kami membuat saya terkejut. Kedatangan kami seolah-olah sudah sangat lama dinantinya. Dia tersenyum malu-malu dan menyambut senang , “O… ini ya, yang namanya….” Dijabatnya tangan saya dengan bersemangat. Tak berapa lama kemudian, kami terlibat dalam fellowship yang hangat dan seru bersama temannya yang lain, sebut namanya B. Awalnya kami berencana berkunjung hanya 1 jam saja, tetapi ternyata molor hingga 2.5 jam. Sepanjang fellowship tersebut saya terus memperhatikan teman baru tersebut sambil terus berdoa kepada Tuhan bagaimana supaya saya bisa menjadi saluran berkat buat mereka.

Tuhan memberi saya ide untuk mengangkat topik pembicaraan tentang isu yang menarik di kalangan anak muda, yaitu hubungan pria dan wanita (baca: percintaan). Ternyata benar, A sedang mengalami masalah dalam hal tersebut. Akhirnya, saya membagikan kesaksian serta nilai-nilai kebenaran praktis dalam kemasan bahasa yang sederhana untuk menjawab kebutuhannya.

Beberapa hari kemudian, ketika komsel kami berfellowship bersama, kami mengundang teman baru kami tersebut. Sepanjang fellowship, saya berusaha memperhatikannya dan menindaklanjuti masalahnya. Mempergunakan waktu yang terbatas, saya berusaha kembali membagikan kebenaran praktis dari Firman Tuhan untuk mengalirkan pemulihan kepadanya. Dia akhirnya membuka diri tentang masalahnya lebih dalam. Hatinya yang tertolak dan terluka. Saya melayaninya untuk konseling dan mengajak dia untuk bangkit dari masalahnya.

Sebenarnya apa yang kami lakukan hanya sederhana sehingga saya terkejut ketika mendengar pengakuan teman kami.

“Sepulang dari fellowship aku masih kumpul-kumpul dengan A, B & C. A bilang kalau dia senang sekali bisa berbicara denganmu. Padahal dia tidak kenal dan belum pernah bertemu sama sekali. Nggak tahu kenapa, ketika dia bertemu kamu, rasanya sudah seperti kenal lama. Dia juga nggak tahu kenapa tiba-tiba dia ingin bercerita semuanya (hidupnya) dengan….” Teman kami ini yang adalah teman dekatnya meneguhkan, “Benar loh, dia itu orangnya sangat tertutup. Aku ini teman dekatnya, tapi dia tidak pernah bisa terbuka tentang hidupnya padaku atau yang lainnya. Semua masalahnya baru diceritakan kepada kamu loh. Teman-temannya yang lain juga senang dan menantikan kita mengunjungi mereka lagi. Karena mereka semua ingin curhat. Si C juga ingin bertemu dan menceritakan hidupnya pada kita. B bilang, ‘Nggak tahu kenapa, tapi teman-temanmu (kami) itu beda dengan teman-teman kita. Cara mereka bergaul, kata-kata dan nasehatnya benar-benar beda dari teman kita kebanyakan.’”

Ketika beberapa hari kemudian saya pribadi berkesempatan berbicara dengan si A, saya bersaksi tentang Tuhan Yesus. Puji Tuhan, nilai-nilai kebenaran yang pernah kami bagikan sebelumnya dia ingat dan praktekkan. Sekarang dia telah selangkah lebih maju untuk menang atas masalahnya.

Ketika saya merenungkan dampak dari kunjungan sederhana kepada teman-teman baru ini, Tuhan mengingatkan kalimat pendek yang saya tulis di awal tadi. Kita tidak akan pernah tahu, sampai kita mau melangkah menghampiri mereka dan menjangkau mereka dari kegelapan. Ada banyak orang di sekitar kita yang berbungkus kepandaian, ketegaran, senyum palsu, pakaian bagus dan dandanan yang meyakinkan, tetapi hidupnya kosong. Dunia tempat mereka tinggal dan orang-orang yang terdekat sekalipun tidak dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan mereka. Ironis sekali membayangkan tinggal di dunia yang tidak dapat memberikan jawaban bagi kehausan jiwa. Mereka menantikan datangnya orang yang mau diajak berbagi hidup.
Kita, murid-murid Yesus, memiliki kehidupan kekal di dalam diri kita. Dunia Kerajaan Allah yang memberikan harapan baru bagi jiwa kita. Sebuah langkah sederhana dapat kita lakukan untuk membawa dunia baru yang penuh harapan bagi hidup mereka. Sadarkah kita, bahwa kedatangan anak-anak Tuhan (kita) sangat mereka nanti-nantikan? Hanya satu langkah sederhana saja, tunggu apa lagi?(l@)

No comments: