Sunday, February 1, 2009

DARI KITA UNTUK KITA

“Tidak akan ada yang dapat menahanKu…
Semua untuk kemuliaanKu”


Kamis 22 Januari 2009, tengah malam…

Malam itu aku baru saja menyelesaikan persiapan untuk komsel besok malam dan bersiap untuk tidur. Sebenarnya, sejak awal ketika mempersiapkan bahan sharing untuk komsel aku sudah merasa gelisah, namun tidak terlalu kuhiraukan, kupikir aku hanya gugup karena masalah pekerjaan di kantorku dan komsel. Tetapi, ketika aku semakin berusaha untuk memejamkan mata, dan mengabaikan perasaan aneh itu, aku semakin gelisah. Saking beratnya rasa gelisah itu hingga membuat jantungku berdebar.

Akhirnya aku paksakan diriku untuk bangun dan berdoa. Aku mulai berbahasa roh dan berdoa untuk komsel esok hari. Dalam doa, aku minta Tuhan untuk menyingkapkan isi hatiNya, karena aku merasa Tuhan ingin menyampaikan hal lain dari apa yang sudah aku siapkan. Aku semakin tidak bisa mengendalikan bahasa rohku. Aku tidak bisa menghentikannya. Tuhan membawa aku untuk mengingat setiap anggota komsel dan para peserta SPK Pemenang sehingga aku menjadi begitu hancur hati, lalu menangis. Ketika berdoa dalam bahasa Roh itulah, Tuhan memberiku sebuah penglihatan.

Aku melihat pusaran angin puting beliung yang sangat dahsyat. Waktu itu suasana tampak gelap, dan pusaran angin itu terus berputar cepat. Kemudian aku mendengar suara, yang aku kenali sebagai suara Tuhan, berkata:

“Tidak akan ada yang dapat menahanKu. Tidak akan ada yang bisa menghalangiKu menghancurkan tembok itu. Aku akan memporak-porandakan semuanya.”

Suara itu terus-menerus menggema, dan aku dapat merasakan suara itu seperti geraman yang sudah tidak sabar lagi.

“Tidak akan ada yang bisa menahanKu”, kataNya bertambah geram seiring bertambah kerasnya pusaran angin puting beliung itu. Aku melihat puing-puing yang beterbangan terkena pusaran angin puting beliung tersebut.

Beberapa waktu kemudian, langit mulai tenang dan berwarna oranye kemerahan, seperti langit senja. Lalu Tuhan berkata, “Semua untuk kemuliaanKu” berulang-ulang, penuh dengan otoritas dan penekanan.

Tiba-tiba entah darimana datangnya, aku melihat ular naga yang besar menggeliat-geliat di langit. Lalu aku melihat Tuhan menghancurkan naga itu, melumatnya serta membakarnya. Aku merasakannya prosesnya tidak mudah, sampai-sampai aku merasakan sakit di dada dan kepalaku serta tubuhku menegang. Aku teriak tapi tidak ada suara yang keluar. Sangat sakit, hingga 3 kali aku merasa akan muntah. Aku merasakan naga itu seperti ada di dalamku dan Tuhan keluarkan untuk dihancurkan. Aku melihat naga itu terbakar hangus dan hilang.

Kemudian aku melihat tangga bercahaya di langit yang penuh awan gelap. Cahayanya yang teduh menyinari suatu ruangan seperti gua bawah tanah. Di dalam gua, aku melihat seorang penjunan (yang aku yakin itu Tuhan) sedang membuat sebuah pot dengan tenang, tersenyum dan menikmati pekerjaanNya. Ia membentuk, sesekali menghancurkan bongkahan pot tanah liat di tanganNya itu dan memperbaikinya kembali sambil berkata, “Aku akan membuatmu indah, indah di mataKu”.

***
Entah kita termasuk orang yang baru saja mengikut Kristus atau (terlebih lagi) orang yang sudah lama mengikut Dia, tua maupun muda, Tuhan menghendaki setiap apa yang kita pikirkan, katakan dan lakukan dalam hidup ini semata-mata hanya untuk kemuliaanNya. Tuhan tidak hanya menghendaki hidup kita untuk memuliakan Dia, tapi Dia terlebih mau dan sangat tertarik untuk menghancurkan segala yang menjadi penghalag bagi kita untuk hidup dalam rencanaNya. Apakah itu tembok-tembok kekerasan hati, keangkuhan, kesombongan, kenyamanan, segala pemikiran, keinginan maupun rencana-rencana kita yang kita pikir benar, namun sebenarnya tidaklah demikian? Ataukah naga-naga dosa-dosa kita yang kita sembunyikan rapat-rapat tanpa seorangpun tahu? Mungkin juga pemberontakan-pemberontakan kita pada firmanNya, tuntunan Roh KudusNya di hati kita? Dan semua hal yang kita sengaja maupun tidak, telah membuat hidup kita semakin jauh dari Tuhan, kasih kita kepadaNya menjadi dingin, “membentur tembok” dan kita lebih mengasihi manusia serta dunia.

Waktunya semakin sempit, Tuhan sudah tidak dapat sabar lagi melihat setiap anak-anakNya yang hidup dalam dosa dan hawa nafsu dunia. Dia mau setiap kita hidup dalam rencanaNya, kehendakNya dan kemuliaanNya. Sepanjang kita menggeliat-geliat berontak dariNya, proses kehidupan yang kita jalani akan semakin berat dan menyakitkan.

Saat-saat ini kita sedang berada di “jalur cepat” kereta kegerakan Tuhan. Siap atau tidak, kita harus siaga setiap saat supaya tidak terlewatkan. Peringatan Tuhan dalam Matius 19:30 tetap berlaku sampai hari ini. Kita harus bersama-sama Tuhan menghancurkan tembok-tembok dan naga penghalang kita, sehingga kemuliaan Tuhan akan nyata di dalam dan melalui hidup kita.

Testimoni: Lidya/Komsel Diah-Youth

No comments: