Wates & Solo, 27 Juni – 6 Juli 2008 (Bagian I)
SEPUTAR KITA - 3 Agustus
Genap 2 tahun setelah Mission Trip (MT) yang terakhir diadakan pada tahun 2006 lalu, Youth KrisPen kembali berkesempatan untuk pergi memberkati daerah-daerah pelosok Jawa Timur dan Jawa Tengah pada tanggal 27 Juni-6 Juli 2008 yang lalu. Sebanyak 18 orang jemaat Youth yang terbagi dalam 4 kelompok melakukan MT ke Desa Pandantoyo, Brenggolo, Sanding (Wates-Kediri) dan Ngangkruk (Selokaton-Solo). Seperti yang sebelum-sebelumnya, MT kali ini mengalami banyak sekali hambatan dan tantangan, mulai dari persiapan hingga pada waktu pelaksanaan, baik dari dalam diri peserta maupun faktor dari luar yang tak dapat dihindari. Ketika persiapan, melalui beberapa peristiwa maupun situasi yang dialami oleh peserta, seolah-olah Tuhan sedang membawa peserta untuk merasakan dan mengalami terlebih dulu kondisi yang tengah terjadi di daerah tujuan MT. Namun, Tuhan sangat baik. Dia tidak hanya memperlihatkan apa yang sedang terjadi di lokasi MT, tetapi juga memberikan janji-janjiNya bagi MT yang akan dilakukan. Dan, tepat seperti yang dijanjikanNya, demikianlah kussa Tuhan bekerja dalam setiap pelayanan yang peserta lakukan. Mulai dari pelayanan-pelayanan praktis seperti pekerjaan rumah tangga, kunjungan, doa, maupun pelayanan mimbar. Hanya karena campur tangan dan kasih karunia Tuhan semata MT Youth terlaksana dengan luar biasa. Roh Kudus bekerja diluar rencana maupun jadwal kami tanpa dapat dibendung.
Oase di Pandantoyo
Ketika berdoa mempersiapkan keberangkatan ke Pandantoyo, Tuhan memperlihatkan kepada kami keringnya padang gurun dan ganasnya tipu daya kegelapan. Kepada salah seorang peserta, Tuhan bahkan memperlihatkan suatu padang gurun yang sangat luas, kering dan panas, menggambarkan situasi di lokasi. Namun, di tengah padang gurun itu, ada sebuah oase (mata air di padang gurun) yang terlihat kecil, namun air yang keluar dari dalamnya sangat jernih, sejuk membawa kesegaran dan pengharapan baru bagi gurun itu. Itulah janji Tuhan, bahwa Dia akan mencurahkan air kehidupanNya di Pandantoyo yang akan memulihkan kekeringan rohani dan mematahkan tipu daya iblis di tempat itu. Pelayanan yang kami lakukan di sana sebenarnya sederhana. Begitu tiba, kami melakukan doa keliling (ini juga dilakukan oleh kelompok yang lain begitu tiba di lokasi masing-masing) untuk membersihkan atmosfir dan memerintahkan kuasa sorgawi mengalir menguasai daerah yang dekat dengan Gunung Kelud ini. Jadi, selain bertempur melawan ganasnya udara dingin pegunungan, kami juga “berperang” melawan kuasa kegelapan yang seolah tidak rela dengan kehadiran kami. Kami terus belajar peka akan tuntunan Tuhan, menjaga kesatuan hati dan saling menjaga satu sama lain baik dalam doa, perkataan dan tindakan. Adapun budaya dan kepercayaan adat setempat begitu kental mempengaruhi kehidupan daerah tersebut. Kegiatan rutin yang kami lakukan adalah mengadakan doa malam bersama jemaat setiap sore atas permintaan pemimpin gereja lokal yang kami datangi (padahal biasanya doa bersama hanya dilakukan seminggu sekali). Lalu, setiap pagi, pukul 04.00 WIB kami bersaat teduh bersama. Dan setelah melakukan pekerjaan rumah tangga, kami melakukan kunjungan ke rumah-rumah jemaat untuk melayani konseling serta mendoakan kebutuhan mereka. Dalam ibadah Minggu, kami bagikan tentang “Kehidupan yang Mencintai Firman” Puji Tuhan! Melalui pelayanan-pelayanan yang kami lakukan, Roh Kudus melawat orang-orang yang kami layani. Pemulihan luka batin terjadi. Rekonsiliasi atas konflik yang telah bertahun-tahun terjadi. Bahkan, ada jemaat yang dibakar oleh kehausan akan Tuhan minta diajari secara pribadi cara merenungkan Firman yang benar dan berkuasa. Awalnya mungkin terasa berat bagi kami, namun melihat perbuatan Tuhan atas mereka, iman kami dibangkitkan untuk terus melayani semaksimal mungkin sampai selesai. Di Pandantoyo, kami tinggal dan berbagi hidup bersama mereka selama 6 hari.
Alasan saya mengikuti MT adalah karena ingin keluar dari zona nyaman, untuk berbagi hidup kepada mereka yang ada di ladang misi. Tantangan yang saya alami lebih ke arah fisik. Kami tidur di lantai beralaskan karpet, keras sampai tulang ekor dan panggul sakit. Belajar sabar mendengarkan sharing orang lain meskipun sudah capek dan ngantuk sekali. Kemudian belajar mengulek bumbu masak sampai halus sambil mata berair kena bawang. Di sana saya bertugas memimpin pujian, menyampaikan firman. Pengalaman berkesan adalah ketika besuk ke rumah jemaat, saya benar-benar tidak menyangka bahwa lewat kunjungan dan mendoakan mereka, Tuhan menyentuh hati mereka sehinga ada yang langsung minta diajari saat teduh karena merasa tidak mengenal Tuhan dengan benar, sekalipun ia rajin beribadah. Saya belajar peka terhadap Roh Kudus ketika mendoakan mereka sehingga merasakan kasih Tuhan. (Debora R. Adiwidjaja, MT Pandantoyo)
Pengalaman pelayanan dalam MT yang paling berkesan adalah ketika memipin doa pagi. Mendengar suara Tuhan, merasakan kerinduanNya dan membawa hadirat Tuhan nyata bagi orang-orang yang kami layani, mendatangkan kerajaan surga di bumi. Saya sangat diberkati dengan kehidupan beberapa orang yang ada di lokasi MT. Kemenangan mereka atas masalah kehidupan dan semangat yang tidak kenal menyerah menjadi teladan buat saya. Tantangan yang saya alami adalah agak sulit untuk membangun hubungan dengan orang yang baru dikenal. Harus ada inisiatif, kemauan dan mencoba. (Guntur Bayu Tirto, MT Pandantoyo)
Saya ikut MT karena rindu untuk melayani di luar gereja karena sudah waktunya bagi kita untuk “keluar” dan mempergunakan segenap perlengkapan yang sudah diberikan Tuhan untuk memberitakan kabar keselamatan dan kasih dariNya. Tantangan yang saya hadapi adalah pembentukan karakter, yaitu tunduk pada otoritas. Sempat gak enakan dengan koordinator MT karena ditunjuk untuk menyampaikan Firman Tuhan, karena pelayanan ini belum pernah saya lakukan sebelumnya. Pengalaman yang berkesan adalah sewaktu doa keliling, dimana Tuhan benar-benar memperlengkapi dan memberikan kuasaNya saat kita pergi diutus. Saya belajar lebih peka dengan kondisi jemaat sewaktu melayani di sana. Melalui MT ini, Tuhan mengajar saya untuk bersyukur karena berjemaat di KrisPen yang memiliki pemimpin-pemimpin yang selalu peduli dan mengupayakan yang terbaik bagi pertumbuhan rohani jemaatnya. Ini kontras dengan kondisi yang ada di daerah MT. (Irine Yanitha CD., MT Pandantoyo & Ngangkruk)
Sebelumnya, saya mengira MT hanya kegiatan gereja biasa seperti retreat, ternyata bukan. Bagi saya, MT adalah suatu tantangan untuk meninggalkan zona nyaman yang selama ini saya nikmati untuk kemudian hidup melayani Tuhan dan sesama. Selain melakukan pekerjaan rumah dengan teman-teman yang lain, saya melakukan kunjungan ke rumah jemaat, mendoakan sesuai kebutuhan mereka serta sharing hidup dengan mereka dan mengajari mereka untuk saat teduh serta merenungkan Firman Tuhan. Di lokasi MT, banyak tantangan ketidaknyamanan yang saya hadapi, tetapi saya belajar tunduk dan bekerja sama dengan sukacita. Di sana, saya terkesan dan belajar banyak dari kehidupan jemaat setempat. Walaupun banyak keterbatasan sarana/fasilitas, namun mereka punya iman dan roh yang luar biasa. Kebanyakan mereka adalah orang-orang yang lanjut usia, namun semangatnya luar biasa! (Tjioe Lie Fang, MT Pandantoyo)
Tuhan Melawat Sanding
Sanding adalah sebuah desa yang terletak di kaki Gunung Kelud. Di daerah pegunungan yang dingin menggigit dan kering ini, kami berbagi hidup dengan orang-orang yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, peternak kambing, ayam dan sapi perah. Gereja lokal yang kami kunjungi kebanyakan orang tua-tua, namun mereka adalah orang yang sangat haus akan Tuhan. Kami berusaha memanfaatkan waktu yang singkat (3 hari) untuk berbagi hidup dengan mereka melalui besuk ke rumah-rumah, mengadakan doa malam bersama dan pelayanan ibadah Minggu. Ketika doa malam, kami mendorong setiap orang yang ada di sana untuk hidup menjadi berkat dan saksi di kehidupan mereka sehari-hari. Tuhan melawat mereka dan mereka berkomitmen untuk hidup menghasilkan buah setiap hari. Ketika besuk dan sharing, hampir semua orang dilawat Tuhan. Bahkan beberapa orang kami layani untuk menerima Tuhan Yesus. Untuk pemimpin-pemimpin jemaat yang berpotensi, kami berbagi hidup lebih mendalam. Kami mengajar mereka tentang prinsip dasar kehidupan kekristenan, yaitu berakar dalam firman dengan metode 4M. Kami juga membagikan sedikit tentang prinsip-prinsip untuk menjadi pria sejati dan mendorong mereka untuk hidup maksimal.
Sebelum berangkat MT pikiran saya sangat dibebani dengan masalah/tugas pekerjaan di kantor. Saya berharap, dengan keluar sejenak dari kejenuah kota yang sangat membosankan untuk ikut MT, saya mengalami pembaharuan dari Tuhan dalam rohani dan jiwa saya. Selain besuk dan mendoakan jemaat bersama teman-teman, saya juga mengajar firman. Pengalaman sangat berharga yang saya dapatkan di MT adalah saat menyampaikan Firman dan memimpin perjamuan kudus. Saya jadi dan sangat menghargai arti perjamuan suci serta arti kekudusan. Di sana, Tuhan juga kembali mengajarkan kepada saya tentang arti dan pentingnya berani berkorban/bayar harga untuk jemaat – anak komsel – yang Tuhan percayakan kepada saya. Puji Tuhan, lewat MT ini saya dipulihkan lebih lagi dan saya jadi lebih bersemangat dalam melayani Tuhan. MT adalah salah satu kesempatan Tuhan berikan untuk kita menjadi rekan kerjaNya dalam mengalirkan kasih dan kuasaNya bagi jiwa-jiwa serta untuk memulihkan, memberikan semangat yang baru bagi kita secara pribadi. (Steve Harijono, MT Pandantoyo & Sanding)
Banyak hambatan yang saya alami sebelum ikut MT. Mulai dari masalah pekerjaan sampai kesehatan. Saya sudah memutuskan untuk tidak ikut MT, tetapi Tuhan berbicara di hati saya untuk mau bayar harga melayani Tuhan dan jiwa-jiwa yang Dia percayakan karena Dia terlebih dulu membayar harga untuk hidup saya. Ketika di lokasi MT, saya menyadari bahwa Tuhan sungguh menjagai hidup saya, bahkan kesehatan saya berangsur-angsur pulih. Saya semakin bersukacita melihat jemaat dipulihkan dan menerima lawatan Tuhan yang luar biasa. Saat menyampaikan Firman kepada mereka, Tuhan benar-benar memberi saya hikmat sehingga saya bisa menyampaikannya dengan dengan baik kepada orang yang kebanyakan lebih tua usianya. Melalui kehidupan jemaat yang bahkan sampai berusia 86 tahun tetap semangat dan setia mengikut Yesus, Tuhan mengajarkan kepada saya tentang kesetiaan. Di jemaat yang kami layani, pemimpinnya memiliki nilai kekristenan yang kuat. Investasi pemimpin yang luar biasa ini melahirkan jemaat yang luar biasa pula. (Hendro Cahyono, MT Sanding)
Alasan ikut MT adalah karena Roh Kudus berbicara secara khusus kepada saya ketika penyembahan sewaktu ibadah Tujuan Hidup. Kegiatan yang saya lakukan selama MT antara lain memimpin pujian dalam doa malam, doa keliling, visitasi & mendoakan jemaat, mengajar 4M, memimpin pujian di ibadah Minggu, mendoakan jemaat ibu-ibu. Tantangan yang saya hadapi adalah pembentukan karakter kesetiaan yang begitu merhema sekali dan itu saya pegang terus sampai saat ini. Pengalaman melayani yang paling berkesan adalah ketika melayani jemaat yang cacat fisik (bibirnya tidak sempurna). Dia merasa tertolak di masyarakat. Tapi dia mau tetap berjuang untuk tetap setia kepada Yesus. Tuhan ajarkan apapun yang terjadi jangan terpengaruh pada sikon. Saya mau ikut MT lagi karena MT begitu luar biasa. (Maria, MT Sanding)
Sudah lama saya ingin ikut MT. Saya rindu melayani orang-orang yang ada di pelosok desa, berbagi hidup dengan mereka. Bersama teman-teman, saya besuk ke jemaat dan mendoakan mereka yang kebanyakan sudah lanjut usia namun begitu haus akan Tuhan. Kerinduan yang begitu dalam untuk bertumbuh dan menyenangkan hati Tuhan begitu terpancar dari pengakuan dan linangan air mata mereka. Selama MT saya belajar untuk tekun melayani orang lain. Ketika sharing dengan beberapa orang, 2 orang yang saya layani menerima Yesus sebagai Tuhan serta Juruselamat dan yakin akan kepastian keselamatan mereka. Pengalaman yang paling adalah ketika melayani Perjamuan Kudus, Roh Kudus ingatkan bahwa seringkali saya kurang mempersiapkan hati dengan sebaik-baiknya untuk menghargai pengorbanan Yesus yang besar buat saya. Melalui kehidupan pemimpin jemaat di sana, saya belajar bahwa berdoa, visitasi dan teladan hidup kekristenan akan membentuk jemaat yang juga haus akan Tuhan dan rindu untuk bertumbuh. (Edy Prayitno, MT Sanding)
Genap 2 tahun setelah Mission Trip (MT) yang terakhir diadakan pada tahun 2006 lalu, Youth KrisPen kembali berkesempatan untuk pergi memberkati daerah-daerah pelosok Jawa Timur dan Jawa Tengah pada tanggal 27 Juni-6 Juli 2008 yang lalu. Sebanyak 18 orang jemaat Youth yang terbagi dalam 4 kelompok melakukan MT ke Desa Pandantoyo, Brenggolo, Sanding (Wates-Kediri) dan Ngangkruk (Selokaton-Solo). Seperti yang sebelum-sebelumnya, MT kali ini mengalami banyak sekali hambatan dan tantangan, mulai dari persiapan hingga pada waktu pelaksanaan, baik dari dalam diri peserta maupun faktor dari luar yang tak dapat dihindari. Ketika persiapan, melalui beberapa peristiwa maupun situasi yang dialami oleh peserta, seolah-olah Tuhan sedang membawa peserta untuk merasakan dan mengalami terlebih dulu kondisi yang tengah terjadi di daerah tujuan MT. Namun, Tuhan sangat baik. Dia tidak hanya memperlihatkan apa yang sedang terjadi di lokasi MT, tetapi juga memberikan janji-janjiNya bagi MT yang akan dilakukan. Dan, tepat seperti yang dijanjikanNya, demikianlah kussa Tuhan bekerja dalam setiap pelayanan yang peserta lakukan. Mulai dari pelayanan-pelayanan praktis seperti pekerjaan rumah tangga, kunjungan, doa, maupun pelayanan mimbar. Hanya karena campur tangan dan kasih karunia Tuhan semata MT Youth terlaksana dengan luar biasa. Roh Kudus bekerja diluar rencana maupun jadwal kami tanpa dapat dibendung.
Oase di Pandantoyo
Ketika berdoa mempersiapkan keberangkatan ke Pandantoyo, Tuhan memperlihatkan kepada kami keringnya padang gurun dan ganasnya tipu daya kegelapan. Kepada salah seorang peserta, Tuhan bahkan memperlihatkan suatu padang gurun yang sangat luas, kering dan panas, menggambarkan situasi di lokasi. Namun, di tengah padang gurun itu, ada sebuah oase (mata air di padang gurun) yang terlihat kecil, namun air yang keluar dari dalamnya sangat jernih, sejuk membawa kesegaran dan pengharapan baru bagi gurun itu. Itulah janji Tuhan, bahwa Dia akan mencurahkan air kehidupanNya di Pandantoyo yang akan memulihkan kekeringan rohani dan mematahkan tipu daya iblis di tempat itu. Pelayanan yang kami lakukan di sana sebenarnya sederhana. Begitu tiba, kami melakukan doa keliling (ini juga dilakukan oleh kelompok yang lain begitu tiba di lokasi masing-masing) untuk membersihkan atmosfir dan memerintahkan kuasa sorgawi mengalir menguasai daerah yang dekat dengan Gunung Kelud ini. Jadi, selain bertempur melawan ganasnya udara dingin pegunungan, kami juga “berperang” melawan kuasa kegelapan yang seolah tidak rela dengan kehadiran kami. Kami terus belajar peka akan tuntunan Tuhan, menjaga kesatuan hati dan saling menjaga satu sama lain baik dalam doa, perkataan dan tindakan. Adapun budaya dan kepercayaan adat setempat begitu kental mempengaruhi kehidupan daerah tersebut. Kegiatan rutin yang kami lakukan adalah mengadakan doa malam bersama jemaat setiap sore atas permintaan pemimpin gereja lokal yang kami datangi (padahal biasanya doa bersama hanya dilakukan seminggu sekali). Lalu, setiap pagi, pukul 04.00 WIB kami bersaat teduh bersama. Dan setelah melakukan pekerjaan rumah tangga, kami melakukan kunjungan ke rumah-rumah jemaat untuk melayani konseling serta mendoakan kebutuhan mereka. Dalam ibadah Minggu, kami bagikan tentang “Kehidupan yang Mencintai Firman” Puji Tuhan! Melalui pelayanan-pelayanan yang kami lakukan, Roh Kudus melawat orang-orang yang kami layani. Pemulihan luka batin terjadi. Rekonsiliasi atas konflik yang telah bertahun-tahun terjadi. Bahkan, ada jemaat yang dibakar oleh kehausan akan Tuhan minta diajari secara pribadi cara merenungkan Firman yang benar dan berkuasa. Awalnya mungkin terasa berat bagi kami, namun melihat perbuatan Tuhan atas mereka, iman kami dibangkitkan untuk terus melayani semaksimal mungkin sampai selesai. Di Pandantoyo, kami tinggal dan berbagi hidup bersama mereka selama 6 hari.
Alasan saya mengikuti MT adalah karena ingin keluar dari zona nyaman, untuk berbagi hidup kepada mereka yang ada di ladang misi. Tantangan yang saya alami lebih ke arah fisik. Kami tidur di lantai beralaskan karpet, keras sampai tulang ekor dan panggul sakit. Belajar sabar mendengarkan sharing orang lain meskipun sudah capek dan ngantuk sekali. Kemudian belajar mengulek bumbu masak sampai halus sambil mata berair kena bawang. Di sana saya bertugas memimpin pujian, menyampaikan firman. Pengalaman berkesan adalah ketika besuk ke rumah jemaat, saya benar-benar tidak menyangka bahwa lewat kunjungan dan mendoakan mereka, Tuhan menyentuh hati mereka sehinga ada yang langsung minta diajari saat teduh karena merasa tidak mengenal Tuhan dengan benar, sekalipun ia rajin beribadah. Saya belajar peka terhadap Roh Kudus ketika mendoakan mereka sehingga merasakan kasih Tuhan. (Debora R. Adiwidjaja, MT Pandantoyo)
Pengalaman pelayanan dalam MT yang paling berkesan adalah ketika memipin doa pagi. Mendengar suara Tuhan, merasakan kerinduanNya dan membawa hadirat Tuhan nyata bagi orang-orang yang kami layani, mendatangkan kerajaan surga di bumi. Saya sangat diberkati dengan kehidupan beberapa orang yang ada di lokasi MT. Kemenangan mereka atas masalah kehidupan dan semangat yang tidak kenal menyerah menjadi teladan buat saya. Tantangan yang saya alami adalah agak sulit untuk membangun hubungan dengan orang yang baru dikenal. Harus ada inisiatif, kemauan dan mencoba. (Guntur Bayu Tirto, MT Pandantoyo)
Saya ikut MT karena rindu untuk melayani di luar gereja karena sudah waktunya bagi kita untuk “keluar” dan mempergunakan segenap perlengkapan yang sudah diberikan Tuhan untuk memberitakan kabar keselamatan dan kasih dariNya. Tantangan yang saya hadapi adalah pembentukan karakter, yaitu tunduk pada otoritas. Sempat gak enakan dengan koordinator MT karena ditunjuk untuk menyampaikan Firman Tuhan, karena pelayanan ini belum pernah saya lakukan sebelumnya. Pengalaman yang berkesan adalah sewaktu doa keliling, dimana Tuhan benar-benar memperlengkapi dan memberikan kuasaNya saat kita pergi diutus. Saya belajar lebih peka dengan kondisi jemaat sewaktu melayani di sana. Melalui MT ini, Tuhan mengajar saya untuk bersyukur karena berjemaat di KrisPen yang memiliki pemimpin-pemimpin yang selalu peduli dan mengupayakan yang terbaik bagi pertumbuhan rohani jemaatnya. Ini kontras dengan kondisi yang ada di daerah MT. (Irine Yanitha CD., MT Pandantoyo & Ngangkruk)
Sebelumnya, saya mengira MT hanya kegiatan gereja biasa seperti retreat, ternyata bukan. Bagi saya, MT adalah suatu tantangan untuk meninggalkan zona nyaman yang selama ini saya nikmati untuk kemudian hidup melayani Tuhan dan sesama. Selain melakukan pekerjaan rumah dengan teman-teman yang lain, saya melakukan kunjungan ke rumah jemaat, mendoakan sesuai kebutuhan mereka serta sharing hidup dengan mereka dan mengajari mereka untuk saat teduh serta merenungkan Firman Tuhan. Di lokasi MT, banyak tantangan ketidaknyamanan yang saya hadapi, tetapi saya belajar tunduk dan bekerja sama dengan sukacita. Di sana, saya terkesan dan belajar banyak dari kehidupan jemaat setempat. Walaupun banyak keterbatasan sarana/fasilitas, namun mereka punya iman dan roh yang luar biasa. Kebanyakan mereka adalah orang-orang yang lanjut usia, namun semangatnya luar biasa! (Tjioe Lie Fang, MT Pandantoyo)
Tuhan Melawat Sanding
Sanding adalah sebuah desa yang terletak di kaki Gunung Kelud. Di daerah pegunungan yang dingin menggigit dan kering ini, kami berbagi hidup dengan orang-orang yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, peternak kambing, ayam dan sapi perah. Gereja lokal yang kami kunjungi kebanyakan orang tua-tua, namun mereka adalah orang yang sangat haus akan Tuhan. Kami berusaha memanfaatkan waktu yang singkat (3 hari) untuk berbagi hidup dengan mereka melalui besuk ke rumah-rumah, mengadakan doa malam bersama dan pelayanan ibadah Minggu. Ketika doa malam, kami mendorong setiap orang yang ada di sana untuk hidup menjadi berkat dan saksi di kehidupan mereka sehari-hari. Tuhan melawat mereka dan mereka berkomitmen untuk hidup menghasilkan buah setiap hari. Ketika besuk dan sharing, hampir semua orang dilawat Tuhan. Bahkan beberapa orang kami layani untuk menerima Tuhan Yesus. Untuk pemimpin-pemimpin jemaat yang berpotensi, kami berbagi hidup lebih mendalam. Kami mengajar mereka tentang prinsip dasar kehidupan kekristenan, yaitu berakar dalam firman dengan metode 4M. Kami juga membagikan sedikit tentang prinsip-prinsip untuk menjadi pria sejati dan mendorong mereka untuk hidup maksimal.
Sebelum berangkat MT pikiran saya sangat dibebani dengan masalah/tugas pekerjaan di kantor. Saya berharap, dengan keluar sejenak dari kejenuah kota yang sangat membosankan untuk ikut MT, saya mengalami pembaharuan dari Tuhan dalam rohani dan jiwa saya. Selain besuk dan mendoakan jemaat bersama teman-teman, saya juga mengajar firman. Pengalaman sangat berharga yang saya dapatkan di MT adalah saat menyampaikan Firman dan memimpin perjamuan kudus. Saya jadi dan sangat menghargai arti perjamuan suci serta arti kekudusan. Di sana, Tuhan juga kembali mengajarkan kepada saya tentang arti dan pentingnya berani berkorban/bayar harga untuk jemaat – anak komsel – yang Tuhan percayakan kepada saya. Puji Tuhan, lewat MT ini saya dipulihkan lebih lagi dan saya jadi lebih bersemangat dalam melayani Tuhan. MT adalah salah satu kesempatan Tuhan berikan untuk kita menjadi rekan kerjaNya dalam mengalirkan kasih dan kuasaNya bagi jiwa-jiwa serta untuk memulihkan, memberikan semangat yang baru bagi kita secara pribadi. (Steve Harijono, MT Pandantoyo & Sanding)
Banyak hambatan yang saya alami sebelum ikut MT. Mulai dari masalah pekerjaan sampai kesehatan. Saya sudah memutuskan untuk tidak ikut MT, tetapi Tuhan berbicara di hati saya untuk mau bayar harga melayani Tuhan dan jiwa-jiwa yang Dia percayakan karena Dia terlebih dulu membayar harga untuk hidup saya. Ketika di lokasi MT, saya menyadari bahwa Tuhan sungguh menjagai hidup saya, bahkan kesehatan saya berangsur-angsur pulih. Saya semakin bersukacita melihat jemaat dipulihkan dan menerima lawatan Tuhan yang luar biasa. Saat menyampaikan Firman kepada mereka, Tuhan benar-benar memberi saya hikmat sehingga saya bisa menyampaikannya dengan dengan baik kepada orang yang kebanyakan lebih tua usianya. Melalui kehidupan jemaat yang bahkan sampai berusia 86 tahun tetap semangat dan setia mengikut Yesus, Tuhan mengajarkan kepada saya tentang kesetiaan. Di jemaat yang kami layani, pemimpinnya memiliki nilai kekristenan yang kuat. Investasi pemimpin yang luar biasa ini melahirkan jemaat yang luar biasa pula. (Hendro Cahyono, MT Sanding)
Alasan ikut MT adalah karena Roh Kudus berbicara secara khusus kepada saya ketika penyembahan sewaktu ibadah Tujuan Hidup. Kegiatan yang saya lakukan selama MT antara lain memimpin pujian dalam doa malam, doa keliling, visitasi & mendoakan jemaat, mengajar 4M, memimpin pujian di ibadah Minggu, mendoakan jemaat ibu-ibu. Tantangan yang saya hadapi adalah pembentukan karakter kesetiaan yang begitu merhema sekali dan itu saya pegang terus sampai saat ini. Pengalaman melayani yang paling berkesan adalah ketika melayani jemaat yang cacat fisik (bibirnya tidak sempurna). Dia merasa tertolak di masyarakat. Tapi dia mau tetap berjuang untuk tetap setia kepada Yesus. Tuhan ajarkan apapun yang terjadi jangan terpengaruh pada sikon. Saya mau ikut MT lagi karena MT begitu luar biasa. (Maria, MT Sanding)
Sudah lama saya ingin ikut MT. Saya rindu melayani orang-orang yang ada di pelosok desa, berbagi hidup dengan mereka. Bersama teman-teman, saya besuk ke jemaat dan mendoakan mereka yang kebanyakan sudah lanjut usia namun begitu haus akan Tuhan. Kerinduan yang begitu dalam untuk bertumbuh dan menyenangkan hati Tuhan begitu terpancar dari pengakuan dan linangan air mata mereka. Selama MT saya belajar untuk tekun melayani orang lain. Ketika sharing dengan beberapa orang, 2 orang yang saya layani menerima Yesus sebagai Tuhan serta Juruselamat dan yakin akan kepastian keselamatan mereka. Pengalaman yang paling adalah ketika melayani Perjamuan Kudus, Roh Kudus ingatkan bahwa seringkali saya kurang mempersiapkan hati dengan sebaik-baiknya untuk menghargai pengorbanan Yesus yang besar buat saya. Melalui kehidupan pemimpin jemaat di sana, saya belajar bahwa berdoa, visitasi dan teladan hidup kekristenan akan membentuk jemaat yang juga haus akan Tuhan dan rindu untuk bertumbuh. (Edy Prayitno, MT Sanding)
No comments:
Post a Comment