SEPUTAR KITA - 24 Agustus 2008
Tak pernah terbayang dalam benakku kalau aku harus mengalami kecelakaan, karena selama hidupku, aku benar-benar merasakan perlindunganNya setiap waktu. Waktu kecil aku pernah hampir ditabrak truk, hampir masuk jurang ketika belajar sepeda motor, tetapi Tuhan melindungiku. Namun, melalui peristiwa kecelakaan ini Tuhan mengajarku banyak hal. Karakterku dibentuk dan apa yang selama ini belum aku sadari, Tuhan singkapkan bagiku.
Kecelakaan yang kualami pada tanggal 28 Juni 2008, pukul 17.30 WIB, di jalan Darmo sungguh tidak masuk akal bagiku. Awalnya sungguh tak bisa aku terima, karena apa yang kualami itu tidak berhubungan dengan kepentinganku, melainkan untuk kepentingan orang lain. Tetapi, Tuhan berbicara dalam hatiku bahwa kedatanganNya ke dunia juga bukan untuk kepentinganNya, melainkan supaya umat manusia diselamatkan. Kecelakaan ini menyebabkan rahang gigiku sebelah kiri patah dan harus dioperasi. Ketika mendengar kata operasi, aku sangat takut sampai tidak bisa berpikir dan membuatku stres berat. Aku sangat menghindari operasi, karena biayanya sangat mahal dan aku tidak mau membebani keluargaku dengan biaya itu. Keputusan untuk mau dioperasi atau tidak, membutuhkan waktu dan pertimbangan dari banyak pihak, sempat membuatku semakin bingung. Akhirnya aku berdoa dan benar-benar menyerah kepada Tuhan. Kedamaian dan ketenangan pun melingkupiku. Aku putuskan dengan mantap untuk melakukan operasi.
Selama dioperasi aku merasa tenang, damai, dan yang membuatku bersyukur dan kaget adalah ada beberapa anggota komsel yang berpuasa untuk kelancaran operasiku. Sungguh hal ini tidak pernah aku bayangkan. Setelah operasi aku merasa sangat kehausan, karena aku tidak diijinkan untuk minum selama operasi. Di sinilah aku belajar bagaimana rasanya kalau hatiku haus akan Tuhan. Selama di rumah sakit aku tidak pernah kesepian, karena aku merasakan hadirat Tuhan selalu bersamaku.
Ujian justru lebih banyak kualami setelah keluar dari rumah sakit, seperti menyesuaikan diri dalam hal makanan (aku hanya bisa makan makanan cair). Awalnya aku bingung dengan cara makanku, namun ketika saat teduh pagi, Tuhan ingatkan kepadaku tentang seorang hamba Tuhan yang berpuasa selama 40 hari dengan hanya minum madu. Maka sejak hari pertama di rumah, aku minum madu setiap pagi. Tuhan juga mengingatkanku tentang pemeliharaanNya terhadap bangsa Israel ketika di padang gurun selama 40 tahun, apalagi aku yang hanya 1 bulan saja pasti dipeliharaNya.
Setelah melewati minggu pertama, masalah baru muncul. Ketika bercermin aku melihat kedua gigi seriku bagian pinggir atas tampak lebih panjang dibanding dengan yang lainnya. Itu membuatku stres dan kehilangan sukacita, karena selama ini aku paling bangga dengan gigiku. Apa yang paling aku banggakan telah diambil oleh Tuhan, sehingga hanya DIA yang bisa kubanggakan saat ini. Dalam keadaan seperti ini aku bicara kepada Tuhan, kalau untuk hal yang satu ini aku tidak punya iman dan sukacita untuk menghadapinya. Tiba-tiba Tuhan mengingatkanku pada artikel tentang sebuah lilin yang menceritakan kisah seorang anak yang memasuki ruangan dan menemukan 4 lilin menyala dalam sebuah ruangan. Setelah beberapa saat lilin itu mulai meleleh dan 3 lilin menjadi padam, Anak tersebut menangis karena takut akan kegelapan, tetapi ada satu lilin yang berteriak bahwa dia masih tetap menyala dan akan membantunya untuk menyalakan ketiga lilin lainnya. Ketiga lilin yang padam adalah lilin damai, lilin iman, lilin cinta. Lilin yang tetap menyala yang bisa menyalakan ketiga lilin yang padam itu adalah lilin HARAPAN. Begitu juga dengan kehi-dupan ini, ketika damai, iman, dan cinta telah hilang/padam, namun masih ada HARAPAN yang bisa menghidupkannya. Melalui cerita ini, aku disadarkan bahwa aku masih punya pengharapan, dan pengharapanku hanya ada di dalam Yesus. Dia tidak pernah mengecewakan dan selalu bersamaku. Akhirnya, aku bangkit dan berkata-kata kepada diriku di depan cermin supaya gigiku tumbuh sama panjang dan kembali normal. Ini aku lakukan setiap pagi dan malam.
Selama aku tidak bisa membuka mulut karena gigiku dikawat dan dikaret, aku belajar memiliki respon yang benar atas keadaanku. Aku tidak menggerutu, tetapi justru menikmatinya. Karena hidup ini adalah untuk dijalani, bukan diratapi. Kalimat ini selalu kuingat setiap hari dan aku mau tetap melayani Tuhan dengan apa yang bisa aku lakukan. Aku memilih untuk tidak me-ngasihani diri sendiri, tapi memusatkan pikiranku kepada kehendak Tuhan bagiku, yaitu tetap melayani jiwa-jiwa di komsel. Itu membawa sukacita tersendiri bagiku.
Ujian iman yang lebih berat lagi muncul. Tanggal 28 Juli 2008 sore, aku dipanggil HRD kantorku dan diberitahu berapa besarnya biaya operasiku. Yang lebih mengejutkanku lagi, pihak kantor tidak dapat memberikan subsidi untuk biaya ini, hanya bisa membantu memperbanyak jumlah angsuran sewaktu membayar. Aku ngotot supaya bisa dibantu, sesuai dengan pernyataan HRD sebelum aku memutuskan untuk operasi. Akhirnya pihak HRD memutuskan akan berunding dulu dan aku akan diberi kabar lagi. Ini aneh, karena pada hari Minggu, malam sebelumnya ketika dalam perjalanan pulang dari gereja Tuhan berkata, “Kamu tidak akan mengeluarkan biaya sepeser pun untuk biaya operasimu”. Sungguh 2 hal yang sangat sangat bertolak belakang. Hari itu aku stres, kepalaku pusing. Menghadapi hari esok rasanya malas.
Ketika di kantor aku ngobrol dengan seorang teman. Dia mengingatkanku untuk berpuasa (ini tidak pernah aku pikirkan sebelumnya). Akhirnya aku memutuskan untuk berpuasa. Tujuanku puasa adalah supaya aku bisa melihat seperti PAPA melihat dan berpikir seperti PAPA berpikir. Tuhan ingatkan aku tentang iman Sadrakh, Mesakh dan Abednego (Daniel 3:16-18). Aku katakan: “ PAPA, aku percaya bahwa KAU pasti menolongku dan kalaupun KAU tidak menolongku untuk biaya operasi ini aku tetap mengasihi dan melayaniMu.” Hatiku merasa damai setelah mengatakannya.
Melalui kejadian ini juga Tuhan ingatkan aku, kalau aku pernah kecewa dengan perusahaan yang sebelumnya tentang hal keuangan juga. Ternyata rasa kecewa itu masih ada. Ketika kecewa terhadap sebuah perusahaan, biasanya aku langsung ingin pindah. Tapi, kali ini Tuhan minta aku untuk tetap bekerja di perusahaan ini, kalau tidak aku pasti akan mengalami hal yang serupa. Akupun tetap bekerja di perusahaan ini.
Hasil akhir, tanggal 9 Agustus 2008 aku dipanggil lagi oleh HRD. Keputusannya adalah…….TETAP SAMA, yaitu membayar penuh dan diberi keringanan dengan mengangsur sebanyak 10 kali. Responku berbeda dengan ketika pertama kali mendengar berita ini. Aku terima saja keputusan itu, hatiku damai dan tenang. Aku tetap percaya kepada TUHAN yang sanggup melakukan apa yang telah IA JANJIKAN. Aku tetap percaya akan adanya MUJIZAT dalam hidupku. Aku pasti mengalami MUJIZAT/KEAJAIBAN dari Tuhan. Kunci kemenangan dalam setiap peristiwa/masalah yang kuhadapi adalah selalu BERESPON BENAR terhadap masalah dan selalu datang pertama kali kepada Tuhan setiap kali menghadapi masalah, karena DIA adalah PENASEHAT yang BISA DIANDALKAN.
Saya percaya MASALAH = UNDANGAN terhadap MUJIZAT. Mujizat tidak akan pernah terjadi bila tidak ada masalah. Tuhan ijinkan masalah terjadi dalam hidup kita supaya kita bisa melihat MUJIZATNya. (Lilik Megawati/PA Youth)
Saturday, August 23, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment