Saturday, April 12, 2008

Kekuatan sebuah Keluarga



EDITORIAL - April 13

Sebagai anak yang memiliki keluarga yang hancur, saya tumbuh menjadi pribadi yang sulit, penuh luka batin, gambar diri yang salah dan tidak punya tujuan hidup. Saya juga punya kesan yang buruk tentang arti sebuah keluarga. Ketika masuk bangku kuliah sembilan tahun yang lalu dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, saya memulai kehidupan baru dalam sebuah komunitas yang menekankan gaya hidup keluarga, yaitu komsel. Awalnya tidak mudah bagi saya hidup dalam iklim kekeluargaan yang saling memperhatikan. Saya cenderung independen dan cuek terhadap orang lain. Walaupun sangat menikmati perhatian teman-teman komsel, saya hanya mengijinkan mereka menyentuh permukaan ”cangkang” saya yang kokoh.

Pembina saya adalah orang pertama yang menjadi teladan dan mengajarkan kepada saya arti hidup sebagai keluarga yang saling mempedulikan. Berperan sebagai ibu rohani, dia konsisten berusaha memasuki cangkang, menjangkau dan tekun memulihkan serta menjagai saya dalam doa. Ketika saya lapar, meskipun sama-sama anak kos yang hidup pas-pasan, dia rela membagikan satu-satunya makanan yang dimilikinya buat saya. Meskipun dalam masa pertumbuhan rohani saya dia menerapkan cara yang sangat tegas dan disiplin, dia telah menolong saya untuk menemukan tujuan hidup. Dia juga mengajari saya untuk peduli dan mau berbagi hidup dengan orang lain sebagai keluarga. Suatu ketika saya bertanya mengapa dia tidak menyerah membimbing saya di waktu lampau, dia menjawab: ”Kita adalah keluarga. Aku sayang padamu. Aku mau menjadi keset buatmu supaya kamu bersih dan pulih.”

Yulia Windyasari
Pemimpin Redaksi

No comments: