Saturday, April 12, 2008

Cermin yang Terlupakan



INSPIRATIONAL STORY - April 13

Pada suatu ketika, sepasang suami istri mengadakan 'garage sale' untuk menjual barang-barang bekas yang tidak mereka butuhkan lagi. Suami istri ini sudah setengah baya, dan anak-anak mereka telah meninggalkan rumah untuk hidup mandiri. Sekarang waktunya untuk membenahi rumah, dan menjual semua barang yang tidak dibutuhkan lagi. Saat mengumpulkan barang-barang yang akan dijual, mereka menemukan benda-benda yang sudah demikian lama tersimpan di gudang. Salah satunya adalah sebuah cermin, kado pernikahan mereka, dua puluh tahun yang lampau.

Sejak pertama kali diperoleh, cermin itu sama sekali tidak pernah digunakan. Bingkainya yang berwarna biru aqua membuat cermin itu tampak buruk dan tidak cocok untuk diletakkan di ruangan mana pun di rumah mereka. Namun, karena tidak ingin menyakiti orang yang menghadiahkannya, cermin itu tidak mereka kembalikan. Demikianlah, cermin itu teronggok di loteng. Setelah dua puluh tahun berlalu, mereka berpikir orang yang memberikannya tentu sudah lupa dengan cermin itu. Maka mereka mengeluarkannya dari gudang, dan meletakkannya bersama dengan barang lain untuk dijual keesokan hari.

Garage sale mereka ternyata mendapat banyak peminat. Halaman rumah mereka penuh oleh orang yang datang untuk melihat barang bekas yang mereka jual. Satu per satu barang bekas itu mulai terjual. Perabot rumah tangga, buku-buku, pakaian, alat berkebun, mainan anak-anak, bahkan radio tua yang sudah tidak berfungsi pun masih ada yang membeli.

Seorang lelaki menghampiri nyonya rumah. "Berapa harga cermin itu?" Tanyanya sambil menunjuk cermin tak terpakai itu. Nyonya rumah tercengang. "Wah, saya sendiri tidak berharap akan menjual cermin itu. Apakah Anda sungguh ingin membelinya?" Tanyanya. "Tentu saja. Kondisinya masih sangat bagus." jawab pria itu. Nyonya rumah tidak tahu berapa harga yang pantas untuk cermin jelek itu. Meskipun sangat mulus, namun baginya cermin itu tetaplah jelek dan tidak berharga. Setelah berpikir sejenak, ia berkata, "Anda bisa membeli cermin itu dengan satu dolar."

Dengan wajah berseri-seri, pria tadi mengeluarkan dompetnya, menarik selembar uang 1 dolar dan memberikannya kepada sang nonya rumah. "Terima kasih," katanya, "Sekarang cermin itu jadi milik Anda. Apakah perlu dibungkus?" "Oh, jika boleh, saya ingin memeriksanya sebelum saya bawa pulang." jawab si pembeli. Nyonya rumah memberikan ijinnya, dan pria itu bergegas mengambil cerminnya dan meletakkannya di atas meja di hadapan nyonya rumah. Dia mulai mengelupas bingkai cermin yang berwarna biru aqua itu. Dengan satu tarikan dia melepaskan lapisan pelindungnya dan muncullah warna keemasan dari baliknya.

Bingkai cermin itu ternyata berlapis emas yang terukir sangat indah. Warna biru aqua yang selama ini menutupinya hanyalah warna dari lapisanpelindung bingkai itu! "Ya, tepat seperti yang saya duga! Terima kasih!" sorak pria itu dengan gembira. Nyonya rumah tidak bisa berkata-kata menyaksikan cermin indahnya dibawa pergi oleh pemilik baru, untuk mendapatkan tempat yang lebih pantas daripada loteng rumah yang sempit dan berdebu.

Kisah ini menggambarkan bagaimana kita melihat hidup kita. Sama halnya dengan suami istri yang terpaku hanya melihat plastik biru aqua pelapis bingkai emas cermin mereka, sehingga merasa cermin itu jelek dan tidak cocok digantung di dinding, kadang kita merasa hidup kita membosankan, tidak seindah yang kita inginkan. Kita hanya melihat hidup berupa rangkaian rutinitas yang harus kita jalani. Bekerja, sekolah/kuliah, sibuk pelayanan ini itu. Itu saja yang kita jalani setiap hari. Padahal, jika mau melihat lebih dalam setiap peristiwa di balik rutinitas hidup kita, ada banyak hal yang dapat memperkaya hidup kita. Kita juga dapat memakai apa yang kita anggap rutinitas sebagai kesempatan untuk melakukan hal-hal yang lebih bermakna dan berdampak bagi lingkungan di mana kita berada.

Setiap saat yang kita lewati, hanya bisa kita alami satu kali seumur hidup kita. Setiap detik yang kita jalani, Setiap detik adalah pemberian baru dari Tuhan dan hanya berlaku satu kali dalam hidup kita. Akankah kita membiarkan waktu berlalu dengan terpaku pada rutinitas sampai akhirnya bosan? Inginkah kita menyadari keindahan hidup kita setelah segalanya terlambat, seperti suami istri yang terlambat menyadari nilai sesungguhnya dari cermin indahnya? Tentu tidak, bukan? Sebab itu, mari ubah pandangan kita bahwa hidup hanyalah rutinitas belaka. Mulailah mengelupas rutinitas dan temukan nilai sesungguhnya dari hidup kita. Jadikan hidup kita bermakna dengan menemukan hal-hal baru, belajar lebih banyak, mengenal orang lebih baik dan menolong mereka yang membutuhkan. Mari lakukan sesuatu yang mengubah dunia suram sekitar kita!(l@/sumber ilustrasi:internet)

No comments: