DARI KITA UNTUK KITA
Beberapa minggu lalu, dalam perjalanan meliput salah satu event di daerah Surabaya Barat, saya mengalami sebuah insiden kecil. Setelah melewati sebuah perumahan -yang biasa dijadikan jalan pintas menuju area Supermall-, mendadak saya serasa sedang mengendarai mobil di area offroad. Mobil bergoncang-goncang, meski saya sudah memelototi jalanan beraspal yang tampak mulus-mulus saja. Setelah menepi, barulah saya mendapati, ban bagian kiri belakang mobil saya kempis cukup parah. Sampai-sampai velg nya sudah siap melompat keluar jika diteruskan jalan sedikit lagi.
Dalam kondisi hujan mulai lebat, dan -untungnya- ditemani seorang teman (meski sama-sama cewek dan nggak bisa nge-ban), orang pertama yang terlintas dalam benak saya adalah: Papa. Meski baru pertama mengalami kejadian seperti itu, tidak ada rasa khawatir sedikitpun dalam diri saya. Karena saya tahu, ini bidang Papa saya banget, dan saya yakin, semuanya pasti bisa beres. (N.B. Papa saya jago banget untuk urusan montir-montiran.) Dan betul saja, setelah saya menelepon Papa dan memberi tahu lokasi saya, dia menjanjikan akan mengirim seorang sopir dan seorang pegawai yang biasa menangani urusan mobil.
Saya sempat menghubungi rekan pria lain yang juga mendapat undangan di tempat yang sama dengan saya, untuk mengkonfirmasikan keterlambatan karena insiden tersebut. Herannya, dia lebih bingung dari saya, meski saya sudah menceritakan bahwa kondisi sudah terkendali. Dia terus-terusan mengajak saya menghampiri tempat tambal ban terdekat. Atau menawarkan diri untuk menemani saya di tepian jalan tersebut (padahal dia sendiri gak bisa ngeban). Dan dalam kondisi itu, saya menolak semua tawarannya. Karena saya percaya, tidak ada yang lebih baik dibanding menyerahkan masalah ini ke tangan orang yang paling tepat, yaitu rencana Papa saya.
Dan, seperti yang sudah saya duga, 15 menit kemudian, 2 orang pegawai yang diinstruksikan Papa saya datang. Dan dalam waktu 10 menit, ban baru sudah terpasang dengan cekatan.
******
*Ehm... artikel ini bukan bertujuan untuk menceritakan pengalaman ban bocor saya yang pertama, atau pamer kehebatan nge-ban tim ayah saya. Awalnya, menurut saya sih, kejadian seperti itu biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Tapi dalam waktu-waktu teduh saya akhir-akhir ini, Papa saya yang di surga tiba-tiba mengingatkan saya akan kejadian ban bocor tersebut.
"Kamu tahu mengapa kamu begitu tenang dan percaya menunggu di tengah hujan di kala itu?"
"Ya," jawab saya.
"Karena kamu mengenal dengan baik Papamu. Karena kamu mengerti bahwa di tangannya, masalah itu pasti akan selesai dengan baik. Karena kamu percaya bahwa dia adalah orang yang tepat."
Saya mengangguk, tanda setuju.
"Karena itu, apa pun tawaran lain yang datang, kamu tidak goyah. Karena kamu tahu, tidak ada jalan yang lebih meyakinkan dan tepat dibanding rencana Papamu. "
Sekali lagi saya mengangguk.
"Demikianlah Aku.
Aku mengerti rencana dan strategi yang terbaik untukmu.
Kenalilah Aku. Percaya padaKu. Dan tunggulah, karena Aku adalah orang yang tepat untuk membereskan semua hal yang terjadi dalam hidupmu."
Deg! Gambaran kejadian ban bocor tersebut seakan berputar kembali di benak saya.Seperti itulah Papa saya di surga. Seperti itulah seharusnya penantian dan pengenalan saya akan diriNya. Dengan yakin menanti Dia di tengah hujan lebat, karena saya percaya, dia adalah orang yang paling paham dengan hal yang terjadi pada saya. Dengan yakin menolak tawaran lain (*yang mungkin lebih masuk akal dan mudah, karena saya percaya tidak ada yang lebih tepat daripada rencananya. Saya percaya karena saya mengenal dia, dan keahliannya, dan bukti konkret karya-karyaNya dalam bidang itu).
Bagaimana saya bisa percaya dan bergantung penuh pada Papa J, jika saya tidak mengenalnya dengan baik?
~Aku mau mengenalMu, Papa J. Lebih lagi.
Dan percaya padaMu sepenuhnya.
*terima kasih untuk Papa saya di dunia yang telah membantu saya mengenal Papa J lebih dari sebelumnya. I love you both so much. J (vln)
No comments:
Post a Comment