Sunday, June 21, 2009

Makan Sehat Sesuai Porsi, Stop Jajan!

INSPIRATIONAL STORY

Saat Ani masih bayi, makanannya sehari-hari hanya bubur dan susu. Ketika beranjak dewasa dan mulai masuk sekolah, pola makan Ani masih sama, hanya bubur dan susu. Di kantin sekolah Ani, dijual banyak sekali jajanan, seperti: keripik, gorengan, bakso maupun minuman bersoda. Karena masih lapar, dan teman-temannya lain juga suka jajan, Ani pun ikut-ikutan suka jajan. Akhirnya, lebih banyak jajanan yang masuk ke tubuh Ani daripada makanan pokok. Dengan pola hidup dan makannya yang seperti itu, Ani masih tetap bisa sekolah dan bermain. Tetapi, sehatkah Ani?

Kehidupan rohani saya sempat mengalami masa-masa seperti Ani. Lebih suka ‘jajan’ hal dunia yang terkesan lebih enak (baca koran, majalah, nonton film), daripada ‘makan’ Firman Tuhan. Awalnya saya pikir hal ini tidak akan terlalu menjadi masalah. Toh, saya nggak cuma ‘jajan’, tetapi saya juga ‘makan’ Firman kok. Ternyata, lama-kelamaan saya menjadi lebih susah menerima ‘makanan sehat’ Firman Tuhan. Sebaliknya, justru prinsip-prinsip dunia dari media yang telah saya lihat, lebih berbicara dalam kehidupan. Ketika menyadari ada yang kurang tepat dalam kesehatan rohani ini, saya mencoba untuk kembali makan Firman Tuhan. Tetapi, ujung-ujungnya kembali ke siklus awal. Jajan lebih menarik, daripada makanan pokok. Mengapa ya?

Setelah mengikuti School of Prayer (SOP) dan mendengarkan sharing ‘lapar dan haus akan Firman’ dari Bp. Yohanes Yulianto (Ko. Dept. P-Sel) dalam ibadah Youth beberapa waktu lalu, saya baru mengerti bahwa porsi ‘makan’ makanan pokok kita juga harus ikut diperhitungkan. Seiring dengan bertumbuhnya kerohanian kita, bubur dan susu (merenungkan 1-2 ayat selama 10-15 menit) tidaklah cukup. Porsi merenungkan ayat harus ditambah, bahkan perlu diberi variasi, seperti: memperkatakan (confess) Firman Tuhan secara rutin, terus merenungkan di kala senggang, dan sebagainya. Jika tidak, nantinya kita akan lebih dikenyangkan dengan hal-hal dunia.

Benar saja! Ketika saya mulai menambah porsi makan rohani, ada banyak perubahan yang terjadi. Biasanya, ketika sedang dikejar deadline tugas, saya harus begadang selama beberapa hari. Dalam kondisi lelah seperti itu, kecenderungan untuk menjadi emosinal sangat besar. Namun, semenjak saya banyak merenungkan Firman, meskipun deadline hingga subuh, rasanya tidak ada keinginan untuk ngomel ataupun marah. Saya sendiri sampai heran dan bertanya dalam hati, ‘Bukannya hari ini saya kurang tidur ya, kok bisa tetap semangat?’ Saya percaya itu semata-mata karena Firman Tuhan yang menuntun hari-hari saya. Selain itu, ketika keinginan untuk jajan keluar, saya lebih bisa mengendalikan diri. Bahkan, saya punya kerinduan lebih besar untuk menceritakan kebenaran Firman kepada teman-teman saya yang belum kenal Tuhan. Melihat hasil positif tersebut, makanan rohani jadi makin terasa enak daripada jajanan dunia. Dan memang, saya merasa lebih sehat dibandingkan sebelumnya! (vln)

1 comment:

Aristian W. said...

Kalau kebanyakan makan juga nantinya tidak baik, bisa overweight.. Yang bagus biasanya sih makan diimbangi dengan olahraga, dengan begitu bisa tambah sehat dan kuat ^^