Saturday, June 7, 2008

DIHANCURKAN UNTUK DIBANGUN KEMBALI


FOKUS KITA - Jun 8

Roma 12:2 mengajarkan 3 jenis kehendak Allah dalam hidup kita, yaitu BAIK, BERKENAN KEPADA ALLAH dan SEMPURNA. Jika kita bandingkan antara ketiganya, jelas ini merupakan suatu tingkatan, bukan hanya suatu perbedaan saja. BAIK tentu saja kalah dengan SEMPURNA, demikian juga dengan BERKENAN KEPADA ALLAH. BAIK menggambarkan suatu kondisi yang tidak bermasalah, dalam keadaan yang bisa diterima. BERKENAN KEPADA ALLAH menggambarkan sebuah kondisi yang meyukakan hati Tuhan dan membuat Dia tersenyum. SEMPURNA adalah sebuah kondisi yang matang, dewasa dan tidak bercacat cela.


Dalam kehidupan kita pasti membutuhkan kehendak Bapa terutama pada saat mengambil keputusan. Keputusan–keputusan yang kita buat bisa kita kategorikan dalam 3 tingkatan juga, yaitu keputusan kecil, sedang dan besar. Contoh keputusan kecil adalah mau makan di mana, mau lewat jalan mana. Contoh keputusan sedang adalah: akan kuliah/bersekolah di mana, akan mengambil tantangan kerja di mana. Contoh keputusan besar adalah akan menikah dengan siapa, akankah kita mengadopsi seorang anak, akankan kita pergi ke luar negeri. Semakin besar keputusan, dibutuhkan semakin banyak waktu dan pertimbangan yang kita perlu dengarkan. Cara pengambilan keputusannya juga lebih rumit dan semakin besar pula resikonya. Dalam membuat keputusan, kita perlu tahu kehendak Bapa tentang masalah itu. Kalau kita boleh memilih, kita mau memilih kehendak Bapa yang SEMPURNA.


Hal yang sangat penting untuk kita pahami adalah kehendak Bapa yang sempurna harus diikuti tindakan ketaatan yang terus menerus setiap waktu. Permasalahannya: banyak dari kita tidak biasa melibatkan Tuhan dalam kehidupan. Kita LUPA bahwa Yesus adalah TUHAN, PENGUASA TUNGGAL hidup kita.


Untuk menyadarkan kita dari kebiasaan yang suka ”semau gue” dalam mengambil keputusan, seringkali Tuhan ijinkan kita mengalami ”didikan”Nya supaya kita sadar bahwa Yesus harus menjadi penguasa tunggal dalam hidup kita. Kita mungkin diperhadapkan pada jalan buntu dalam usaha kita sehingga akhirnya kita mulai mencari Tuhan.


Yeremia 18:1–6 mengatakan bahwa Tuhan mampu bertindak seperti Tukang Periuk (Penjunan) yang melakukan perubahan terhadap bejana yang cacat. Dia dapat menjadikan bejana yang cacat itu menjadi bejana yang lain, yang baik menurut pemandanganNya. Setiap kali bejana yang dibuatnya cacat, maka bejana itu akan dihancurkan untuk dibangun kembali sampai sempurna dalam pandanganNya! Hidup kita sama seperti bejana di tangan Penjunan. Tuhan lebih tertarik ”menghancurkan” kita untuk dibangun kembali sesuai dengan KehendakNya.


Pertanyaannya, maukah kita dihancurkan, walau untuk dibangun kembali? Kendala terbesar bagi seseorang untuk mau dihancurkan oleh Tuhan adalah EGO orang tersebut. Tuhan berkata, bahwa siapa yang mengasihi nyawanya akan kehilangan nyawanya. Hal ini berlaku bagi orang yang berusaha melindungi ego atau kesom-bongannya, karena merasa diri sudah benar, baik dan tidak memerlukan pembentukan dari Tuhan.


Tuhan ingin agar kita serupa dengan diriNya. Dan jika itu memerlukan penghancuran diri, maka Dia akan melakukannya. Dia akan melakukannya pada diri kita, sehingga kita hancur dan siap untuk ditataNya kembali sesuai dengan kehendakNya.


Kalau kita mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Penguasa Tunggal dalam kehidupan kita, maka kita wajib merendahkan diri untuk berada di tangan Penjunan kita. Tuhan menyukai hati yang remuk dan jiwa yang hancur, karena semua kerendahan hati itu membuatNya mudah untuk membentuk kita sesuai dengan kehendakNya. Apabila hati kita keras dan membatu, bagaimana mungkin Tuhan akan membentuk diri kita?


Dihancurkan oleh Tuhan adalah kesempatan emas, karena kita berkesempatan untuk naik setingkat lagi menuju kesempurnaan Bapa. Yesus sendiri rela dihancurkan supaya Bapa dipermuliakan lewat diriNya, apalagi kita. Kehancuran diri kita di tangan Tuhan adalah simbol kerendahan hati dan kesempatan Tuhan untuk memunculkan DiriNya dalam hidup kita. Makanan Yesus adalah melakukan kehendak Bapa, oleh sebab itu Dia berkesempatan untuk menjadi kehendak Bapa yang SEMPURNA. Jika kehendak yang sempurna saja harus mengalami penghancuran, maka sangat wajar bagi kita juga mengalami penghancuran. Jika kita harus dihancurkan oleh karena kesalahan kita, mari kita lembutkan hati kita, jangan menolak didikan Tuhan. Masih ada kesempatan untuk menjadi sesuai kehendak Tuhan, apakah BERKENAN atau BAIK, karena kita akan DIHANCURKAN UNTUK DIBANGUN KEMBALI.(sky)


No comments: