Saturday, September 27, 2008

Dampak Sebuah Ketaatan

FOKUS KITA - 28 Sep 2008

Ada seorang prajurit baru yang diperintahkan oleh komandannya untuk menggali lobang dengan ukuran 1x1m. Prajurit tersebut dengan giat melakukan perintah sang komandan. Setelah selesai menggali, sang prajurit sangat bersukacita karena telah menyelesaikan pekerjaannya. Namun, keesokan harinya ketika sang prajurit bertemu dengan komandan, ternyata ia diperintahkan kembali untuk menutup lobang yang sudah ia gali. Ia pun segera melakukannya. Besoknya lagi, sang prajurit diperintahkan untuk menggali lagi. Hal ini berlangsung terus-menerus selama 1 minggu. Menggali… menutup… menggali… menutup lobang. Prajurit itu melakukan tepat seperti yang diperintahkan oleh komandannya. Inilah yang disebut taat. Taat artinya melakukan langsung instruksi yang diberikan, tanpa memilih, tanpa harus mengetahui alasannya dan tanpa menunda.
Sebuah kisah lain menceritakan seorang anak yang sedang bermain dengan ayahnya di sebuah taman dekat rumahnya. Ketika sedang bermain, sang ayah terkejut saat melihat anaknya yang ada di bawah sebatang pohon yang cukup rindang. Pada saat itu juga ayahnya memberi perintah supaya anaknya jangan bergerak, lalu berlutut, dan kemudian tiarap. Setelah itu si anak disuruh merangkak menuju ayahnya. Sampai kepada sang ayah, si anak diberitahu bahwa sang ayah sengaja menyuruhnya berbuat demikian karena melihat seekor ular yang bergelantung di pohon, tepat di atas kepala anaknya. Jika si anak banyak bertanya kenapa ia harus melakukan itu sebelumnya, maka bisa dipastikan ular itu segera menggigit kepalanya.
Firman Tuhan mengatakan: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus,” (Efesus 6:1-5). Firman Tuhan ini mengajarkan kita untuk taat kepada otoritas kita, seperti: orang tua, pimpinan, pembina rohani dan yang pasti adalah Tuhan. Firman Tuhan ini juga mengandung suatu pengajaran yang jelas bahwa dalam melakukan ketaatan, kita sedang mendidik diri sendiri.
Serba-Serbi Ketaatan
Saat menerima perintah, kita biasanya langsung bertanya apa alasan perintah tersebut. Tidak salah jika menanyakan alasan. Tetapi, tidak harus ada alasan lebih dahulu untuk kita taat. Bagaimana jika perintah atau instruksi yang diberikan otoritas tidak cocok/sesuai dengan pemikiran kita? Biasanya, respon yang timbul dari kita adalah pemberontakan secara halus. Ciri-ciri pemberontakan secara halus adalah melakukan perintah dengan bersungut-sungut, kepahitan, menggosipkan otoritas, dll. Sekalipun konsep perintah otoritas tidak sesuai dengan pemikiran kita, kita tetap wajib melakukannya dengan rela dan sepenuh hati.
Ketaatan sejati tidak menuntut penjelasan terlebih dulu. Ketaatan sejati tidak mengajukan tawaran pilihan melakukan atau tidak melakukan. Ketaatan sejati tidak memerlukan waktu penundaan. Sekalipun konsep perintah otoritas tidak sesuai dengan pemikiran kita, namun selama perintah itu tidak bertentangan dengan kebenaran Firman Allah dan pemberi perintah masih memegang fungsi otoritas bagi kita, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak taat.
Bagi orang yang memberi instruksi/perintah, hendaknya memiliki tujuan yang benar dalam memberi perintah. Efesus 6:9 mengatakan: “Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka.” Sangat jelas bahwa dalam memberi perintah harus dengan motivasi yang benar. Jika seorang otoritas memberikan perintah dengan motivasi yang salah seperti iri hati, dendam, ingin menjerumuskan orang yang diperintah, maka otoritas yang bersangkutan harus bertobat. Tujuan perintah adalah mendidik dan melatih orang lain.

Efesus 6:8 berkata: “Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.” Ada berkat yang besar dalam segala sesuatu yang kita lakukan karena taat. Ketika kita taat melakukan segala yang diperintahkan, maka berkat akan mengejar kita. Setiap ketaatan dinilai oleh Tuhan, pembimbing rohani, atau pimpinan kita.
Seringkali perintah yang diberikan otoritas tidak sesuai dengan harapan dan kehendak kita. Begitu juga dengan perintah Tuhan. Tetapi, selama perintah masih sesuai dengan Firman Allah dan pemberi perintah masih memegang fungsinya sebagai otoritas kita, mari lakukan setiap ketaatan dengan penuh sukacita, sebab otoritas kita (baik rohani maupun sekuler) adalah orang yang Tuhan percayakan untuk mendidik kita. Lagipula, jika kita tidak bisa taat kepada otoritas kita di dunia yang kelihatan, bagaimana bisa kita taat kepada Allah yang tidak terlihat?(you)

No comments: