Saturday, April 18, 2009

Lapar akan Firman Allah

FOKUS KITA

Joan Waste
Derby, Inggris
Tahun 1550-an


Pria tua yang compang-camping itu menatap ke atas, saat si wanita muda memasuki selnya. Sudah sepantasnya ia mengagumi kesetiaan wanita muda itu. Walaupun buta sepenuhnya, Joan Waste, wanita itu, dapat menemukan arahnya sendiri melalui jalan-jalan Derby, baik saat hujan maupun cerah. “Halo, John Hurt,” ia memanggil dengan ceria. Wanita itu mengulurkan sebuah buku kecil dan bertanya, “Tolong, apakah engkau dapat membacakannya untukku hari ini?”

“Pasal mana yang ingin kau dengar?” Orang tua itu menjawab sambil tersenyum. Terkunci di penjara karena berhutang, tanpa ada kunjungan dari seorangpun kecuali Joan, ia hanya mempunyai sedikit hal alin untuk dilakukan.

Walaupun Joan Waste terlahir buta, ia tidak pernah bermalas-malasan. Ketika masih kecil, ia sudah membantu ayahnya membuat tali. Kemudian, saat ia berusia dua belas, ia belajar untuk merajut kaus kaki dan lengan baju. Ia terus berlatih dan berlatih, hingga dia dapat merajut dengan amat baik.

Pada masa pemerintahan Raja Edward, gereja-gereja mulai menawarkan bacaan-bacaan dari Alkitab dalam bahasa Inggris dan bukan hanya dalam bahasa Latin. Joan pergi ke gereja setiap hari untuk mendengarkan Firman Allah, dan Firman itu mengubah hidupnya secara dramatis. Ia memiliki kerinduan yang besar untuk memahami Firman dan merekam dalam ingatannya. Walaupun ia buta dan tidak dapat membaca, dan Alkitab Perjanjian Baru sangat mahal harganya, ia memutuskan untuk memilikinya sebuah. Karena ia berasal dari keluarga miskin, dibutuhkan waktu yang lama baginya untuk menabung cukup banyak uang untuk membelinya.

Kemudian Joan harus menemukan seseorang yang akan membaca baginya. Itulah saatnya ia bertemu dengan John Hurt, yang setuju untuk membacakannya satu pasal sehari. Pada hari-hari di mana ia terllau sakit untuk membaca, Joan akan membayar orang lain untuk membaca baginya. Joan memiliki ingatan yang secara menakjubkan amat baik, dan ia menjadi amat kenal dengan Alkitab. Pada saat ia berusia dua puluh dua, ia dapat mengulangi banyak pasal di luar kepala.

Saat Ratu Mary naik tahta, hukum-hukum dan peraturan yang dibuat menyebabkan kepemilikan Alkitab dalam bahasa Inggris menjadi tidak sah. Joan dibawa menghadap uskup karena kepercayaannya, dituntut dengan tuduhan bidat (sekte penyesatan), dan ditempatkan di dalam penjara. Akhirnya, Joan berkata, “Aku tidak dapat menyangkal kebenaran. Aku memohon kepada kalian, tolong berhenti menyusahkan aku.” Setelah itu, ia tidak mengatakan apapun lagi.

Hukuman mati akhirnya diumumkan dan ia diserahkan kepada kepala polisi. Pada tanggal 1 Agustus 1556, ia dibawa ke tiang pancang. Di sana, ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berdiri. “Tolong berdoa bagiku,” ia meminta kepada semua orang yang menonton. Eksekutorpun mengikatnya ke tiang dan menyalakan api untuk membakarnya.

Joan menyimpan Firman Allah sebagai harta, menghadapi banyak kesulitan untuk menyimpannya dalam hatinya. Kebenaran-kebenaran yang ia dapati pada halam halaman-halaman Alkitab membawa kekuatan yang besar baginya.

Banyak orang Kristen pada hari ini memiliki akses yang mudah kepada Firman Allah, tetapi tidak pernah mengambil waktu untuk merenungkan dan mengingatnya serta membagikannya. Apakah Anda melakukannya?

Sumber: Jesus Freaks, dc Talk

No comments: