Saturday, April 18, 2009

Apa yang Membuat Seorang Wanita menjadi Seorang Wanita?

DARI KITA UNTUK KITA

Dua bulan yang lalu, saya mengetahui bahwa ada benjolan yang ternyata adalah tumor jinak di salah satu bagian tubuh saya. Puji Tuhan, operasi pengangkatannya berlangsung dengan sukses. Namun semenjak itu, banyak orang di sekeliling saya yang mengingatkan saya untuk terus berhati-hati, karena sepertinya saya memiliki ‘bakat’ untuk terkena tumor, bahkan kanker. Saya yang awalnya tidak merasa khawatir jadi berpikir. Usia saya masih 20 tahun, sudah kena tumor jinak. Nah, besar sekali kemungkinan saya akan mengalami yang lebih buruk beberapa tahun ke depan. Saya jadi banyak membayangkan, bagaimana kira-kira reaksi saya ketika memang betul-betul mengalami penyakit yang membuat saya kehilangan organ-organ fisik yang menjadi ‘simbol’ seorang wanita.

Dalam kebimbangan tersebut, saya memutuskan untuk mengirim topik tersebut dalam sebuah forum diskusi. Ini adalah pendapat beberapa teman yang akhirnya membantu menyadarkan saya tentang apa sebenarnya yang membuat seorang wanita menjadi utuh.

“Bagi saya, ini bukan penjelasan filosofi... Secara medis, orang disebut pria/ wanita memang dibatasi pada hal-hal yang fisiologis (fisik). Secara sosial, tidak pernah ada yang bilang kalau wanita/pria itu dibatasi dengan hal-hal yang bersifat fisiologi, apalagi jika kita masuk dalam ranah teologi. Tuhan hanya bilang menciptakan pria dan wanita yang sesuai gambar dan rupa Tuhan. Saya pikir, ini bukan ranah fisik. Ini adalah ranah psikis. Bagaimana kita ngeliat diri kita sebagai ciptaan sempurna yang serupa dan segambar dengan Tuhan, bukan karena hal-hal yang fisiologis.gambar dan rupaNya. Dan menurut saya, masalah ini bukan semata ranah fisiologis.Ini adalah ranah psikis. Bagaimana kita melihat diri kita sebagai ciptaan sempurna yang serupa dan segambar dengan Tuhan, bukan karena hal-hal fisiologis.”

“Identitas kita sebagai pria atau wanita adalah pemberian pencipta kita, Tuhan. Dan tidak ada satu hal pun di dunia yang dapat mengambilnya dari kita. Apapun yang terjadi, wanita dalah seorang Wanita. Pria adalah seorang PRIA.”

Dua pendapat di atas membuat saya sadar. Ya, identitas saya bukan terbatas dari fisik saja. Identitas saya adalah pemberian Tuhan. Saya diciptakan serupa dan segambar denganNya. Ketika Tuhan menciptakan saya sebagai seorang wanita, apa pun yang saya hadapi, saya tetaplah seorang wanita. Saya menyadari, peristiwa ini adalah bagian dari proses pembelajaran tentang bagaimana saya memandang diri saya sebagai seorang pribadi yang utuh, sebagai seorang wanita yang utuh. Bagaimana dengan Anda? (vln)

No comments: