Monday, March 23, 2009

SEPUTAR KITA 22 Maret

Kami haus, kami rindu…
(Liputan Mission Trip “Bless Meulaboh”, 6-11 Maret 2009)


Pada hari Jumat-Rabu, tanggal 6-11 Maret 2009, Departemen Misi GBI Kristus Pencipta berkesempatan melakukan mission trip untuk memberkati tubuh Kristus yang ada di Meulaboh, ibukota kabupaten Aceh Barat.

Meulaboh mungkin bukan nama yang akrab di telinga kita, namun kota kecil yang merupakan daerah pesisir pantai yang menuju laut lepas Samudera Hindia ini merupakan korban terparah bencana tsunami tahun 2004 yang lalu. Pemukiman warga yang sangat padat di kawasan pesisir pantai ini ludes disapu bencana tsunami yang lalu, segala sarana transportasi terputus dari daerah lainnya. Akibatnya segala bantuan (waktu itu) tidak dapat segera diberikan kepada warga Meulaboh. Kini, Meulaboh tampak semakin lengang dikarenakan ratusan warganya telah meninggal dan ada juga yang pindah ke daerah lain. Meskipun kota ini telah mendapatkan bantuan perbaikan infrastruktur dari pemerintah asing dan terbuka akan pendatang, namun di beberapa tempat masih tampak sisa-sisa kehancuran akibat bencana tsunami, banyak lahan kosong dan area pemakaman masal korban tsunami yang dibiarkan begitu saja sehingga ditumbuhi ilalang.

Setelah melewati penerbangan selama ± 4,5 jam melintasi lautan dan hutan rimba Sumatera, tim KrisPen yang terdiri dari Ibu Priscilla (Ko. Dept. Misi), Ibu Ruth (Ko. Dept Doa) dan Sdri. Yulia (Ko. Dept. Komunikasi) segera melakukan doa keliling untuk mengikat roh territorial dan melepaskan kuasa Allah atas kota. Ketika doa keliling inilah Tuhan menyingkapkan bahwa hadiratNya ditolak oleh pemimpin umat Tuhan setempat sehingga mengakibatkan kematian rohani untuk kurun waktu yang lama. Tim KrisPen pun sepakat untuk meminta Roh Allah sendiri yang hadir melawat setiap jemaatnya yang ada di Meulaboh, sehingga roh mereka dibangkitkan kembali.

Setelah berdoa keliling, tim KrisPen melakukan pelayanan orang percaya (POP) ke salah seorang jemaat yang mengalami kehancuran fungsi otak dan memberitakan Injil kepada istrinya yang “belum percaya”. Puji Tuhan! Sang istri bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan & Juruselamat. Sedangkan suaminya yang sedang dalam pemulihan mengalami kepenuhan Roh Kudus dan mendapatkan bahasa Roh sehingga imannya dibangkitkan!

Usai melayani suami istri tersebut, tim mengunjungi pemuda yang sudah bertahun-tahun mundur dari gereja. Tim memotivasinya untuk kembali beribadah di gereja. Puji Tuhan! Pemuda tersebut akhirnya mau kembali ke gereja dan mengalami lawatan Tuhan yang luar biasa ketika ibadah Minggu.

Dalam ibadah Minggu di Gereja Methodist Indonesia (GMI), Ibu Priscilla, menyampaikan khotbah tentang “Menjadi Penyembah Sejati”. Ketika altar call dan penyembahan dinaikkan, kuasa Tuhan nyata melawat jemaat. Banyak orang mengalami kepenuhan Roh Kudus dan langsung mendapatkan bahasa Roh saat itu juga. Sebenarnya apa yang tim lakukan cukup sederhana (mendoakan dengan bahasa Indonesia), tidak menggunakan bahasa Roh sesuai permintaan pemimpin jemaat lokal, namun hal itu tidak dapat membendung kuasa Tuhan bermanifestasi di dalam ibadah. Usai melayani ibadah di GMI, tim KrisPen langsung melayani ibadah di Gereja Misi Injili Indonesia (GMII). Dengan tema khotbah yang sama, jemaat GMII pun mengalami lawatan Tuhan. Bahkan pemimpin majelis gereja yang mengalami lawatan Tuhan menyatakan pertobatan dan komitmennya bahwa dia akan menjadikan Minggu sebagai hari Sabat, khusus untuk Tuhan, bukan untuk bekerja. Dia pun melakukan komitmennya pada hari itu juga dengan menutup tokonya pada hari Minggu.

(catatan: sebagian besar warga daerah tersebut−termasuk umat Kristen, bekerja dengan membuka toko peralatan otomotif, bengkel yang buka selama 7 hari, mulai pukul 07.00-23.00 WIB. Hanya pada pukul 18.00-19.00 WIB toko harus ditutup sesuai peraturan pemerintah daerah, untuk menghormati jam ibadah umat muslim).

Hari Minggu malam, tim KrisPen diundang dalam komsel Keluarga GMI. Dalam komsel tersebut, tim KrisPen berkesempatan sharing tentang pentingnya dan dampak sebuah komsel.

Hari Senin, selain besuk ke rumah jemaat yang sudah lama mundur dari gereja, mada malam hari tim KrisPen berkesempatan melayani komsel perdana anak muda GMI. Selain memberikan contoh yang benar tentang pelaksanaan pertemuan komsel, melalui sharing firmannya, Sdri. Yulia mengajak setiap anak muda untuk hidup melekat kepada Tuhan, Sang Pokok Anggur, supaya bertumbuh dan menjadi dampak bagi kotanya. Hadirat Tuhan terasa nyata dalam penyembahan yang dinaikkan oleh ± 25 orang anak muda yang menghadiri komsel. Komsel malam itu menjadi hidup dengan keterlibatan setiap anak muda yang antusias mendiskusikan firman yang disampaikan dan saling mendoakan satu sama lain, ditambah hadirnya beberapa jemaat keluarga yang juga haus untuk mengikuti komsel. Usai komsel, tim sharing lebih dalam tentang komsel bersama beberapa pemimpin.

Hari Selasa pagi, sepasang suami istri anggota majelis gereja mengundang tim untuk makan pagi bersama sambil sharing tentang komsel dan pertumbuhan rohani. Pada pagi itu juga, di tepi pantai, tim melayani mereka untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Setelah itu tim besuk ke jemaat dan mendoakan orang yang sakit, pada malam hari tim berbagi tugas melayani kebaktian rumah tanga di GMI dan GMII sekaligus. Di GMI, Ibu Ruth mengajar pemimpin serta jemaat untuk membangun kehidupan doa dalam kehidupan pribadi, rumah tangga dan gereja lokal. Menutup khotbahnya, Ibu Ruth dan Sdri. Yulia mendoakan jemaat yang rindu memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan, mendoakan anak muda supaya memiliki hati untuk kotanya dan mengajak jemaat untuk mendoakan ibu gembala. Tuhan terutama melawat anak-anak muda dengan Roh Kudusnya sehingga mereka mengalami kepenuhan dan berbahasa Roh secara terbuka.

Apa yang tim KrisPen lakukan mungkin sederhana dan terbatas, seperti setitik air di tanah gersang. Namun, tim percaya bahwa kuasa Tuhan terus bekerja dalam diri jemaat yang dilayani, karena mereka begitu haus akan Tuhan. Setidaknya, begitulah respon majelis maupun jemaat yang dilayani. Mengutip kata-kata seorang majelis yang kami layani, “Kami sudah lama haus dan rindu lawatan Tuhan terjadi di gereja kami. Kami sangat ingin bertumbuh rohani lebih lagi. Kami juga rindu anak-anak muda di gereja kami bertumbuh pesat dan menjadi berkat di kota kami.”

Mission trip di Meulaboh sungguh menjadi pengalaman yang sangat berkesan buat saya. Sebelumnya saya membayangkan bahwa Meulaboh adalah kota yang tertutup bagi umat Kristen untuk beribadah kepada Tuhan, namun ternyata umat Kristen dapat beribadah dengan tenang, sekalipun gereja tidak diijinkan untuk menunjukkan identitas gedungnya secara terbuka (tidak ada papan nama dan bangunan khusus). Saya juga mendapati bahwa kota kecil ini sangat tenang, bersih dan mapan. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya pengemis maupun pengamen jalanan. Sayangnya, kehidupan warga di sana hanya tenggelam dalam pekerjaan mereka sepanjang hari untuk mendapat uang. Jemaat gereja lokal yang kami layani sangat haus akan Tuhan. Mereka rindu untuk mendapatkan lawatan Roh Kudus dan pembaruan yang mengarah pada pertumbuhan rohani, namun gereja tempat mereka berjemaat sangat kuat aturan/tradisinya. Hampir semua jemaat di sana belum menerima Yesus sebagai Tuhan, maka kami melayani mereka terima Yesus dari rumah ke rumah, mereka juga sangat rindu dan antusias untuk diadakan komsel di sana. Badan rasanya sangat capek, tapi saya sangat bersukacita karena melihat antusiasme jemaat menyambut hadirat Tuhan. Saya sangat percaya bahwa apa yang sudah Allah lakukan di sana lewat pelayanan kami akan membawa kegerakan rohani di Meulaboh. (Ruth Salmah/Ko. Dept. Doa)

Ini adalah kali kedua saya mission trip ke Meulaboh. Sebelumnya saya pernah datang seorang diri, namun yang kedua kalinya ini saya datang bersama tim. Secara pribadi, melayani ke Meulaboh sangat menyenangkan, karena saya mendapati para pemimpin di sana sangat haus untuk menerima kebenaran. Mereka sanggat terbuka terhadap kehadiran kami, karena mereka sangat membutuhkan kotbah-kotbah yang menyegarkan jiwa mereka. Dalam pelayanan pertama dahulu, saya hanya menyampaikan firman tanpa melakukan altar call, karena tidak ada tim yang dapat membantu. Namun pada pelayanan yang kedua ini, setelah menyampaikan firman saya melakukan altar call. Wah, dahsyat! Lawatan Tuhan terjadi dan beberapa orang mendapat karunia bahasa roh. Banyak terjadi pertobatan ketika mereka dilawat Allah, sehingga mereka menjadi semakin bergairah kepada Tuhan. (Priscilla Lidia B./Ko. Dept. Misi)

Mission trip ke Meulaboh ini adalah salah satu impian saya di tahun 2009 yang Tuhan jadikan nyata. Meskipun berangkat dalam keadaan agak sakit dan menempuh rute penerbangan pertama saya yang panjang, tapi saya bersemangat untuk melayani di sana. Apalagi melihat kehausan anak-anak muda dan anggota majelis gereja lokal akan lawatan Roh Kudus dan pengajaran-pengajaran yang inspiratif untuk pertumbuhan rohani, membangkitkan belas kasihan di hati saya. Secara persiapan, saya banyak berdoa dan mengandalkan kuasa Roh Kudus, mengingat ketatnya aturan di gereja lokal yang kami layani. Saya rindu mereka mengalami sendiri hadirat Tuhan yang mengubahkan. Ketika sharing di komsel perdana anak muda, saya merasa bahwa apa yang saya sampaikan sangat sederhana, tapi respon mereka sungguh di luar dugaan. Ketika saya memberikan pe er untuk mereka belajar saat teduh dengan menggali firman dan kemudian mencatatnya di buku dan membagikannya kepada teman-teman yang lain, mereka langsung bersemangat melakukannya. Hal ini terbukti ketika keesokan paginya ada salah seorang jemaat yang mengirim SMS kepada saya tentang hasil saat teduhnya dan ada seorang anak muda yang bercerita kepada saya berkat yang didapatkannya dari menggali dan mencatat firman pagi itu. Sekalipun tubuh rasanya capek bukan main, tapi saya sangat bersukacita melihat jemaat di Meulaboh mengalami lawatan Roh Kudus yang dahsyat tanpa bisa dibendung. (Yulia Windyasari/Ko. Dept. Komunikasi)

No comments: