SURAT SAHABAT - 27 Juli 08
Allah mengasihi anak-anakNya dengan kadar yang sama, namun dengan cara yang berbeda. Demikian pula ayah dan ibu membesarkan anak-anak dengan cara yang berbeda. Anak-anak melihat kepada ayah mereka untuk memperoleh kekuatan, teladan serta bimbingan. Tetapi, buah hati cenderung datang kepada ibu saat membutuhkan sesuatu. Tujuan kasih sayang seorang ibu cenderung mengarah pada kepuasan dan kegembiraan. Seorang ibu hidup untuk melihat anak-anak berbahagia, sedangkan ayah hidup untuk melihat mereka siap menghadapi tantangan kehidupan.
Ironisnya, saat ini kita sedang berada pada sebuah masa di mana peran seorang ayah telah begitu rusak, sehingga kita kehilangan penyingkapan yang menyatakan betapa lebar dan dalamnya hati Bapa. Jika Allah menyatakan diriNya sebagai BAPA, itu karena Ia mengetahui apa yang terbaik dari kasih seorang bapa. Kesalahan mulai timbul ketika hati seseorang tidak memahami bahwa seorang bapa sesungguhnya adalah sebuah pujian bagi istri dan anak-anaknya, dan bukannya sebuah penghinaan.
Bapa di surga mengasihi anak-anakNya. HatiNya menjerit dengan perantaraan nabi Yeremia untuk kesembuhan biji mataNya! (Yer 8:21-22). Merupakan suatu sukacita bagi seorang Bapa jikalau Ia dapat memberikan apa yang menjadi kebutuhan anak-anakNya. Apa pun kebutuhan itu, Bapa selalu ingin mereka menerimanya. Ia berfirman melalui nabi Yeremia, “Tidak adakah tabib di sana?” Dengan kata lain Allah berkata, “Tidakkah Aku memberikan perbekalan kepada mereka untuk menghadapi bencana?” Jika dilihat sepintas, keadaan mereka menunjukkan bahwa Ia telah gagal memelihara umatNya. Tentu saja hal ini tidak benar! Dia adalah Jehovah Jireh. Dia adalah Bapa yang menjadi sumber perbekalan umatNya. Allah sedang mengungkapkan KEBUTUHAN, Allah sedang berbicara kepada PRIA (bapa)! Ketiadaan figur bapa adalah kutuk bagi keluarga.
Allah itu nyata dan Ia rindu kehadiranNya menjadi nyata melalui kehadiran bapa rohani untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan. Saya belajar menghidupi arti berfungsi sebagai bapa bagi generasi muda. Seorang remaja putri, sebut saja Icha. Lahir dalam sebuah keluarga Kristen yang utuh. Dia mengalami banyak luka hati karena perlakuan yang keras dari ayahnya, pertengkaran kedua orang tuanya menyebabkan ia tidak dapat merasakan hangatnya kasih sayang dalam keluarga. Icha tumbuh sebagai seorang wanita yang memiliki perasaan bahwa dirinya tidak berharga, hidupnya diliputi putus asa, karena dia tidak punya masa depan yang cemerlang. Beban hati Allah itu muncul, saat dia menceritakan pengalaman dianiaya oleh ayahnya. Dengan kerja sama tim, kami mendoakan dia dan keluarganya di setiap doa pagi. Sejak beberapa bulan lalu, saat kami membuka kelas SPK Pemenang dan mengadakan Champion Gathering (CG), Icha dilayani dan dibina dengan aktif. Hal sulit yang kami alami saat membina adalah melayaninya untuk mengampuni ayahnya. Puji Tuhan di CG, dia mengalami pemulihan hati Bapa. Satu lagi yang sulit, saat ini dia sedang berpacaran dengan teman tidak seiman. Yang kami lakukan adalah mengajar nilai-nilai hubungan, memberinya perhatian dan kasih sayang ekstra. Puji Tuhan, bulan ini juga dia mengambil keputusan untuk menyelesaikan hubungan dengan pacarnya. Icha menceritakan bahwa ia mengalami kasih keluarga, mendapatkan motivasi hidup saat dibina. Sekarang dia mempersiapkan diri untuk menjadi pembina bagi yang lain.
Bagi saya, membina Icha adalah pengalaman baru, karena saya tidak pernah membina gadis remaja. Hidup Icha mewakili sekian banyak generasi muda. Mereka membutuhkan penerimaan tanpa syarat, penghargaan, penghiburan, pengertian, waktu untuk saling mempercayai antara apa yang dikatakan dengan yang dilakukan.
Saya mulai membangun dan menuliskan suatu impian bagi setiap adik-adik rohani untuk menolong mengetahui dan menggenapi tujuan hidup mereka. Beberapa hal positif yang saya lakukan saat membangun dan menuliskan impian untuk mereka adalah:
1. Lebih jelas melihat kebutuhan mereka.
2. Memberikan motivasi saat rasa bosan datang
3. Melatih berpikir positif (iman) terhadap hidup mereka
4. memberikan arah untuk membina
5. Memperbesar kapasitas hidup sebagai pembina.
Di balik gelapnya malam, ada pagi hari. Saya sangat menyukai pagi hari. Pagi hari adalah saat kita dapat menggantungkan harapan. Jangan menyerah untuk bangun di pagi hari, karena Allah memberi kesempatan baru untuk dapat berkemenangan. Semua kehidupan di bumi mempunyai kesempatan yang sama untuk menyongsong hari baru. Menjadi bapa rohani adalah harta yang luar biasa! Jangan pernah berhenti membina jiwa. Saat mereka menggantungkan harapan pada Anda, saatnya Anda belajar bergantung pada BAPA dan bertindak dengan iman untuk menjawab kebutuhan mereka. Keputusan untuk bertumbuh dewasa sampai menjadi serupa dengan DIA adalah keputusan besar yang harus Anda putuskan.
Kediri, 21 Juli 2008
Yohanes Hendra Prayitno
Saturday, July 26, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment