Saturday, July 26, 2008

Penuntun Saat Teduh Pribadi 28 Juli-3 Agustus 2008

“Hatiku, Kehidupanku”

Senin, 28 Juli 2008

Aku Penjaga Hatiku
Firman Hari Ini : Amsal 4: 20 - 27

Pertanyaan Perenungan:
1. Renungkanlah ayat 23 baik-baik. Apa yang Anda peroleh dari perenungan tsb.?
2. Ada 4 hal yang harus kita lakukan agar bisa menjaga hati dengan penuh kewaspadaan. Apa saja 4 hal tsb.? ( Ayat 20-21)
3. Berkat-berkat apa yang kita peroleh jika menjaga hati dengan penuh kewaspadaan (melakukan 4 hal tsb. di atas) ? (Ayat 22)
4. Sebutkanlah 4 dampak lainnya jika kita menjaga hati seperti yang Allah perintahkan (Ayat 24-27).

Pengajaran:
Menjaga hati dengan penuh kewaspadaan adalah suatu hal mutlak yang harus kita lakukan. Karena dari hatilah terpancar kehidupan. Dalam salah satu terjemahan bahasa Inggris, dikatakan bahwa kita harus menjaga hati karena hati kita menentukan batas-batas hidup kita. Artinya, apa yang bisa kita capai dan nikmati dalam hidup ini tergantung dari hati kita. Hati kita bisa diumpamakan seperti sebuah sumber mata air yang telah diperbaharui total oleh Tuhan Yesus dan diisi dengan Roh Kudus sehingga memancarkan kehidupan, yang menghasilkan buah-buah Roh yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan dan penguasaan diri. Semua buah Roh itu adalah karakter Kristus yang membuat kita mampu memberkati hidup banyak orang. Oleh karena itu, kita harus menjaga hati kita dengan sungguh-sungguh, dengan ekstra hati-hati agar tidak dicemari oleh hal-hal yang bisa mengotori “sumber air” atau hati kita tersebut. Bila hati kita dicemari, maka apa yang kita hasilkan juga hal-hal yang cemar dan buruk, sehingga hidup kita tidak produktif dan tidak menjadi berkat. Tuhan Yesus sendiri juga mengatakan bahwa apa yang kita lakukan dan katakan itu meluap dari hati (Lukas 6:45). Kita perlu menjaga hati dengan cara menjaga apa yang masuk melalui indera kita, yaitu apa yang kita lihat, apa yang kita baca, dan apa yang kita dengarkan. Bagaimana caranya agar kita bisa memiliki kewaspadaan yang tinggi seperti ini? Dengan memperhatikan firman, mendengarkan firman, mengimajinasikan firman, dan menyimpan firman di dalam hati kita (Amsal 4: 20-21). Apabila kita melakukan semua hal ini, maka Roh Kudus terus menerus membersihkan hati kita dari dosa, ketakutan, kekuatiran, kemarahan, iri hati, bahkan kepahitan, yang mungkin timbul dalam hidup kita sehari-hari.

Penerapan Pribadi:
Apakah Anda sudah sungguh-sungguh menjaga apa yang Anda lihat, baca dan dengar?
Bagaimanakah Anda memperlakukan firman selama ini?
Sudahkah Anda memberikan cukup waktu kepada Roh Kudus untuk membersihkan hati Anda?


Selasa, 29 Juli 2008

Buang Kotoran Itu Selamanya !
Firman Hari Ini : Mazmur 37:1-11.

Pertanyaan pernungan:
Apa yang Tuhan peringatkan kepada kita saat kita melihat orang-orang yang tidak hidup takut akan Tuhan? (Ayat 1)
Bagaimana seharusnya sikap hati kita? (Ayat 3-5)
Apa hasilnya? (Ayat 4-6)

Pengajaran:
Salah satu sikap hati atau perasaan yang bisa mengotori hati kita adalah iri hati. Iri hati bisa berwujud mengingini barang orang lain yang lebih baik atau bisa tampak dalam suatu sikap yang kelihatannya lebih halus yaitu rasa “heran” terhadap orang yang tidak takut akan Tuhan, yang hidupnya tampak enak dan lancar bahkan tampak lebih baik dari hidup anak Tuhan yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan. Sikap hati ini, bila tidak segera kita waspadai bisa membawa kita menjadi jengkel dan akhirnya protes dan marah kepada Tuhan : ” Mengapa aku yang telah hidup benar di hadapan Tuhan mengalami hidup yang lebih sulit dibanding dengan orang-orang yang tidak takut akan Tuhan?” Kita harus segera membuang sikap iri hati ini dengan suatu sikap percaya kepada Tuhan bahwa Tuhan memberi yang terbaik pada saat yang tepat bagi hidup kita. Kita harus mengijinkan Roh Kudus mengisi hati kita dengan sukacita dari Tuhan. Saat kita mengganntikan sikap iri hati dengan bersukacita karena Tuhan dengan segala yang telah dan akan Dia kerjakan dalam hidup kita, maka Tuhan berjanji bahwa Dia akan memberikan apa yang diinginkan hati kita (Mazmur 37: 4). Marilah kita waspada terhadap sikap iri hati ini dan tidak mengijinkan hati kita dicemari olehnya. Percayalah sepenuhnya kepada Tuhan dengan hati yang penuh sukacita bahwa Tuhan pasti memberi yang terbaik pada saat yang tepat.

Penerapan Pribadi:
Adakah rasa iri dalam hati Anda kepada orang yang tidak takut akan Tuhan tetapi hidupnya seakan berhasil?
Mari kita renungkan lagi Mazmur 37: 4. Dapatkanlah sesuatu dari ayat ini.


Rabu, 30 Juli 2008

Aku Bukan Hakim
Firman Hari Ini : Matius 7:1-5.

Pertanyaan Perenungan:
Apa perintah Yesus dalam firman hari ini? (Ayat 1)
Apa kecenderungan kita saat terjadi sesuatu yang tidak beres dalam diri orang lain? (Ayat 4)
Menurut Anda, apa artinya ayat 5?

Pengajaran:
Hal lain yang perlu kita lakukan agar hati tetap murni di hadapan Tuhan dan sesama adalah tidak menghakimi orang lain, terutama saudara seiman kita. Saat terjadi suatu masalah, secara manusia kita punya kecenderungan untuk menyalahkan orang lain dan tidak mau memeriksa / introspeksi diri kita. Saat kita mulai menghakimi maka hati kita terhadap saudara seiman kita menjadi tidak murni lagi dan bila tidak segera diselesaikan maka hal ini bisa menjadi awal dari dimulainya gosip atau memperbincangkan kesalahan / kekurangan saudara seiman kita kepada orang lain yang tidak berkepentingan. Seharusnya bila kita melihat saudara seiman kita berbuat salah atau melakukan sesuatu yang menurut kita tidak sesuai dengan Firman Tuhan, maka seharusnya kita bicara langsung empat mata dengan dia dalam kasih sehingga tidak timbul sikap hati yang menghakimi dan akhirnya memperbincangkan kesalahannya. Marilah kita belajar untuk tidak menghakimi orang lain sehingga hati kita tetap terjaga kemurniannya. Tuhan tidak menghendaki kita menjadi hakim atas sesama kita. Hanya Dialah Hakim yang adil. Sebagai manusia, sangat mudah bagi kita untuk melihat kelemahan orang lain dan menjatuhkan vonis kepadanya, padahal kita sendiri ternyata memiliki kelemahan yang sama bahkan lebih parah. Sebenarnya, ketinggian hati kitalah yang menyebabkan kita tidak sadar akan kelemahan sendiri. Yesus menegur kita, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” “Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” (Matius 7:3,5).

Penerapan Pribadi:
1. Marilah memeriksa hati, apakah Anda memiliki kecenderungan untuk menjadi hakim dan memperbincangkan kesalahan orang lain ?
2. Siapa saja yang sering Anda hakimi dan gosipkan?
3. Mari renungkan Roma 15:7. Dapatkan sesuatu dari Roh Kudus dan tuliskanlah.



Kamis, 31 Juli 2008

Cabut Seakar - akarnya !
Firman Hari Ini : Ibrani 12: 14 - 15

Pertanyaan Perenungan:
Apa yang Tuhan ingin kita usahakan dalam hidup ini? (ayat 14)
Mengapa untuk hidup damai, kita perlu berusaha?
Apa yang harus kita jaga dalam hidup ini? (ayat 15)

Pengajaran:
Salah satu penyakit rohani yang bisa sangat mengganggu hati kita dan mencelakakan hidup kita adalah kepahitan. Akar pahit yang kita biarkan bertumbuh dalam hati akan merampas sukacita dan damai sejahtera yang Roh Kudus sudah berikan kepada kita. Kepahitan timbul dari rasa sakit hati atau kecewa karena perlakuan / perkataan orang yang tidak menyenangkan kita; yang kita biarkan berlarut-larut; yang tidak segera kita tuntaskan dengan mengampuni orang itu. Yang harus kita lakukan adalah mengambil keputusan untuk mengampuni. Amat sulit untuk mengampuni bila kita lakukan dengan kekuatan sendiri, tetapi pada saat kita mengambil keputusan untuk mengampuni, maka Roh Kudus yang memberi kemampuan kepada kita untuk dapat mengampuni. Simaklah baik-baik kisah nyata berikut ini. Jim Elliot dan isterinya, Elisabeth, memiliki hati untuk menjangkau suku Indian di Ekuador. Pada suatu waktu, Jim Elliot dan beberapa misionaris yang lain memutuskan untuk melayani suku Indian Auca yang terkenal brutal, sadis dan masih barbar. Tak lama kemudian datanglah kabar untuk Elisabeth bahwa suaminya dan beberapa misionaris yang lain telah mati dibunuh dengan kejam oleh suku Auca tersebut. Meskipun demikian Elisabeth tidak memilih pulang ke Amerika yang nyaman, melainkan melanjutkan penginjilan bersama beberapa misionaris yang tersisa untuk melayani suku Auca yang telah membunuh suaminya tersebut. Hingga akhirnya suku Auca tersebut bisa dijangkau oleh Injil dan dua orang pembunuh suaminya dari suku tersebut bertobat menerima Kristus. Sebenarnya, mudah saja bagi Elisabeth untuk kembali ke Amerika dan meninggalkan tempat yang menyisakan kenangan pahit tersebut. Bahkan Elisabeth punya alasan yang kuat untuk benci terhadap suku Auca yang telah membunuh suaminya. Namun karena kasih Kristus sudah menguasai hidupnya, tidak ada lagi kebencian dan kepahitan. Justru hidupnya semakin dipenuhi dengan belas kasihan terhadap suku Auca tersebut. Mungkin kita bertanya-tanya, bagaimana mungkin dia mau melayani orang-orang yang telah membunuh suaminya? Apabila kasih Kristus kita ijinkan untuk menguasai hati kita, maka hal yang rasanya mustahil pun bisa menjadi kenyataan.


Penerapan Pribadi:
Adakah perbuatan orang lain yang melukai hati Anda yang belum Anda ampuni?
Ambillah keputusan untuk mengampuni. Roh Kudus pasti mengalirkan kasih Yesus ke dalam hati Anda.

(Illustrasi : RH Spirit)


Jumat, 1 Agustus 2008

Marah Itu Berdosa?

Firman Hari Ini : Yakobus 1 : 19 - 27

Pertanyaan Perenungan:
Apa yang harus selalu kita ingat? (ayat 19)
Mengapa kita harus mengendalikan amarah kita? (ayat 20)

Pengajaran:
Hal berikutnya yang sering mengganggu hati kita sehingga kita kehilangan damai sejahtera adalah kemarahan. Rasa marah muncul karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Memang kadang kita bisa marah dan itu perlu untuk memberikan teguran kepada seseorang. Tetapi hal itu harus sangat menjadi pertimbangan, karena amarah kita bila tidak dikendalikan, bisa berubah menjadi seperti api yang bisa membakar habis hubungan-hubungan baik yang kita telah bangun bertahun-tahun. Kita perlu belajar untuk selalu bergantung pada Roh Kudus, sehingga kita bisa memegang kendali terhadap emosi kita, dan bukannya kita yang dikendalikan oleh emosi. Ada sebuah illustrasi yang menunjukkan bahwa kemarahan yang tidak pada tempatnya atau yang tidak dikendalikan seringkali membuat kita menyesal dan kelihatan bodoh. Seorang bos di sebuah perusahaan besar tiba-tiba melakukan inspeksi mendadak ke pabriknya untuk melihat kinerja para karyawannya. Di pabrik keempat, ia menemukan seorang pria muda yang tengah bersandar di dekat pintu, nampaknya ia tengah bersantai. Semua pekerja yang ada di ruangan itu tengah sibuk bekerja, kecuali pria itu. Si bos segera menghampiri pemuda tersebut dan bertanya,”Berapa gajimu seminggu?” Dengan sedikit terkejut, pemuda itu melihat kearah si bos dan berkata,”Hmmmm, eh … sekitar 100.000 per minggu, kenapa memangnya Pak?” Si bos mengeluarkan dompetnya dan mengambil empat lembar uang 100 ribu-an. Ia mengulurkannya kepada si pemuda, sambil berkata dengan suara keras,”Ini gajimu untuk sebulan dan cepat pergi dari sana. Aku tak mau melihatmu lagi.” Dengan keterkejutan yang luar biasa dan juga takut, si pemuda segera meninggalkan tempat tersebut tanpa banyak bicara. Lalu dengan muka berwibawa si bos melihat para stafnya yang sedari tadi memperhatikan adegan itu.“ Adakah yang tahu, dari divisi manakah pemuda malas tersebut?” tanyanya. Suasana menjadi hening sampai akhirnya seorang staf menjawab dengan sedikit ketakutan, “Ia tidak bekerja di sini. Ia adalah pengantar pizza, yang mengantar pesanan personalia.” Si Bos, “Apaaaa…..???!!!”


Penerapan Pribadi:
Renungkanlah Yakobus 1:20. Catatlah hal-hal yang Bapa katakan melalui ayat ini.
Mari belajar untuk menegur dalam kasih dengan menunggu waktu yang tepat yaitu saat emosi Anda sudah reda.

(Illustrasi : Hidup Produktif, Ir. Jarot Wijanarko)


Sabtu, 2 Agustus 2008

Kupelihara Sukacitaku

Firman Hari Ini : Matius 6: 25 - 34

Pertanyaan Perenungan:
Mengapa kita tidak boleh kuatir? (Ayat 27). Apa artinya pernyataan itu?
Apa rahasia utama agar kita tidak kuatir? (Ayat 33)
Apa artinya 'mencari dahulu kerajaan Allah' ?

Pengajaran:
Salah satu pencuri sukacita dari hati kita yang sudah dipenuhi oleh Roh Kudus adalah kekuatiran. Kekuatiran mulai terjadi saat kita berhenti memandang kepada Tuhan dan keperkasaanNya, dan memfokuskan diri pada masalah atau kesulitan kita. Memang kita perlu memikirkan jalan keluar dari masalah kita, tetapi sering kali kita menjadi terlalu sering membesarkan masalah tsb. bahkan saat kita sedang berdoa dan ada di hadirat Tuhan. Sebetulnya yang harus kita lakukan adalah menyatakan dengan iman kepada masalah kita tentang betapa dahsyatnya Tuhan Yesus yang kita sembah. Saat kita berfokus pada Tuhan Yesus dan janji-janjiNya maka kita akan dibawa Tuhan untuk naik melihat persoalan kita dari “atas”. Akibatnya, persoalan itu menjadi tampak kecil dan kita bisa melihat dengan iman bagaimana Tuhan kita sebenarnya jauh lebih besar dari semua masalah. Dia pasti menolong kita untuk menyelesaikan masalah demi masalah. Dia adalah Imanuel yaitu Allah yang selalu menyertai kita dan sangat mengasihi kita. Oleh karena itu, kita bisa terus percaya bahwa Tuhan pasti turun tangan untuk menolong kita. Dalam bukunya ' Facing The Giants ', Max Lucado mengatakan, “Pusatkanlah perhatian kepada raksasa, maka Anda akan tumbang. Pusatkanlah perhatian kepada Allah, maka raksasa akan tumbang.”

Penerapan Pribadi:
Bila kekuatiran menyerang Anda, apakah yang biasanya Anda lakukan?
Latihlah diri Anda untuk lebih rajin mengucapkan Firman Tuhan untuk masalah-masalah Anda.
Kuatkanlah iman saudara seiman yang sedang kuatir dalam menghadapi masalah.


Minggu, 3 Agustus 2008

Hatiku Lemah Lembut

Firman Hari Ini : Matius 5: 1-12

Pertanyaan Perenungan:
Fokuskanlah perhatian pada ayat 5. Renungkanlah ayat ini secara mendalam.
Apakah artinya ‘Lemah lembut’ itu?
Apakah artinya ‘Memiliki bumi’ itu?

Pengajaran:
Tuhan Yesus melalui kotbah di bukit mengajarkan bahwa orang yang memiliki hati yang lemah lembut akan berbahagia dan diberkati. Tuhan Yesus ingin kita belajar dari Dia yang lemah lembut. Apakah hati yang lemah lembut itu? Hati yang lemah lembut bukan berbicara tentang gaya bicara yang lembut dan santun, namun berbicara tentang sikap hati yang mau terus diajar dan berubah bila ditegur / dinasihati oleh Firman Tuhan, oleh pemimpin, oleh orang tua atau oleh saudara seiman kita. Orang yang lemah lembut tidak pernah merasa bahwa dia sudah cukup pandai dan cukup baik, sehingga tidak perlu mendengarkan nasihat dari firman Tuhan dan dari sesamanya. Orang yang lemah lembut tidak suka membela diri; tidak suka memaksakan kehendaknya; tidak mau membalas dendam. Ia adalah orang yang patuh kepada firman Tuhan, dan kepada peraturan-peraturan yang ditetapkan dalam institusi apapun. Orang yang lemah lembut mau menerima kritik dengan tersenyum dan mengambil hikmah yang positif dari kritik tersebut agar dirinya berubah lebih baik lagi. Orang yang lemah lembut juga mau menerima orang lain apa adanya, tidak menuntut orang lain seperti dirinya. Kita perlu terus belajar untuk memiliki hati yang lemah lembut. Terus menerus siap untuk memperbaiki diri dan mengembangkan diri sehingga semakin disukai oleh Allah dan manusia. Kualitas hati semacam ini bisa kita hidupi apabila kita senantiasa meneladani Yesus dengan cara bergaul karib dengan Roh Kudus dan Firman (Matius 11:29).

Penerapan Pribadi:

Dari sifat-sifat kelemahlembutan yang telah diuraikan di atas, manakah yang belum Anda lakukan?
Renungkan Yakobus 1: 21. Catatlah semua yang Anda dapatkan dari ayat ini.

No comments: