Saturday, July 12, 2008

Cerdas Memilih Wadah Plastik

INFO KESEHATAN - 13 Juli

Botol plastik tempat minuman ringan seperti teh atau soda yang sudah habis, kadang masih digunakan orang sebagai wadah air putih. Faktor praktis dan karena alasan malas bolak-balik ke dapur kantor, membuat orang lebih senang memakainya. Penggunaan plastik atau polimer sangat luas karena praktis, kuat, tahan lama, ringan, dan dapat dibentuk apa saja. Penggunaan polimer dalam kemasan makanan sebenarnya cukup aman, asal memperhatikan jenis dan cara penggunaannya.

Bahan dasar plastik atau polimer sebenarnya berasal dari produk samping proses cracking minyak bumi yang setelah melalui proses polimerisasi menghasilkan polimer. Biasanya berbentuk bubuk putih. Setelah proses lebih lanjut, akan dihasilkan produk jadi plastik. Bahan kimia yang terkandung dalam plastik itulah yang sangat membahayakan kesehatan manusia. Salah satu bahan kimia yang paling berbahaya adalah Bisphenol A (BPA). Bahan ini mampu merangsang pertumbuhan sel kanker atau memperbesar risiko keguguran kandungan. Risiko gangguan kesehatan yang dibawa bahan plastik sangat berdampak bagi kesehatan anak-anak, karena organ tubuh mereka masih sangat lemah. Apalagi, sistem kekebalan tubuhnya juga masih belum sempurna. Padahal sejak lahir, tubuh bayi kadang telah banyak dicecoki kandungan kimia plastik, baik dari penggunaan botol dot maupun penggunaan wadah makanan lainnya. Paparan kandungan kimia bahan plastik yang masuk ke dalam tubuh ini yang harus diwaspadai.

Dilihat dari sifatnya, plastik ada 2 jenis, yaitu termoplastik dan termoset. Termoplastik mempunyai sifat jika dipanaskan akan menjadi elastis dan jika terus dipanaskan sampai suhu lebih dari 200ºC bisa mencair. Bila temperatur kemudian diturunkan (didinginkan), material plastik akan mengeras dan dapat dibentuk kembali. Termoset setelah diproses menjadi produk tidak dapat kembali seperti bentuk semula. Jika diumpamakan dengan makanan, termoplastik seperti coklat yang dapat mencair dan mengeras berulang kali dan tetap saja kita akan mendapatkan coklat, sedangkan termoset seperti biskuit yang sekali dicetak tidak dapat kembali ke bentuknya lagi.

Sebagai konsumen, kita berhak mendapat perlindungan kualitas. Tetapi, kita juga patut melakukan identifikasi sendiri terhadap jenis bahan plastik yang digunakan. Setiap perusahaan umumnya telah memiliki standar perlindungan konsumen dengan mencantumkan jenis bahan plastik yang digunakan pada wadah makanan atau minuman yang diproduksinya. Standar ini telah dikembangkan oleh asosiasi industri plastik di Amerika Serikat dengan melakukan pengkodean jenis plastik. Kode yang mengacu standar AS ini biasanya ada di bagian bawah wadah plastik berupa cetakan timbul bergambar panah yang membentuk segitiga dengan sebuah angka di dalamnya. Angka ini menunjukkan jenis plastik dan penggunaannya. Di bawah panah bentuk segitiga itu, kadang dicantumkan inisial kandungan kimianya. Berikut ini jenis plastik dan penggunaannya:

Kode 1 bertuliskan PET atau PETE (Polyethylene terephthalate) sering digunakan sebagai botol minuman, minyak goreng, kecap, sambal, obat, maupun kosmetik. Plastik jenis ini tidak boleh digunakan berulang-ulang alias hanya sekali pakai. Habiskan segera isinya, jika tutup wadah telah dibuka. Semakin lama wadah terbuka, maka kandungan kimia yang terlarut semakin banyak.

Kode 2 bertuliskan HDPE (High Density Polyethylene) banyak ditemukan sebagai kemasan makanan dan obat yang tidak tembus pandang. Plastik jenis ini digunakan untuk botol kosmetik, obat, minuman, tutup plastik, jerigen pelumas, dan cairan kimia.

Kode 3 bertuliskan PVC (Polyvinyl Chloride) sering digunakan pada mainan anak, bahan bangunan, kemasan produk bukan makanan. PVC dianggap sebagai jenis plastik yang paling berbahaya. Beberapa negara Eropa sudah melarang penggunaan PVC untuk bahan mainan anak di bawah usia 3 tahun.

Kode 4 bertuliskan LDPE (Low Density Polyethylene) sering digunakan untuk membungkus, misalnya sayuran, daging beku, kantong/tas kresek

Kode 5 bertuliskan PP (Polypropylene) sering digunakan untuk kemasan makanan, minuman & botol bayi

Kode 6 bertuliskan PS (Polystyrene) termasuk kemasan sekali pakai. Contohnya gelas, sendok dan garpu plastik, yang biasa ada pada kotak makanan. Kotak CD juga mengandung Polystyrene. Kandungan bahan kimia plastik jenis ini berbahaya bagi kesehatan. Jika makanan berminyak dipanaskan dalam wadah ini, styrene dari kemasan langsung berpindah ke makanan.

Kode 7 bertuliskan PC (Polycarbonate) digunakan untuk botol galon air minum, botol susu bayi, melamin untuk gelas, piring, mangkuk alat makanan. Salah satu bahan perlengkapan makanan dan minuman yang sering digunakan adalah melamin yang tergolong jenis plastik termoset. Plastik jenis ini tergolong dalam “food grade” dan dapat digunakan sampai 140º C. Saat ini beredar perlengkapan makanan melamin palsu yang biasanya dijual dengan harga 10 ribu 3, dibuat dari bahan urea formaldehyde yang mengandung formalin kadar tinggi, tidak tahan panas dan dapat mengeluarkan formalin yang dapat mengkontaminasi makanan. Untuk membedakan melamin palsu dengan yang asli dapat dilihat dari tekstur permukaannya di bawah cahaya lampu, yang palsu biasanya bergelombang, sedangkan yang asli tidak, dan jika direbus yang palsu akan berubah bentuk dan warnanya menjadi kekuningan.

Kategori 8 untuk jenis lainnya, mencakup semua jenis plastik yang tidak termasuk dalam enam kategori di atas. Namun, bukan berarti plastik jenis ini aman sebagai wadah makanan, karena di dalam kategori ini termasuk polycarbonate yang dapat melepaskan BPA. Di dalam kategori ini juga ada bioplastik yang terbuat dari tepung jagung, kentang, atau tebu. Bioplastik aman sebagai kemasan makanan dan ia pun dapat terurai secara biologis. Untuk jenis ini, pastikan bahannya tidak mengandung Polycarbonate.

Kalau harus mengkonsumsi makanan dari kemasan plastik berkode 1,3,6,dan 8 yang kita tidak yakin kandungannya, maka gunakan sesuai anjuran. Misalnya tidak menggunakan botol PET yang dibuat sekali pakai atau memanaskan makanan di wadah plastik yang tidak untuk keperluan itu. Hampir di semua negara pemakaian material plastik untuk kebutuhan manusia mengacu pada standar, seperti di Indonesia standar yang digunakan adalah SNI (Standar Nasional Indonesia). Beberapa produk plastik yang sudah memiliki SNI yaitu PVC, botol untuk air dalam kemasan. Tahun ini akan keluar SNI untuk melamin dan polystyrene.
Pilihan lain yang relatif aman sebagai wadah makan & minum adalah gelas (kaca)/keramik. Kalau takut pecah, gunakan saja stainless steel. Dengan menghemat pemakaian plastik, selain meminimalkan risiko gangguan kesehatan, kita juga mengurangi limbah yang sulit terurai hingga 1.000 tahun. Pemerintah Cina telah melarang penggunaan tas plastik mulai 1 Juni 2008. Pelarangan ini bertujuan menekan polusi dan menyelamatkan sumber daya alam. Plastik dengan ketebalan 0,025 mm menjadi target pelarangan penggunaan bahan plastik. Pusat perbelanjaan di Cina sudah tidak menggunakan tas plastik sebagai kemasan barang belanja. Pengunjung harus membawa sendiri tas untuk menampung belanjaan. Jika dibandingkan dengan tas yang terbuat dari kertas, penguraian limbah sangat jauh berbeda. Tas yang terbuat dari plastik terurai 1.000 tahun, sedangkan tas kertas terurai dalam jangka waktu satu bulan. Dari segi bobot, untuk 2.000 tas plastik setebal 0,025 mm berbobot 13,6 kg dan tas kertas hanya 12,7 kg. Memang material yang dibutuhkan untuk membuat satu ton tas kertas dibutuhkan sedikitnya 13-17 pohon. Dengan bobot yang sama, minyak yang dibutuhkan untuk memproduksi tas plastik mencapai 11 barrel. Produksi energi untuk menghasilkan tas plastik 594 British Termal Unit (BTU) dan tas kertas 2.511 BTU. Tingkat daur ulang plastik 1%, tas kertas 20%. (Sumber: Dunia Kecilku.com)

No comments: