Saturday, July 19, 2008

Jika BISA, Mengapa Tidak?

FOKUS KITA - 20 Juli

Setiap kita tentunya memiliki talenta dan karunia yang berbeda-beda. Ada yang memiliki karunia bernubuat, menginjil, mengajar, menggembalakan, memimpin atau lainnya. Namun, apalah artinya semua karunia yang kita miliki tersebut, jika di dalam hati kita tidak ada kasih serta belas kasihan untuk sesama dan kita tidak mau memakai kemampuan itu untuk menolong mereka.

Kisah orang Samaria yang murah hati dalam Lukas 10:25-37 mengingatkan kita tentang tindakan nyata yang lahir dari hati yang penuh belas kasihan. Ada 3 jenis orang yang digambarkan dalam kisah tersebut, yaitu :

1. Imam
Imam menggambarkan orang yang mengerti banyak kebenaran, tetapi tidak melakukan kebenaran tersebut. Orang yang pandai mengajar kebenaran, namun ia sendiri menjadi batu sandungan bagi sesamanya. Ketika ujian iman datang, ia tidak dapat / tidak mau mempraktekkan kebenaran yang dia peroleh. Seperti dalam kisah tersebut. Ketika melihat orang yang sedang merintih kesakitan karena dirampok oleh para penyamun, imam yang sedang dalam perjalanan itu hanya melihat kejadian itu dan berlalu tanpa berbuat sesuatu untuk menolongnya. Ia tidak mau agenda maupun perjalanannya ”diinterupsi” oleh orang yang menderita dan butuh pertolongan.

2. Orang Lewi
Orang Lewi menggambarkan orang yang hanya bisa berkata, ”Kasihan sekali orang itu”, tetapi ia tidak melakukan tindakan apapun. Ia justru berharap pasti ada orang lain yang akan menolong mereka yang menderita.

3. Orang Samaria (pengorbanan dan penuh belas kasihan)
Orang Samaria tersebut menggambarkan orang yang sederhana, tidak banyak berbicara, tetapi melakukan tindakan nyata. Orang ini memiliki hati yang terbuka untuk sesamanya. Orang Samaria ini sebenarnya sudah punya agenda lain yang lebih penting. Tetapi, dalam perjalanannya ia tetap peduli ketika melihat orang yang sedang terluka di tengah jalan. Orang tersebut sedang dalam kondisi sekarat dan sangat membutuhkan orang lain. Bagi orang Samaria, orang tersebut lebih penting dari agenda yang sudah direncanakannya. Seolah-olah orang Samaria itu bisa merasakan penderitaan orang yang terluka tersebut. Merasa ditinggalkan sendirian, sakit, hatinya hancur karena seluruh miliknya dirampok. Kebutuhan inilah yang dijawab dengan tindakan orang Samaria itu. Sekalipun mungkin ada rasa takut yang menghantui−apalagi orang Samaria belum mengenal orang ini, tetapi hatinya yang penuh belas kasihan menggerakkannya untuk menolong orang tersebut. Ia tidak peduli sekalipun harus berkorban dan membayar harga yang sangat mahal. Kehilangan waktu, tenaga, perasaan dan uang untuk merawat orang tersebut sampai sembuh. Ia bahkan rela kehilangan minyak dan anggur hanya untuk merawat orang tersebut. Minyak dan anggur adalah gambaran dari milik kita yang paling berharga.

Dari ketiga jenis orang di atas, termasuk jenis yang manakah kita? Apakah kita termasuk Imam yang mengerti kebenaran, pandai mengajar, berkotbah, tetapi tidak punya hati untuk menolong orang lain? Ataukah kita termasuk orang Lewi yang hanya mengasihani dari hati, namun juga tidak melakukan tindakan apapun terhadap orang yang menderita? Atau, kita adalah jenis orang Samaria?

Tidak peduli apapun posisi kita di lingkungan kita atau seberapa lama kita telah menjadi orang Kristen, Allah jauh lebih peduli dengan hati kita. Sekalipun orang Samaria ini terbatas, tetapi ia mengorbankan segala miliknya hanya untuk menolong orang lain yang terluka dan tidak ia kenal.

Allah bisa memakai kita, asalkan kita membiarkan Dia memakai kita. Jangan membatasi diri kita dengan kekurangan-kekurangan kita. Mari ingat, bahwa di luar sana masih banyak orang yang lebih berkekurangan dibandingkan kita. Mereka perlu Yesus. Mari miliki hati yang penuh belas kasihan dan bertindak seperti orang Samaria yang baik hati tersebut. Mari hadirkan Kerajaan Allah tengah-tengah dunia yang terhilang.(rs)

No comments: