Rudy Garcia-Tolson, seperti remaja pada umumnya, bermain papan luncur, bersepeda, berenang, memanjat, berlari, juga mengecat rambutnya. Dia juga berprestasi di sekolahnya dan sangat aktif dalam berolah raga. Tetapi justru karena Rudy bersikap seperti remaja pada umumnya, hal itu membuatnya semakin luar biasa. Tunggu sampai Anda tahu fakta-fakta tentang dirinya berikut ini.
Rudy terlahir di Bloomington California Amerika Serikat pada tahun 1988 dengan kelainan Pterygium Syndrome. Bibirnya terbelah sampai langit-langit mulut dan hidungnya, jari-jari kedua tangannya terbungkus kulit hingga seperti berselaput dan kedua kakinya bengkok. Sejak ia lahir hingga usianya hampir 5 tahun, ia menjalani 15 kali operasi. Beberapa berhasil, beberapa tidak. Dokter berhasil memperbaiki wajah dan tangannya, namun tidak dengan kakinya. Dokter memberikan pilihan, diamputasi atau berada di kursi roda selamanya.
Sandra dan Ricardo (kedua orang tuanya) tidak mau menyerah, mereka mengusahakan cara lain. Dokter mencoba memasang besi penyangga di kaki kanannya. Besi itu dipasang menembus tulangnya dengan 20 pin besi penghubung untuk meluruskan dan memanjangkannya. Selama 6 bulan, Rudy yang masih berusia 4 tahun, harus berjuang menahan berat besi itu. Sandra harus membersihkan pin-pin itu 2 hingga 3 kali sehari untuk mencegah infeksi. Rudy sudah membayangkan siksaan ini akan terulang lagi untuk meluruskan kaki kirinya. Atau yang lebih buruk lagi, besi penyagga ini gagal dan kakinya tetap bengkok.
Semua tampak berjalan sesuai rencana. Besi penyangga dilepas, kaki kanan Rudy lurus dan lebih panjang dari kaki kirinya. Dokter memasang gibs dari pinggangnya ke bawah untuk menjaga bentuk kaki kanannya selama 2 bulan. Tetapi, begitu gips itu dibuka, kaki kanan Rudy pun kembali bengkok. Rudy sudah sangat menderita, para dokter juga kehabisan ide dan kedua orang tuanya tidak punya pilihan lain.
“Potong saja kakiku”, kata Rudy kepada dokternya, “Aku mau pergi keluar dan bermain”. Keputusan yang sangat berani bagi seorang anak berusia 5 tahun. Operasi amputasi itu sukses, kedua kaki Rudy sekarang hanya sebatas lutut. Begitu keluar dari rumah sakit, Dokter berpesan agar Rudy tidak memakai lututnya yang dibungkus gips untuk berjalan terlebih dulu. Namun, Rudy sudah menunggu terlalu lama untuk kesempatan ini. Bebas dari operasi, bebas dari kursi roda dan dari kaki bengkoknya. Dia ingin mengganti waktunya yang telah hilang. Kedua orangtuanya harus membawanya kembali ke rumah sakit sampai 3 kali untuk mengganti gipsnya yang rusak. Dan begitu penggantian gips terakhir dilepas, Rudy segera mendapatkan kaki palsu pertamanya.
Berjalan dengan tenang tidaklah cukup bagi Rudy. Dia berlari naik turun tangga. Dia memanjat tembok belakang rumahnya, memanjat pohon. Dia bahkan belajar naik sepeda. Dia melakukan semua yang dilakukan anak usia 5 tahun pada umumnya, namun kaki palsunya tidak cukup kuat untuk mengikuti gerakan Rudy yang aktif, sehingga berkali-kali merusakkannya.
Asuransi kesehatan hanya bisa memberikan kaki palsu biasa setahun sekali. Karena itu, Sandra merekam semua aktifitas Rudy, dia percaya, seseorang harus melihat fenomena seorang anak berusia 6 tahun, kehilangan kedua kakinya, namun tetap aktif. Video itu dikirim ke Flex-Foot, perusahaan pembuat kaki palsu berbahan fiber. Flex-Foot merespon positif, mereka mengirimi Rudy sepasang kaki palsu.
Asuransi kesehatan hanya bisa memberikan kaki palsu biasa setahun sekali. Karena itu, Sandra merekam semua aktifitas Rudy, dia percaya, seseorang harus melihat fenomena seorang anak berusia 6 tahun, kehilangan kedua kakinya, namun tetap aktif. Video itu dikirim ke Flex-Foot, perusahaan pembuat kaki palsu berbahan fiber. Flex-Foot merespon positif, mereka mengirimi Rudy sepasang kaki palsu.
Sekarang segala sesuatunya menjadi mungkin dan Rudy sangat siap. Namun, beberapa saat setelah operasi, Rudy mengalami depresi. Guru pembimbing di TKnya menyarankan orang tua Rudy untuk membawanya berolah raga. Ayah Rudy membawanya ke kolam renang 2 kali seminggu. Awalnya, Rudy tidak menyukainya, tetapi setelah 2 minggu dia akhirnya mau berenang. Seharusnya dia berada di kolam yang aman untuk bersantai, namun sebaliknya dia malah berenang mengelilingi kolam.
Siap untuk sesuatu yang lebih menantang, Rudy akhirnya bergabung di tim renang YMCA yang menerimanya setelah menguji kemampuannya. Namun, setelah satu tahun, Rudy mulai bosan. Bukan dengan berenang, tetapi dengan kompetisinya, karena dia selalu menang di setiap pertandingan. Berharap akan menemukan tantangan yang lebih besar, Rudy ingin bergabung dengan tim renang Amerika. Karena biayanya sangat mahal, kembali Sandra menulis surat untuk mencari beasiswa bagi Rudy. Akhirnya mereka mendapat sponsor dari Power Bar. Awalnya, mereka hanya mengirimi Rudy T-shirt dan stiker yang dipasang di kaki palsunya, tetapi Rudy bangga dengan tim barunya. Beberapa waktu kemudian, Rudy berkesempatan mengikuti triathlon (lomba marathon renang-lari-bersepeda) bersama altet triathlon professional Terry Martin. Rudy berenang dan Terry yang akan lari dan bersepeda.
Pada saat dia berumur 7 tahun, dia bertemu dengan atlet Paralympics (Olimpiade untuk orang-orang cacat) dan dia berkata sendiri, “Aku pasti akan menjadi atlet Paralympics”. Sejak saat itu, Rudy bersemangat mengejar visinya. “Aku berlatih renang 2 jam sehari, 5 kali seminggu, dan berlari setiap berangkat sekolah. Aku selalu bersikap positif, tidak pernah menyerah dan tidak pernah bilang ‘Aku tidak bisa’.”
Setahun kemudian, ketika usianya 8 tahun, dia sudah mengumpulkan 43 pita kemenangan dan 14 medali dalam berenang. Pada usianya yang ke 15, dia sudah memecahkan 5 rekor renang Amerika, 4 track record nasional, menyelesaikan 6 lomba triathlon melawan orang-orang yang lebih tua darinya dan hanya cacat satu kaki, membawa obor Olimpiade, berteman dengan artis Hollywood terkenal Robin Williams dan berkeliling Amerika sebagai juru bicara dan motivator. Rudy membawa pesannya kemanapun dia pergi, ke sekolah lokal bahkan ke pertemuan internasional, bahwa ‘Hati yang berani adalah senjata yang ampuh’ (a brave heart is a powerful weapon).
Bagaimana dengan studinya? Rudy tahu orang tuanya tidak akan mengijinkannya berlatih renang atau bepergian untuk berpidato di manapun jika nilainya tidak bagus. Karena itu, dia harus belajar dengan sungguh-sungguh agar diijinkan berlomba dan bepergian. Bersama teman-temannya Rudy bermain sepakbola, baseball, basket dan hoki. Pada tahun 2004 dia memecahkan rekor dunia untuk perenang tunggal, dan juara 3 renang gaya dada tahun 2005 di kejuaran dunia di Manchester, Inggris. pada Pada tahun 2006, dia menyelesaikan studinya di SMA Bloomington.
Hingga hari ini, Rudy terus berprestasi. Pada tanggal 15 April 2008 kemarin, dia kembali memecahkan rekor dalam seleksi peserta untuk tim Paralympics Amerika. Prestasi ini mengantarkannya menjadi anggota tim renang Paralimpics Amerika untuk bertanding di Olimpiade Beijing 2008. Rudy semakin dekat dengan visinya.
Rudy tidak pernah memandang kecacatannya, “Aku terlahir tidak sempurna. Dokter memberikan pilihan kepadaku dan orang tuaku, yaitu memotong kedua kakiku atau duduk di kursi roda selamanya. Aku minta dokter untuk memotong kakiku. Aku hanya melakukan apa yang kusukai, berenang, naik sepeda, berlari baik dengan kaki yang utuh atau tidak. Jika aku punya kaki, aku mungkin tidak akan seaktif ini. Ini yang menjadi motivasiku.”
Rudy hanya seorang pemuda biasa yang kehilangan kedua kakinya, tetapi dia hidup dengan luar biasa karena memiliki visi yang besar dan berani berjuang mencapainya apapun resikonya. Pada usia 7 tahun ia menemukan visinya, yaitu menjadi atlet Paralympics. Perjuangannya mencapai visi itu membawanya memecahkan rekor nasional hingga internasional (pada usia 14 tahun ia berhasil menggenapi mimpinya dengan menjuarai Olimpiade Dunia untuk orang cacat di Athena, Yunani) dan menjadi pembicara motivator. Dia sungguh membuktikan kekuatan dari keberanian hatinya (saat memutuskan untuk memotong kedua kakinya) telah menjadi senjata yang ampuh untuk menjadikannya luar biasa.(ld)
Disarikan dan diterjemahkan dari: berbagai sumber internet
No comments:
Post a Comment