Saturday, March 6, 2010

Visi untuk Dunia Pendidikan

KISAH KITA


Debby dan Visinya.
Dulu.
Tujuan hidup Anda?
“Untuk memuliakan Tuhan.”

Lebih spesifik lagi?
“Apa ya?”

Sekarang.
Tujuan hidup Anda?
“Membangun sekolah dengan kualitas kurikulum internasional untuk anak-anak yang secara ekonomi tidak mampu.”

Apa perbedaan Debby yang dulu dan sekarang? Ya, pada tujuan hidup yang akhirnya dia temukan. Bagaimana proses hingga dia menemukannya? Simak kisah hidup perempuan asal Mojokerto berikuti ni.

Bosan Hidup Begitu-Begitu Saja
Memasuki tahun 2004, Debora R. Adiwidjaja yang sudah bekerja dengan penghasilan cukup di kala itu merasa bosan dengan hidupnya yang tanpa arah. Saat itu, dia tengah bekerja sebagai karyawan administrasi sebuah perusahaan swasta di area Surabaya Utara. Meskipun setiap tahun selalu mengalami kenaikan gaji cukup signifikan, Debby tidak lantas berpuas diri. “Ada sesuatu yang lain yang ingin saya temukan dalam pekerjaan saya, lebih dari sekedar uang.”

Apa Tujuan Hidupmu?
Ketika mulai berjemaat di KrisPen dan dibina secara intens, Debby menjumpai akar kegelisahan tentang hidupnya tersebut. Ketika pembinanya menanyakan tentang tujuan hidupnya secara spesifik, dia hanya terdiam.

“Saya hanya bisa menjawab, sejauh ini saya ingin hidup memuliakan Tuhan lewat pekerjaan yang saya punya.”

Untuk membantu menemukan tujuan hidup yang Tuhan tetapkan dalam dirinya, ia dan pembina sepakat berdiskusi bersama, membahas isi buku 'Menggenapi Rencana Allah dalam Hidup Anda’, karangan Casey Treat. Dari situlah, perlahan dia mengerti, bahwa menjadi guru adalah panggilan hidupnya.

Menjadi Guru pada WaktuNya
Kok bisa yakin bahwa menjadi seorang guru adalah panggilan hidup Anda?
“Sebenarnya, itu memang keinginan terpendam saya sejak dulu, bahkan sebelum membaca buku itu. Tapi tidak pernah berani melangkah. Anggapan saya, menjadi guru nanti saja, setelah menikah. Karena gajinya pasti tidak sebesar jika saya bekerja di perusahaan saya yang sekarang,” ungkap penyuka warna biru muda ini.

“Setiap kali saya mencoba berdiskusi dan bertanya kepada pembina saya, kapan waktunya saya harus melangkah, dia hanya menjawab ‘Coba tanya Tuhan, dia pasti memberi waktu yang terbaik.’ Saya jadi bingung.” Namun, Debby memutuskan untuk mulai berani mencoba dan melangkah. Tahun 2007, seorang rekan yang juga guru sebuah SD Swasta di Surabaya memberi tahu bahwa ada lowongan. Alumni UK Petra jurusan Sastra Inggris ini memutuskan untuk melamar pertama kalinya di sana. Tidak ada jawaban.

Berikutnya, Debby sempat mengikuti sebuah retreat dan kenal dengan seorang pengajar salah satu SD Swasta ternama di Surabaya. Dari teman barunya tersebut, Debby mencoba melamar di SD yang kedua ini. “Dalam hati saya hanya berdoa, Tuhan kalo memang ini waktuku, terimalah aku. Kalau tidak, ya sudah.” Dan ternyata pihak sekolah tersebut memberikan tanggapan positif. Dan tidak sampai 1 bulan, proses kontrak kerja dan sebagainya sudah selesai.

Gaji Lebih Sedikit, Kenikmatan yang Berbeda
Sudah menjadi guru, sudah enak semua? Tidak. Perjalanan Debby menuju garis akhir masih terus berlangsung dengan berbagai tantangan.

“Gaji menjadi guru lebih kecil sekitar 40% daripada di pekerjaan lama saya. Tentu ini menjadi penyesuaian cukup berat bagi saya pada awalnya.”

Namun demikian, Debby mengaku sangat menikmati profesi barunya tersebut. Saat ini, memasuki tahun ketiganya menjadi guru SD, Debby mulai merancang langkah berikutnya untuk menuju mimpinya yang lebih besar.

Demikian yang dituturkan Debora R. Adiwidjaja, PKS Youth kepada redaksi Warta Kita. (vln)

No comments: