Sunday, March 14, 2010

Mengatasi Pengaruh Negatif Situs Jejaring Sosial

SEKITAR KITA


Situs jejaring sosial seperti Facebook ternyata tak sekadar memudahkan penggunanya untuk memperluas pergaulan atau bertemu dengan kawan lama. Situs sosial ini sekarang dijadikan alat praktik kejahatan siber. Kasus penculikan yang terjadi pada seorang remaja putri berusia 14 tahun yang marak diberitakan di berbagai media massa beberapa waktu lalu menjadi bukti bentuk kejahatan siber yang dipicu dari aktivitas di internet. Dari perkenalannya dengan seorang lelaki lewat Facebook, remaja tersebut menemui teman lelakinya itu di depan rumah pamannya, sebuah kawasan perumahan di daerah Tangerang pada hari Sabtu, 6 Februari 2010. Keluarga terakhir kali melihat si remaja putri saat sedang bertemu teman lelakinya. Setelah itu, ponsel si remaja putri tak bisa dihubungi lagi.

Kemudahan anak mengakses internet seperti menjadi peluang bagi pelaku kejahatan untuk mengincar korban. Kontrol keluarga, terutama orangtua, berperan penting dalam melindungi anak dari kejahatan siber.

Berikut cara untuk mengontrol aktivitas internet anak Anda tanpa membatasi dirinya:

1. Luangkan waktu dengan anak saat belajar komputer dan internet

Meluangkan waktu lebih banyak bersama anak bisa dengan belajar bersama lebih dalam tentang komputer dan internet. Baik orangtua maupun anak harus tahu dan bisa mengoperasikan situs jejaring sosial, forum diskusi, keamanan transaksi belanja, cara chatting, cara mengetahui situs baik dan situs buruk, mencari dan memutar video di YouTube, dan cara mencari gambar dan video via Google.

2. Berikan pemahaman mengenai manfaat dan bahaya internet
Setelah mempelajari caranya, tambahkan pemahaman pada anak tentang manfaat dan bahaya internet. Orangtua harus memiliki pengetahuan lebih luas, dan mendiskusikannya dengan anak. Beritahu juga soal karakteristik predator online, dan berbagai kasus terungkapnya predator online di berbagai negara.

3. Ingatkan anak tentang konsep "orang asing"
Ingatkan pada anak agar tidak percaya begitu saja pada orang yang baru dikenalnya. Tekankan kepada anak agar tidak memberikan informasi pribadi, seperti email dan nomor telepon.

4. Kenalkan etiket bergaul dengan teman "online"
Memperluas pergaulan sah saja, apalagi anak-anak kini sudah semakin terbuka dengan teknologi internet. Namun perlu diajarkan kepada anak agar memperhatikan batasan pergaulannya. Jangan izinkan anak-anak bertemu langsung dengan teman baru yang dikenal lewat chatting.

5. Hindari anak mengakses internet di kamar pribadi
Meski fasilitas di rumah lengkap, komputer dan ponsel sudah terkoneksi dengan internet, pastikan ada batasan. Jangan biarkan anak-anak mengakses internet di kamar pribadinya. Letakkan komputer di ruang keluarga atau di ruangan orangtua agar mudah dilihat dan dikontrol.

6. Kenalkan aktivitas kreatif lainnya dengan internet
Arahkan anak untuk melakukan aktivitas kreatif dan positif dengan media internet. Kenalkan juga tentang banyaknya kesempatan berprestasi atau mendapatkan hadiah dari kegiatan kreatif di internet, misalkan kompetisi menulis. Untuk itu kenalkan lebih dahulu kegiatan menulis di internet, misalnya dengan mengisi blog pribadi.

7. Gunakan software filter aktivitas internet
Jika menurut Anda semua cara tadi belum maksimal, gunakan software untuk memfilter kegiatan internet. Banyak software parental yang tersedia gratis maupun berbayar. Cari saja via mesin pencari di internet. Jika sudah begitu, anak Anda bisa bebas internetan, namun kontrol tetap di tangan Anda sebagai orangtua.

Berikut 5 pertanyaan awal yang bisa dipakai orangtua untuk memulai menggali informasi dari anak-anak seputar pergaulannya di dunia maya:

1. Apa yang teman-temanmu lakukan ketika berinternet?

Pertanyaan ini untuk mengalihkan perhatian anak dari pikiran ‘Anda ingin menginterogasinya’. Ini juga terdengar seperti pertanyaan biasa dan natural. Dalam taraf ini Anda akan mendengar jawaban untuk main game, chatting, dan Facebook-an.

2. Situs apa yang baru atau yang sedang ngetren?

Tanya anak Anda kenapa memilih situs tersebut. Anda juga situs apa yang sudah tidak populer lagi dan kenapa.

3. Apa saja situs favoritmu?

Nah, di sinilah Anda mulai masuk ke dunia online anak. Mulai dari pertanyaan yang biasa dan tidak menggurui. Biarkan anak-anak bercerita, namun jangan lupa tanyakan kenapa dia memilih situs tersebut.

4. Apakah pernah menemukan kejahatan di internet?

Anak Anda mungkin tidak mengerti artinya, namun setidaknya mereka tahu contoh-contoh yang telah terjadi. Ceritakan tentang berita kejahatan internet yang Anda ketahui, seperti email dan foto yang tidak senonoh, pencurian data pribadi, account palsu di Facebook dan lainnya. Tanyakan apakah anak Anda juga mengetahuinya.

Intinya, pastikan anak mengerti apa, jenis dan dampak dari kejahatan internet. Hal ini ampuh untuk membuat mereka waspada dan bakal berpikir ribuan kali agar tidak terjerumus.

5. Pernah melihat hal yang membuat tidak nyaman ketika sedang online?

Ini tahap dimana untuk membuat diskusi lebih lanjut tentang kejahatan internet. Seperti membahas kejadian peredaran foto porno dan situs yang berisi konten rasis. Ini bertujuan untuk mendapatkan kepercayaan mereka, sehingga jika sesuatu terjadi di internet mereka bisa sharing ke Anda dan tidak merasa segan.

Tentu saja pertanyaan di atas diajukan dalam suasana yang nyaman dan tidak kaku. Misalnya sambil makan bersama atau saat kondisi santai. Hindari bertanya seakan-akan sedang menginterogasi anak.

Pada dasarnya, bila digunakan dengan baik, teknologi Internet tentu berdampak positif. Seseorang dapat dengan mudah mencari informasi yang ingin diketahui. Dengan hanya mengetikkan kata pada mesin pencari (search engine), ada banyak situs web yang dirujuk tentang informasi tersebut. Adanya e-mail memungkinkan seseorang dapat mengirim sebuah surat untuk orang lain dengan cepat dan mudah. Ruang obrol (chatting room) memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang saling berjauhan sekaligus. Atau yang sedang marak, hadirnya situs web jejaring sosial seperti Facebook atau Friendster yang memungkinkan seseorang untuk menemukan teman lama yang sudah lama tidak dijumpai. Karena itu, peran dari orangtua untuk terus mengarahkan anak-anak agar cerdas dan berhati-hati menggunakan teknologi sangatlah penting. Jadi, jangan sampai orangtua tidak peduli perkemangan anak dengan alasan gaptek alias gagap teknologi ya. (vln)

No comments: