Sunday, March 21, 2010

Melompati Tembok Kemustahilan/ Meraih Mimpi yang Mustahil

DARI KITA UNTUK KITA


Membaca cerita mengenai Jimmy Yen, seseorang yang dinobatkan sebagai salah satu dari 10 Revolusioner Modern Abad Keduapuluh karena dia mengajari para buruh tani di Cina membaca, mengajari saya sesuatu. Inilah sekelumit cerita mangenai Jimmy Yen:

Cina jaman dulu berbeda dengan jaman sekarang. Selama 4.000 tahun, yang beroleh hak untuk menulis dan membaca di Cina hanyalah para sarjana. “Setiap” orang tahu, termasuk para buruh tani itu sendiri, bahwa para buruh tani tidak mampu belajar. Kebudayaan yang telah mengurat akar itulah halangan yang pertama dihadapi oleh Jimmy Yen. Halangan kedua adalah bahasa Cina itu sendiri terdiri dari 40.000 karakter yang memiliki arti yang berbeda-beda! Halangan yang ketiga adalah kurangnya teknologi dan jalanan yang memadai. Bagaimana mungkin Jimmy Yen mencapai 350 juta buruh tani di Cina?

Rahasia kesuksesan Jimmy Yen adalah: dia melihat suatu kebutuhan yang nyata dan ingin menjawab kebutuhan itu. Yang dilakukannya adalah: dia mencoba melakukan sesuatu walaupun terlihat tidak mungkin. Dia bekerja lembur. Dan dia memulai dengan apa yang ada di hadapannya, lalu sedikit demi sedikit dia menjangkau lebih banyak lagi.

Seorang pengarang berkebangsaan Inggris, Thomas Carlyle berkata, "Urusan utama kita bukanlah melihat samar-samar apa yang ada di kejauhan, melainkan melakukan apa yang nyata di depan mata." Jadi kita bukan hanya sekedar membayangkan mimpi kita, tapi melakukan sesuatu dengan apa yang ada pada kita, sesuatu yang nyata bagi sekitar kita. Itulah yang dilakukan oleh Jimmy Yen. Dia mulai mengajar beberapa buruh tani untuk membaca. Tanpa meja, tanpa pena, tanpa uang, tanpa OHP. Dia memulai dari tempat dimana dia berada.

Sejak saya memiliki mimpi untuk mendirikan sekolah sampai tahun 2008 saya masih meragukan mimpi saya itu dan meminta peneguhan demi peneguhan dari Tuhan. Sekalipun Tuhan sudah meneguhkan dan memberikan pengarahan apa yang harus saya lakukan untuk mempersiapkan diri, namun saya baru benar-benar melakukan sesuatu tahun ini.

Bagi telinga saya sendiri pun mimpi saya terdengar mustahil. Terlalu besar bagi saya. Namun, seribu langkah selalu dimulai dengan satu langkah kecil dan sebuah garis selalu dimulai dari satu titik kecil. Untuk melakukan sesuatu yang mustahil, saya perlu mengambil satu langkah yang dapat saya lakukan.

Yang dapat saya lakukan adalah saya memaksa diri saya keluar dari zona nyaman saya dan menjawab kebutuhan yang tampak didepan mata dengan apa yang saya miliki. Saya memberikan les bahasa Inggris kepada anak pembantu kos saya tiap minggu. Lalu saya mulai menggarap rancangan sekolah itu, menuliskannya dan mendoakannya. Tidak cukup hanya itu, saya juga harus memikirkan bagaimana cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan orangtua murid dan dalam waktu dekat ini saya akan mempelajarinya. Langkah berikutnya adalah saya perlu membangun jejaring dengan orang-orang yang sevisi. Ini adalah pe-er buat saya.

Mari kita memulainya sekarang, dimana kita berada, dengan apa yang kita miliki. (dra)

No comments: