Saturday, September 26, 2009

Potret Kasih Sejati

DARI KITA UNTUK KITA

Saya mengenal sebuah keluarga yang diguncang oleh ketidaksetiaan sang suami. Dia pergi dengan wanita lain hampir secepat tinta di atas surat pernikahannya mengering. Sang istri dapat mengendus ketidaksetiaannya. Kekecewaan pun menyelinap dalam hatinya. Dia mulai mencurigai setiap tindak tanduk suaminya.

Karena sang suami tidak mau disalahkan –sekalipun dia memang bersalah–, dia menyerang sang istri dengan kata-katanya yang tajam dan hal itu menyakiti hati istrinya lebih lagi. Saat kekecewaannya memuncak, sang istri menjadi tawar hati dan tak punya semangat hidup. Suatu kali, dia meminum obat dalam dosis sangat banyak dengan harapan dapat meninggalkan dunia dan tidak lagi dirongrong kekecewaan yang mendalam. Namun Tuhan memiliki sebuah rencana lain. Dia segera ditemukan, dibawa ke rumah sakit terdekat dan para dokter berhasil menyelamatkan nyawanya. Dia masih mengasihi suaminya dengan sepenuh hati saat ini sekalipun sang suami masih belum menunjukkan perubahan yang sangat berarti selama 32 tahun pernikahan mereka. Sekalipun begitu, sang istri terus membawa korban ucapan syukurnya kepada Penulis hidupnya. Dia belajar untuk mengenal Cinta Sejatinya, mempercayai rancangan Bapa-Nya, hidup dalam kasih karunia-Nya hari demi hari, mengasihi tanpa syarat, dan bersyukur dalam segala keadaan.

Bagi saya, dia adalah potret kasih sejati di dunia yang rusak ini. Seorang pahlawan bagi saya. Ya, dia memiliki kekurangan, tetapi pada akhirnya, dia akan menjadi seperti permata yang berkilauan.

Dalam hidup kita sehari-hari mungkin kita tidak mengalami apa yang dialami sang istri dalam keluarga itu, namun kekecewaan bukanlah barang baru bagi kita. Kita kecewa oleh banyak hal yang tidak sesuai harapan kita.

Kekecewaan yang saya hadapi beberapa waktu yang lalu membuat saya tergoda untuk mundur dari pelayanan. Saya berpikir saya akan tetap berfungsi sekalipun tanpa jabatan apapun dalam gereja, dan saya bukan orang yang gagal. Akan tetapi, lewat cuplikan film Passion of the Christ Tuhan menguatkan saya, bahwa Dia tidak berhenti sekalipun Dia sangat kesakitan. Sekalipun orang-orang –yang untuk mereka Ia rela mati– mengejek bahkan menghinaNya, Ia tetap berjalan tersaruk-saruk menuju Golgota dan tetap mengasihi mereka. Saya sangat tertempelak. Apa yang saya alami tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang dialamiNya. Saya belum mengasihi orang lain seperti diri saya sendiri.
Yesus sanggup karena kasihNya. KasihNyalah yang memampukan saya untuk terus maju –dengan berjalan ataupun merangkak– mengasihi orang lain tanpa syarat, menerima mereka apa adanya, menolong mereka tanpa lelah.

Kasih adalah…
Saat engkau tahu pasanganmu tidak setia
Namun engkau masih mengasihinya dan tidak meninggalkannya

Kasih adalah…
Saat engkau merasa engkau tidak dapat berjalan lagi
Namun engkau tetap berjalan maju demi kebaikan seseorang

Kasih adalah…
Saat seseorang mengecewakan engkau
Namun engkau masih mempercayainya

Kasih adalah…
Saat seseorang tak dapat memberimu apapun
Namun engkau menerima dia apa adanya

Kasih adalah…
Saat engkau mengetahui kekurangan seseorang
Namun engkau tetap mendukung dan memberkati dia

Kasih adalah…
Saat engkau tahu seseorang berjalan ke arah yang salah
Dan engkau memberitahu dia jalan yang benar

Kasih adalah…
Saat seseorang membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri
Dan engkau memberikan hal itu kepadanya

Kasih adalah…
Saat aku melihatmu tersenyum
Dan aku tersenyum bersamamu

Kasih adalah…
Saat engkau menangis
Dan aku turut menangis bersamamu

Kasih adalah…
Bersukacita dan menanggung beban bersama-sama
Tahu bahwa kita satu Tubuh
Diciptakan untuk menjadi satu
Dan bersama-sama kita mempermuliakan nama Tuhan
Di generasi kita (dra)

No comments: