Sunday, January 11, 2009

BUAH NANAS

INSPIRATIONAL STORY - 11 Januari 2009

Seorang misionaris dari Amerika dikirim ke Papua Nugini beberapa tahun yang lalu. Ia bekerja keras untuk mengabarkan berita keselamatan dari Tuhan di sana. Pada suatu hari, ia memiliki ide untuk menanam buah nanas, yang tidak dijumpainya di Papua Nugini. Ia membeli 100 biji nanas untuk ditanam di Papua Nugini.

Ia meminta beberapa orang Papua Nugini untuk menanam biji-biji nanas itu, lalu membayar upah mereka. Beberapa lama kemudian, buah nanas mulai bertumbuh. Ia begitu senang membayangkan bahwa tidak lama lagi ia akan dapat menikmati buah nanas tersebut. Tetapi belum sempat ia menikmatinya, semua buah nanas itu dicuri orang. Misionaris itu begitu marah dan ingin menemukan pencurinya.

Ternyata pencurinya adalah orang-orang yang digaji untuk menanam buah nanas itu. Ketika ditanya mengapa mereka mencuri, mereka menjawab bahwa mereka tidak mencuri. Tetapi, hukum di Papua Nugini adalah “Siapa yang menanam, dia yang menuai”. Merekalah yang menanam, jadi mereka berhak untuk makan. Lalu misionaris tersebut membuat perjanjian bahwa mereka boleh mengambil 50 buah nanas, tetapi yang 50 lagi adalah hak miliknya.

Tetapi, semua buah nanas hilang lagi sebelum misionaris tersebut dapat menikmatinya. Ia begitu kesal dan marah. Lalu Ia memutuskan untuk menutup tokonya yang menjual bahan- bahan pokok seperti gula, garam, dan lain-lain supaya orang-orang Papua itu berhenti mencuri. Orang-orang Papua itu pun tidak datang lagi ke tempat misionaris tersebut. Misionaris tersebut berpikir bahwa ia datang untuk menjangkau mereka, jadi ia membuka tokonya lagi. Namun, buah nanas itu masih tetap hilang.

Misionaris itu kemudian mendatangkan seekor anjing bulldog dari Amerika untuk menjaga kebun nanasnya. Tetapi, buah nanas masih tetap juga hilang.

Pada suatu hari, misionaris ini berlibur ke Amerika dan ia mengunjungi salah satu kebaktian. Dalam kebaktian itu, ia mendengar firman Tuhan berkata, “Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka ia akan memelihara engkau.” Ia pun memutuskan untuk menyerahkan kebun nanasnya kepada Tuhan.

Ketika kembali ke Papua Nugini, ia menemukan bahwa buah nanas masih tetap hilang. Ia berpikir, “Tuhan pun tidak bisa mengatasi orang-orang ini, apalagi aku.” Tetapi, ia tidak marah dan kesal lagi.

Orang-orang Papua mulai heran melihat sikap misionaris itu. Mereka bertanya, “Apakah kamu telah menjadi menjadi orang Kristen?”

Dalam hati ia berkata, “Aku sudah puluhan tahun menjadi orang Kristen.” Lalu, misionaris itu berkata kepada mereka, “Aku tidak marah sebab aku telah menyerahkan kebun nanasku kepada Tuhan.”

Mereka berkata, “Mungkin inilah sebabnya tanaman kita tidak berbuah dan anak-anak kita banyak yang sakit,sebab kita telah mencuri kebun Tuhan.”

Sejak saat itu, orang-orang Papua tidak berani mengambil buah nanas tersebut. Banyak buah nanas berjatuhan dan menjadi busuk. Dan untuk pertama kalinya, misionaris tersebut dapat menikmati buah nanas itu. Orang-orang Papua Nugini kemudian mulai menjadi teman misionaris itu dan banyak di antara mereka yang mengenal Tuhan. Setelah bertahun-tahun misionaris itu melayani tanpa hasil, kini ia menuai jiwa-jiwa bagi Tuhan.

Bila sesuatu yang kita miliki mengontrol hidup kita, biasanya kita sulit untuk menikmatinya. Salah satu tanda yag jelas yaitu “takut kehilangan”. Jangan biarkan apa pun atau siapa pun mengontrol hidup kita, kecuali Tuhan Yesus sebab kontrol-Nya tidak pernah menghancurkan atau memanipulasi kita.

Sumber: 365 Hari Perjalanan Bersama Tuhan

No comments: