Tuesday, November 9, 2010

Anything That Costs Me Nothing

FOKUS KITA

I cannot come before my righteous, holy Lord
And offer to Him worldly things I do not need
and hope He’s pleased

Aku tak dapat menghadap Tuhanku yang kudus dan mempersembahkan hal-hal duniawi yang tak kubutuhkan. Dan berharap Dia disukakan olehnya.

For He wants me to give a heart that’s truly His
An offering of highest price,
a servant who the Lord can use


Karena Dia ingin supaya aku mempersembahkan hatiku untuk menjadi benar-benar milikNya. Sebuah persembahan yang paling mahal harganya. Dia ingin supaya aku menjadi seorang pelayan yang dapat dipakaiNya.

I will not offer anything that costs me nothing
I’ll place before Him nothing less than my very best
And if I’m called to sacrifice
It will be worthy of my Christ
I will not offer anything that costs me nothing


Aku takkan mempersembahkan sesuatu tanpa membayar apa-apa. Aku akan mempersembahkan hanya yang terbaik yang kumiliki di hadapanNya. Dan jika aku dipanggil untuk berkorban, itu akan berkenan bagi Yesusku. Aku takkan mempersembahkan sesuatu tanpa membayar apa-apa.

To serve Him is my goal
How could I withhold
Whatever’s mine He’s given me
It’s not my own, it’s His alone

Melayani Dia adalah tujuanku. Bagaimana aku dapat menahan segala milikku yang sesungguhnya adalah pemberian dariNya. Itu bukan milikku sendiri, tetapi itu semua adalah milikNya.

Whatever He requires, that is my desire
Whatever He may need from me
I’ll pay the cost, gain or loss


Apapun yang dikehendakiNya, itulah yang menjadi kerinduanku. Apapun yang dibutuhkanNya dariku akan kuberikan semuanya, tidak peduli menguntungkan atau merugikanku.

I will not offer anything that costs me nothing
I’ll place before Him nothing less than my very best
And If I’m called to sacrifice
It will be worthy of my Christ
I will not offer anything that costs me nothing

Aku takkan mempersembahkan sesuatu tanpa membayar apa-apa. Aku akan mempersembahkan hanya yang terbaik yang kumiliki di hadapanNya. Dan jika aku dipanggil untuk berkorban, itu akan berkenan bagi Yesusku. Aku takkan mempersembahkan sesuatu tanpa membayar apa-apa.

Lagu di atas ditulis berdasarkan 2 Samuel 24:18-25 yang mengisahkan Raja Daud ketika hendak mendirikan mezbah bagi Tuhan di tempat pengirikan seorang bernama Arauna. Ketika Arauna mengetahui bahwa Raja Daud bermaksud membeli tempat pengirikanNya demi mendirikan mezbah Tuhan, Arauna dengan rela hati hendak memberikan tempat pengirikan beserta seluruh isinya secara GRATIS kepada Daud. Tetapi Raja Daud mengajarkan dan meneladankan kepada Arauna arti persembahan atau korban yang terbaik kepada Tuhan: Tetapi berkatalah raja kepada Arauna: "Bukan begitu, melainkan aku mau membelinya dari padamu dengan membayar harganya, sebab aku tidak mau mempersembahkan kepada TUHAN, Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa." Sesudah itu Daud membeli tempat pengirikan dan lembu-lembu itu dengan harga lima puluh syikal perak. (2 Samuel 24:24)

Sudahkah kita mempersembahkan yang terbaik dari diri kita kepada Tuhan? Sudahkah kita mengatakan kepada Tuhan “Apapun yang Kau kehendaki ya, Tuhan, itulah kerinduanku. Apapun yang Kau minta dariku, dengan senang hati akan kuberikan semuanya, tidak peduli menguntungkan atau merugikanku”? Atau masihkah kita menahan-nahan apa yang kita miliki dariNya? Pengorbanan tanpa rasa ‘sakit’ bukanlah pengorbanan yang sejati. Persembahan dari kelimpahan bukanlah persembahan yang sejati. Itulah mengapa Tuhan sangat menghargai dan menghormati janda miskin persembahan dua peser uang (Markus 12:41-44).

Harus diakui, banyak kali justru keinginan dan harapan kitalah yang menghalagi kita untuk dapat memberikan persembahan yang terbaik (hidup kita, hati kita) kepada Tuhan. Tetapi, melalui kisah Raja Daud dan Arauna ini, Tuhan menantang setiap kita untuk berani mempersembahkan hanya yang terbaik kepadaNya.

Saya memiliki keinginan dan harapan untuk kehidupan pribadi saya, dimana seluruh aspek kehidupan maupun tujuan hidup serta panggilan saya saling bertautan di dalamnya. Keinginan dan harapan ini telah ‘dilahirkan’ Tuhan dalam hati saya sejak pertama kali menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat. Untuk mewujudkannya, saya belajar bekerja sama dengan Dia melalui doa serta segala upaya yang saya bisa (tentu saja dengan tuntunan Roh Kudus). Saya mempertaruhkan iman saya di sana, bahkan mungkin saya bisa dianggap ‘gila’ karena tidak mempersiapkan ‘rencana B’ jika hal itu tidak terwujud.

Ketika saya menaruh harapan serta keinginan saya kepadaNy, di saat yang bersamaan Tuhan menantang saya untuk meletakkan harapan serta keinginan saya tersebut juga sebagai korban persembahan bagiNya, untuk dijadikan milikNya. Bagaimanapun juga, tak dapat saya pungkiri bahwa amat-sangat-sakit rasanya ketika Tuhan meminta hal tersebut. Namun, Tuhan mengingatkan kisah Raja Daud dan Arauna ini kepada saya yang diteguhkan dengan lagu ini yang saya dengar pertama kali 11 tahun yang lalu saat Penatua Hanna O. mengkhotbahkannya di Ibadah Raya Youth. Berikutnya, Tuhan mengingatkan kembali jalan salib yang pernah dilaluiNya.

Jujur saya berkata kepada Tuhan bahwa jalan salib saya semakin berat dan menyakitkan. Salib saya, salib penderitaan karena kebenaran, sangat merobek hati saya. Namun, dengan jujur pula saya mengatakan kepadaNya, “Jalan salibku memang semakin berat dan menyakitnya. Namun, aku tetap memilih jalan salib itu dan tetap akan terus menjalaninya dengan penuh syukur dan sukacita. Aku tidak akan mundur. Bukan karena aku telah memilih jalan salib ini, tetapi karena aku juga telah membakar jembatanku untuk kembali ke jalanku yang lama.”

Seorang teman komsel pernah mendorong saya untuk ‘memaksakan’ harapan dan keinginan saya tersebut kepada Tuhan. Dia tidak ingin saya ‘menyerah’ dg harapan itu. Saya memahami dan berterima kasih atas maksudnya. Tetapi saya pun memahami bahwa harapan saya, yang ‘tidak saya lepaskan’ ini, kini telah menjadi korban persembahan saya bagi Tuhan, untuk dijadikan milikNya, dan akan terlaksana sesuai kehendaknya bagi kemuliaanNya.(l@)

1 comment:

dee said...

menginspirasi bangetsss........harapan dan keinginan diserahkan pada Tuhan sbg korban persembahan......yes.......