Monday, December 14, 2009

Berlayar di Tengah Badai

FOKUS KITA


Markus 4: 37-39
...Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"...

Badai Kehidupan
Perasaan takut, panik, dan tertekan karena dibebani masalah dan berbagai kekhawatiran sering mendera manusia. Ada banyak hal yang membebani pikiran dan membuat manusia tertekan. Dalam situasi demikian mudah sekali manusia mengalami ketakutan yang luar biasa, apalagi ketika kelangsungan kehidupannya mulai terancam. Pada saat-saat demikian akan muncul kepanikan, berlari dan mencari pertolongan ke sana kemari, apa pun jalan untuk keluar dari masalah. Pada saat yang sama akan muncul juga perasaan mengasihani diri sendiri, menyesali segala peristiwa yang telah dialami.

Betulkah Yesus Tidur?
Pada saat kecewa, sedih, atau takut, justru seolah-olah manusia merasa sendiri. Yesus seakan-akan tertidur dan tidak peduli. Dia begitu jauh. Mengapa doa yang dinaikkan siang dan malam tak didengar-Nya? Mengapa wajah-Nya tetap terselubung dan suara-Nya tidak terdengar? Di manakah Tuhan saat saya membutuhkan? Bila sudah seperti ini, manusia merasakan bahwa segala sesuatu begitu buruk dan seakan-akan akan hilang dan habis lenyap walaupun sesungguhnya tidak demikian.
Ungkapan murid-murid Yesus, "Guru, Engkau tidak peduli kalau kami binasa?" bernada keluhan, protes dan seruan meminta pertolongan, seakan-akan Yesus yang harus bertanggung jawab atas masalah mereka. Dan seruan ini begitu mendesak dan segera, tidak bisa ditunda lagi.

Ubah Ketakutan (Fear) Menjadi Iman (Faith)
Pada Markus 4:39 disebutkan bahwa Yesus bangun dan menghardik angin lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Jawaban Yesus atas seruan dan teriakan mereka adalah hardikan yang singkat, keras, dan tajam ke pada angin dan danau, "Diam! Tenanglah!"
Yesus mampu mengubah dan memerintahkan badai yang besar (great storm) menjadi suatu kedamaian yang besar (great calm) dengan hanya menggunakan beberapa patah kata saja. Jika murid-murid mengerti bahwa mereka berada di tengah danau bersama dengan seseorang yang memiliki kuasa yang demikian besar, mereka akan menyadari bahwa ketakutan yang begitu luar biasa (great fear) sebenarnya sama sekali tidak perlu. Dalam bagian ini, murid-murid menunjukkan bahwa mereka harus terus bertumbuh dalam iman percaya mereka (great faith) sehingga mereka menjadi teguh dan kuat dan dipertajam dalam berbagai tantangan hidup yang keras.

Seperti inilah Allah bekerja dalam kehidupan manusia -menguji iman pada awalnya dan pada akhirnya menyediakan diri sebagai jawaban atas masalah manusia- secara berulang-ulang.
Marilah kita mengingat bahwa ketakutan dan kekhawatiran dapat diatasi dengan iman percaya kepada Tuhan yang mampu meredakan topan dan badai. Seperti kata-kata Louisa May Allcot: "I am not afraid of storms, for I'm learning how to sail my ship" (Aku tidak takut dengan badai, karena aku sedang belajar berlayar)

Sumber: www.onejohnfive.com

No comments: