Saturday, August 8, 2009

Raja Daud, Bangkit dari Ganasnya Belantara dan Pahitnya Kesendirian

INSPIRATIONAL STORY

Tidak ada satu orangpun yang menerima penghargaan tertinggi seperti halnya Raja Daud ketika menerima sebuah gelar yang langsung diberikan oleh Bapa sendiri, yaitu “seorang yang berkenan di hati Tuhan” (A man after God’s own heart).

Apakah Daud orang yang sangat sempurna sehingga menerima penghargaan yang demikian tinggi dari Bapa sendiri? Sangat mengejutkan bahwa Daud, sama seperti kita semua, adalah juga orang yang tidak sempurna. Namun, dalam ketidaksempurnaan itu, daud memiliki beberapa karakter yang sangat krusial dalam proses perjalanannya dari padang belantara menuju seorang pengubah sejarah.

Daud dibesarkan di tengah keluarga pejuang, dimana semua kakaknya tergabung dalam kesatuan militer Israel yang berjuang melawan musuh-musuh zaman itu. Namun, tidak demikian halnya dengan Daud sendiri. Dalam segala hal, ia kalah dengan saudara-saudaranya. Fisik yang kecil, kulit yang kemerah-merahan, semua menempatkan Daud pada posisi yang sangat tidak menguntungkan. Bahkan oleh Isai ayahnya sendiri, Daud adalah seorang anak muda yang tertolak oleh keluarganya sendiri. Alhasil, Daud pun “dibuang” oleh Isai ke padang belantara untuk “ditempatkan” sebagai penjaga domba.

Ketika semua saudaranya diutus untuk mewakili dan membawa kebanggaan keluarga dalam sejarah bangsa Israel, Daud dengan sengaja “diparkir” di sebuah tempat yang tidak memiliki masa depan dan mungkin, seandainya daud dalam perjalanannya diterkam oleh serigala, beruang, harimau, singa, atau berbagai binatang buas lainnya di padang sementara ia menjalankan tugas, mungkin−sekali lagi mungkin−Isai pun tidak akan terlalu kehilangan. Pendek kata, Daud adalah seorang anak yang sama sekali diabaikan dan tidak diharapkan untuk berhasil, apalagi untuk mengharumkan nama keluarga Isai.

Apa yang bisa diharapkan dari seseorang yang berada dalam posisi Daud? Namun, penilaian Tuhan terhadap Daud sangat jauh berbeda dengan penilaian Isai ayahnya. Di hadapan bapa, ia justru telah dipersiapkan dan dipilih bahkan jauh hari sebelum Nabi Samuel datang dan mengurapinya sebagai raja Israel. Dalam 1 Samuel 16:1 Bapa menyatakan kepada Samuel bahwa Ia telah memilih Daud tanpa sepengetahuan siapapun termasuk Isai, ayahnya. Tuhan dengan diam-diam telah melakukan sebuah misi pengintaian di dalam rumah Isai. Bapa dengan seksama memperhatikan satu per satu ana-anak Isai. Bahkan isai pun tidak bisa melihat potensi dalam diri anak bungsunya. Sebaliknya, Tuhan melihat dengan sangat tajam. Meskipun keluarganya sendiri tidak memperhatikan Daud, Tuhan mencermati Daud dengan seksama.

Ada banyak orang percaya yang saat ini berada dalam posisi Daud. Tertolak dan tidak diperhitungkan. Namun, ketahuilah bahwa Tuhan melihat dengan sangat jelas dan tidak pernah mengabaikan ketika anak-anak muda bertahan dalam ketulusan dan ketaatan. Menggembalakan domba di tengah padang belantara bukanlah pekerjaan yang mengenakkan. Daud mengalami hal ini. Berkelahi menyabung nyawa melawan binatang buas, tidur beralaskan tanah dan beratap langit, berjuang melawan kesendirian dan kesepian, berada jauh dari hingar bingar dan gemerlapnya kota, telah membentuk Daud menjadi seorang yang memiliki karakter dan karisma.

Ia tumbuh menjadi seseorang yang bermental baja, tanpa ketakutan, namun juga memiliki ketulusan, kelembutan, kesungguhan dan kerendahan hati serta integritas. Itulah Daud. Bapa melihat Daud ketika ia dengan tulus hati penuh tanggung jawab melewati hari-harinya sebagai seorang gembala di padang yang mengelilingi Betlehem. Ketika kakak-kakaknya menerima puja-puji setiap kali memenangkan pertempuran, Daud tetap tinggal dalam kesendirian, jauh dari sorotan public. Di dalam “kejam”nya kesendirian dan tidak dikenal, karakter Daud dibangun. Pengalamannya di padang membentuk Daud menjadi seorang yang tangguh dalam menghadapi kenyataan hidup. Daud melihat dirinya sebagai manusia yang berharga di mata Tuhannya. Ia tidak pernah melihat kenyataan bahwa statusnya waktu itu merupakan anak tertolah yang dibuang ke tengah padang bersama domba-dombanya. Sebaliknya, Daud dengan setia menunggu waktu Tuhan.

Alam belantara yang ganas serta getirnya kesendirian, pada akhirnya dipakai oleh Tuhan untuk melahirkan seorang pemimpin Israel yang direstui dan dipilih oleh Tuhan sendiri. Apa yang dilakukan Daud−seorang raja, gembala, prajurit, sekaligus seniman−, selanjutnya adalah sejarah yang terukir sampai hari ini. Ada rentang waktu yang sangat panjang antara jaman kita dan jaman Daud, namun perjalanan kisahnya masih sangat relevan dengan kenyataan yang banyak dihadapi oleh anak-anak Tuhan saat ini.

Seleksi Tuhan selalu berdaulat dan tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Hal yang harus dilakukan adalah mempersiapkan diri dalam pengertian yang benar tentang siap kita dalam rencana Agung Tuhan Yesus. Parjalanan hidup Raja Daud berawal dari sebuah padang belantara jauh dari perhatian manusia, namun lulus dengan predikat orang yang berkenan di hati Tuhan.

Menjalani kehidupan yang dianggap hebat oleh Tuhan merupakan suatu hal yang berada dalam jangkauan setiap anak Tuhan. Berjalanlah menuju ke arah sana. (sumber: Charisma Indonesia, November 2008)

No comments: