Saturday, August 1, 2009

Esther, “Miss Universe” yang Seorang Remaja Yatim Piatu

INSPIRATIONAL STORY

Usianya diperkirakan tidak lebih dari dua puluh tahun ketika ia terpilih menjadi ratu di negeri Persia. Dalam usia yang masih sangat belia, remaja Esther telah mencapai puncak impian setiap perempuan di dunia ini.

Menjadi ibu negara, dihormati, dikenal, memperoleh fasilitas kenegaraan yang penuh dengan kemewahan dan keagungan, serta bisa memperoleh apa saja yang ia inginkan. Ia memiliki pengaruh yang demikian hebat sampai seorang raja Ahasyweros pun tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolak Esther di hadapannya, ataupun menolak mermintaan Esther untuk menyelamatkan kaum Yahudi dari teror kematian yang membayang di depan mata. Pengaruh remaja muda bernyali besar ini bahkan menyusup jauh sampai kepada kebijaksanaan raja dalam urusan ketatanegaraan!

Namun, di balik keberhasilan yang dia capai, sebenarnya semua terjadi dari kemustahilan yang jika dibayangkan pun rasanya akan menjadi hal yang “lucu” untuk dilakukan. Esther adalah seorang remaja yatim piatu, tinggal dan dibesarkan oleh pamannya yang bernama Mordekhai, hidup dengan status anak jajahan, dan yang lebih buruk adalah berada jauh dari tanah kelahirannya sendiri. Siapapun pasti berkata bahwa tidak ada sebuah celah untuk Esther bisa menjadi seorang yang berhasil. Bertahan hidup saja mungkin sudah merupakan sebuah pencapaian yang baik dan bukankah memang bangsa Israel sedang direncanakan untuk dibunuh dalam sebuah persekongkolan yang sangat matang yang didalangi politisi kelas wahid, Haman bin Hamadeta.

Namun, siapa sangka kemudian Esther−seorang remaja berumur belasan tahun−, justru berhasil mengalahkan birokrasi kerajaan dan menjegal terlaksananya pembantaian seluruh bangsa Yahudi di Persia waktu itu, sekaligus mengirimkan Haman beserta kesepuluh anaknya ke tiang gantungan?

Apa yang membuat Esther berhasil mematahkan semua kemustahilan dan membalikkannya kepada keadaan yang kemudian menjadi salah satu sejarah terbesar yang ditulis dalam Alkitab?

Charles R. Swindoll dalam bukunya berkata bahwa ada 6 karakter yang membuat remaja Yahudi ini bisa mencapai pemenuhan panggilannya sebagai seorang anak Tuhan.
Pesona yang dipenuhi oleh kelembutan dan keanggunan
Penahanan dan pengendalian diri yang luar biasa
Memiliki roh yang dapat diajar secara terus-menerus
Memiliki jiwa kesederhanaan dan keaslian yang tidak egois
Ketenangan jiwa yang sangat menawan tanpa mempedulikan keadaan sekelilingnya
Memiliki sikap hati yang tunduk kepada otoritas di atasnya.

Akibat sifat-sifatnya ini, Esther beroleh perkenanan, baik dari manusia maupun Tuhan sendiri. Esther mengetahui identitasnya di dalam Tuhan yang ia percayai. Ia dengan persis mengerti akan statusnya sebagai seorang remaja pilihan. Esther adalah cerminan seorang remaja dengan visi kehidupan yang jauh ke depan. Ia adalah seorang pengemudi pemberani yang mempertemukan kesempatan dan persiapan untuk menuju pemenuhan panggilan Tuhan dalam hidupnya. Esther tidak minder ketika dihadapkan pada status bahwa ia adalah orang jajahan yang menumpang di tanah buangan dengan hak-hak hidup yang sangat dibatasi, sekaligus menegaskan fakta bahwa ia mungkin saja tidak memiliki masa depan yang cerah, menurut perhitungan manusia.

Warisan dari karakter Esther ini tidak berada diluar jangkauan generasi muda saat ini. Hal yang harus dilakukan adalah mengenal siapa kita di dalam Kristus Yesus yang telah memerdekakan kita, dan minta pada Tuhan untuk memampukan kita memiliki karakter-karakter yang dimiliki oleh Esther. Tidak mengandalkan kekuatan sendiri adalah hal utama bagi generasi muda dalam perjalanan menuju kebangkitan. Ketika kita tidak lagi hidup dalam tuduhan yang dilontarkan oleh iblis dan berpindah kepada pengertian bahwa Yesus Kristus telah memerdekakan kita, maka kualitas hidup Esther sangat mungkin untuk dijalankan dalam dunia yang penuh dengan arus kuat yang mengikis nilai-nilai sosial dan kebenaran dalam kehidupan anak muda pada umumnya.

Di tengah-tengah keterpurukan bangsa saat ini Esther-Esther modern merupakan tuntutan jaman yang harus dipenuhi. Berani bertindak benar, tahu kapan harus melakukan dan mengatakan sesuatu di saat yang tepat. Sesuai dengan nama Esther yang berarti bintang, ia telah membuktikannya. Bahkan bintang itu masih tetap bersinar sampai hari ini. Esther adalah orang yang hebat dan berita baiknya adalah ketika Esther bisa melakukan apa yang ia lakukan, generasi masa kini pun pasti bisa melakukan yang sama. (sumber: Charisma Indonesia)

No comments: