Saturday, December 13, 2008

Seberapa Kristen-kah Kita?

FOKUS KITA - 14 Desember 2008

Seringkali ketika mendengar kata “Kristen”, pasti yang tebersit dalam benak kita adalah kumpulan sosok manusia yang penuh kasih, punya integritas, hidupnya kudus, penuh kerendahan hati, taat dalam beribadah. Namun, tidak jarang kita menjadi kecewa ketika mendapati kenyataan sangat berbeda dengan apa yang ada di dalam benak kita. Bukankah berkali-kali kita mendengar bahwa kehidupan orang Kristen harus menjadi berkat bagi orang lain, terutama bagi orang yang belum mengenal Yesus. Tampaknya tuntutan itu sangat mudah untuk kita lakukan, namun dalam prakteknya tidak mudah, karena seringkali kehidupan kita hanyalah menjadi karikatur orang Kristen saja.

Yakobus 1:22–25 mengatakan bahwa sebagai orang Kristen kita dituntut bukan hanya mendengar kebenaran, namun menjadi pelaku bagi setiap kebenaran yang telah kita dengar. Kalau saja kita hanya menjadi orang Kristen mingguan, artinya hanya beribadah seminggu sekali, maka paling tidak 4 tema Firman yang kita terima dalam sebulan dan kalau keempat-empatnya kita lakukan, maka dalam waktu 3 bulan perubahan itu mulai tampak dan dapat dirasakan oleh orang-orang yang ada di sekitar kita. Dengan kata lain, hidup kita telah berfungsi menjadi garam bagi orang yang ada di sekitar kita. Sayangnya, tidak sedikit cara hidup orang Kristen yang sembrono malah menjadi bahan pembicaraan bahkan tertawaan, sungguh menyedihkan bukan?

Yakobus mengatakan kalau kita mendengar kebenaran, namun kita tidak melakukannya, itu sama artinya dengan kita menipu diri sendiri. Sebaliknya kalau kita melakukan setiap kebenaran yang telah kita dengar, dikatakan kita akan berbahagia. Beberapa contoh yang membuktikan kalau kita tidak menjadi pelaku kebenaran:

4 Ulangan 6:5 berkata bahwa kita harus mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan kita, namun kenyataannya kita tidak mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kita. Buktinya pada saat ibadah, kita tidak menghormati Tuhan, kita tidak memberikan yang terbaik untuk Tuhan, kita tidak menyiapkan hati kita dengan benar. Seringkali kita datang seenaknya dalam ibadah, keluar masuk ruangan untuk menerima telepon seperti keluar masuk mall, memakai pakaian yang minim. Coba kita introspeksi diri, bukankah orang yang non Kristen lebih sungguh-sungguh dalam melakukan ibadahnya, dalam arti memberikan yang terbaik untuk Allahnya.


4 Amsal 3:9 mengatakan bahwa kita harus memuliakan Allah dengan harta kita, namun pada kenyataannya seringkali berkat yang Tuhan berikan kita pakai untuk memuaskan keinginan kita, contohnya : gonti-ganti HP menurut trend terbaru, membeli pakaian karena mengikuti mode, makan di tempat-tempat yang mewah. Kalau Amsal mengatakan bahwa kita harus memuliakan Allah dengan harta kita, maka seharusnya kita tidak lupa bahwa berkat yang ada pada kita dipakai untuk menolong orang-orang yang butuh untuk ditolong, untuk mendukung pekerjaan pelayanan.

4Matius 9:35-38 menceritakan bagaimana Yesus telah menjadi teladan untuk mengasihi jiwa-jiwa dengan memberikan hidupnya menjadi jawaban bagi orang-orang yang membutuhkan, namun seringkali kita hanya hidup bagi diri sendiri. Setiap hari kita selalu memikirkan bagaimana caranya untuk memiliki kenyamanan hidup, kita tidak pernah peduli akan keselamatan orang lain, sehingga seringkali kehidupan kita tidak mencerminkan kehidupan Kristus. Lebih menyedihkan ketika kita melihat kehidupan orang dunia ternyata lebih peduli kepada jiwa-jiwa yang memerlukan pertolongan.

Sekarang adalah waktu yang tepat bagi kita untuk introspeksi diri dan mengukur “seberapa Kristen-kah” kita. Jika kita dengan bangga mengaku sebagi orang Kristen, sudahkah hidup kita sehari-hari mencerminkan kekristenan itu sendiri? Bagaimana kita hidup di hadapan Tuhan dan ditengah-tengah dunia dimana kita ditempatkan?

Tidak ada kata terlambat bagi kita untuk berubah. Jika kita rindu menjadi orang Kristen yang benar, maka kita harus beribadah dengan penuh hormat kepada Tuhan, memuliakan Tuhan dengan uang kita dengan menolong orang yang kekurangan dan mendukung kebutuhan pelayanan, serta memperhatikan dan memiliki hati untuk menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang. (lb)

No comments: