Friday, December 5, 2008

Cerita tentang Sebuah Cangkir


INSPIRATIONAL STORY - 7 Des 08


Aku tidak secara tiba-tiba tercipta sebagai sebuah cangkir yang indah. Ada suatu masa dalam hidupku dimana aku hanyalah sebongkah tanah liat yang buruk.

Kemudian Tuanku mengambilku dan mulai menepuk-nepukku, menghancurkan serta membentukku. Hal itu sangat menyakitkan bagiku sehingga aku memohon kepadaNya untuk berhenti, namun Dia hanya tersenyum sambil berkata, “BELUM SELESAI”.

Aku menjadi semakin kesakitan. Aku merasa bahwa aku tidak akan mampu bertahan lagi, namun akhirnya Dia melepaskanku juga.

Kemudian Dia meletakkan aku di atas sebuah meja beroda dan membawaku berputar-putar.

Aku tidak pernah mengerti mengapa Dia sangat ingin membakarku; aku berteriak dan memohon kepadaNya untuk berhenti dan mengeluarkanku dari tungku perapian. Aku menatapNya pilu melalui kaca di pintu tungku, namun Dia hanya tersenyum, menggelengkan kepalaNya dan berkata, “BELUM SELESAI”.

Kemudian, seolah penderitaanku belum cukup, tiba-tiba Tuan mengambilku dan mulai menghaluskan serta merapikan bentukku dengan sikat.

Setelah itu, Dia mengambil kuas dan melukis warna-warni di seluruh permukaanku. Asap dan baunya sangat menyengat. Kurasa, aku akan mati. Aku memohon kepadaNya untuk berhenti, namun Dia terus tersenyum dan berkata, “BELUM SELESAI”.

Lalu Dia memasukkanku ke tungku perapian yang lain. Tungku ini dua kali lebih panas dari tungku sebelumnya. Aku tahu bahwa aku pasti tercekik dan mati lemas di dalamnya. Aku memohon, berteriak, menjerit dan menangis kepadaNya, namun Dia masih saja… hanya tersenyum sambil berkata “BELUM SELESAI”.

Kemudian pintu tungku dibuka dan Tuan berkata, “SEKARANG”. Dia mengangkatku dan menempatkanku di atas sebuah rak untuk beristirahat.


Tak lama kemudian Dia datang dengan membawa cermin dan memintaku untuk melihat ke cermin. Saat aku memandang diriku di cermin, aku tak dapat mempercayai penglihatanku.

Aku berkata kepadaNya, “Oh, Tuan… betapa indahnya aku.”

Kemudian, Tuan menjelaskan kepadaku, “AKU ingin engkau mengerti bahwa AKU tahu sangatlah menyakitkan bagimu ketika AKU menghancurkan dan membentukmu. AKU tahu meja beroda itu membuatmu sakit. “

“Namun, jika AKU tetap membiarkanmu begitu saja, engkau hanya akan menjadi kering dan tetap selalu menjadi sebongkah tanah liat yang buruk. Engkau tidak akan pernah memiliki nilai serta kepribadian yang baik dalam hidupmu.”

“AKU tahu bahwa sangat panas rasanya ketika AKU memasukkanmu ke dalam tungku perapian pertama, namun jika AKU tidak melakukannya, engkau akan hancur karena engkau masih sangat rapuh.”

“AKU tahu bahwa sangatlah mengganggumu ketika engkau disikat dan dilukis, tetapi jika tidak AKU lakukan, engkau takkan memiliki warna apapun dalam hidupmu.”

“Oh, betapa AKU juga tahu bahwa tungku perapian kedua itu sangat berat bagimu!”

“Tetapi, kau melihatnya, bukan, bahwa jika AKU tidak meletakkanmu di sana, engkau takkan mampu bertahan menghadapi tekanan-tekanan kehidupan.”

“Kekuatanmu tidak akan berkembang, sehingga engkau takkan dapat bertahan untuk waktu yang lama.”

“Jadi, kau juga tahu, bukan, ketika engkau berpikir bahwa itu semua sangat berat dan menyulitkanmu, AKU tetap menggenggammu dalam perlindunganKU. AKU sudah tahu segalanya sejak lama, akan menjadi apa engkau hari ini. Aku telah memiliki gambaran akhir bentukmu di benakKU… sejak pertama kali AKU menyentuhmu!”


Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu.
Yesaya 64:8

Diterjemahkan dari: “Not Yet”, oleh: penulis tak dikenal

No comments: